Jeng..jeng..
Setelah pikiran (nama kamu) cukup tenang tadi, Iqbaal langsung mengajak gadis itu pulang.
Dan, disinilah mereka sekarang. Duduk di kursi yang menghadap meja besar di dapur rumah Rike. (nama kamu) sibuk menempelkan kain handuk yang sudah dicelup di air es ke matanya yang sembab, semoga saja saran Iqbaal itu bisa berguna untuk dirinya.
Iqbaal masih setia menunggui gadis itu di sampingnya.
" Gimana Baal, udah mendingan belum sih? " Ucap (nama kamu) yang memang sudah terhitung lima belas menit mengompresi mata sembabnya itu.
" Lumayan sih, daripada tadi " Ucap Iqbaal berkomentar.
Iqbaal memandang (nama kamu) yang juga sedang memandangnya, kedua manik mereka bertemu. Seolah mereka sedang mencurahkan rasa rindu selama dua tahun belakangan.
Untuk (nama kamu), hari ini ada dua perasaan yang ia rasakan. Yang pertama, ia sedih kala tahu Haris saat itu selamat dari kecelakaan pesawat dan ditemukan oleh Steffi, gadis yang tidak menyukainya. Lalu, Steffi meracuni otak papanya sehingga menganggap perempuan jahat itu sebagai anaknya dan melupakan (nama kamu). Dan yang kedua, ia menjadi dekat dengan Iqbaal kembali setelah dua tahun terakhir.
" Mata gue indah banget ya? " Ucap Iqbaal yang langsung meraih segelas jus alpukat yang ada di hadapannya.
" Hah? " (nama kamu) gelagapan antara kurang menangkap maksud Iqbaal atau bingung mau menjawab apa.
Iqbaal hanya menanggapi dengan senyuman setelah ia meneguk setengah jus alpukatnya.
(nama kamu) mengalihkan pandangannya dari Iqbaal, sekuat tenaga ia menahan agar tidak tersenyum hingga rona merah menyembur di kedua pipinya.
" Kok diem? " Ucap Iqbaal setelah keduanya terdiam cukup lama dengan (nama kamu) yang masih tidak memandang ke arahnya.
" Terserah gue dong " Ucap (nama kamu) singkat, lalu memandang sinis ke arah Iqbaal.
" Gue selalu suka tatapan lo yang kayak gini, (nam..), sejak dulu " Ucap Iqbaal, lagi-lagi (nama kamu) harus menahan agar senyumnya tidak terulas. Ia suka jika Iqbaal memujinya seperti itu.
" Ciee yang pipinya merah " Ucap Iqbaal menggoda (nama kamu), dengan gerakan cepat (nama kamu) langsung memukuli lengan kanan Iqbaal beberapa kali.
Drrrrrrrrrrrrtttttttt....
(nama kamu) langsung menghentikan aksinya saat handphone-nya bergetar, yang tertanda nama Vika disana sedang menghubunginya.
Dengan segera (nama kamu) mengangkat panggilan suara dari Vika.
" Dek kamu bilang tadi bentar, kok lama banget? " Ucap Vika yang tampak cemas di seberang sana.
" Iya kak, bentar lagi aku pulang " Ucap (nama kamu) pelan, ia sekuat tenaga menahan agar ia tidak kembali terisak mengingat sesuatu yang terjadi hari ini. Sesuatu yang tidak pernah terfikirkan sedikit pun dibenaknya.
" Oke, aku tunggu " Ucap Vika di seberang sana, lalu mengakhiri panggilan suara dengannya.
Kenapa saat ia sudah mulai belajar untuk mengikhlaskan kepergian Haris, tiba-tiba saja laki-laki itu muncul kembali?
" Gue anter ya " Ucap Iqbaal setelah (nama kamu) meletakkan benda pipih itu di meja.
" Gak usah Baal, deket juga " Ucap (nama kamu) sambil tersenyum tipis.
" Oke "
***
" Sayang, kamu kenapa? " Ucap Harnum yang heboh sendiri melihat mata sembab putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan Dia
Fiksi Remaja[SELESAI] Cerita ini berawal dari kisah perencaan perjodohan (nama kamu) dengan putra semata wayang rekan bisnis papanya. Namun, (nama kamu) Celistya Ananta tidak setuju, karena dia mencintai Iqbaal Dhiafakhri yang merupakan sahabatnya sejak kecil...