Jeng..jeng..
(nama kamu) meletakkan sendok dan garpunya asal setelah menghabiskan makanannya. Membuat Iqbaal memandang kearah gadis yang saat ini sedang memasang wajah sedihnya itu.
" Sebenernya lo itu kenapa sih? " Ucap Iqbaal setelah meneguk habis air mineralnya.
" Lo harus jawab jujur pertanyaan gue ya " Ucap (nama kamu) sambil menundukkan wajahnya.
" Iya "
" Baal, apa gue ini gak pantes buat Alwan? " Ucap (nama kamu) yang masih sambil menunduk.
" Iya " Jawaban singkat Iqbaal langsung membuat (nama kamu) mengangkat kepalanya untuk menatap Iqbaal, apa maksud laki-laki itu?
" Apa gue seburuk itu Baal? Apa gue..... "
" Karena lo pantesnya buat gue "
Deg.
Jantung (nama kamu) kembali terpompa dua kali lipat lebih cepat, entah kenapa jawaban Iqbaal tadi begitu mendesir dihatinya.
" Kenapa diem? " Ucap Iqbaal yang langsung menarik hidung (nama kamu) sedikit keras.
" Sakit Iqqi... "
" Gue kangen loh sama panggilan itu " Ucap Iqbaal sambil tersenyum kearah (nama kamu). (nama kamu) pun juga ikut tersenyum.
" Lo dulu kenapa sih cepet banget tunangan sama Alwan? " Ucap Iqbaal yang tiba-tiba saja membuat (nama kamu) menanutkan kedua alisnya dan masih terdiam.
" Lo kenapa ke Jepang? "
" Semuanya demi bunda gue (nam..), sebenernya gue gak mau ninggalin bunda sama lo cuman ya gitu ayah yang maksa gue. Mungkin lo belum tau sifat ayah gue yang sesungguhnya, ayah gue itu.... "
" Tempramental? " Ucap (nama kamu) yang langsung memotong ucapan (nama kamu) pelan, takutnya menyinggung laki-laki itu.
" Iya, gue takut ayah nyakitin bunda kalo gue gak nurut, tapi ya memang semua harus dari hati dan gue enggak. Dan akhirnya gue gagal di tes terakhir " Ucap Iqbaal panjang lebar lagi, membuat (nama kamu) sangat empati dengan sahabatnya itu.
" Ohya, lo tau darimana sifat ayah gue? " Ucap Iqbaal lagi, laki-laki itu matanya sudah berkaca-kaca.
" Gue pernah lihat om Herry ngamuk dan berbuat kasar sama bunda Baal, waktu itu gue takut jadi gue gak bisa nolongin bunda. Dan saat itu malam hari Baal setelah bunda dapet kabar kalo lo gagal tes " Ucap (nama kamu) panjang lebar setelah terdiam cukup lama tadi.
" Ayah gue selalu aja seperti itu, kalo aja dia bukan ayah gue udah gue..... " Ucapan Iqbaal yang sengaja tidak diteruskan karena laki-laki itu mengerang keras, wajahnya menunduk menahan emosi.
Lalu (nama kamu) merengkuh tubuh Iqbaal yang berada disampingnya, gadis itu memeluk Iqbaal sambil menepuki pundak Iqbaal pelan beberapa kali.
" Lo jangan pernah takut sama gue ya, gue gak bakal seperti ayah gue " Ucap Iqbaal dengan sedikit serak.
" Iya Baal "
" Dan lo jangan pernah nganggep gue sekejam itu " Ucap Iqbaal lagi, kini (nama kamu) merasakan air mata laki-laki itu telah menetes di kaos oblongnya bagian bahu.
Iqbaal nangis? Apa Iqbaal sebelumnya pernah nangis gini? Apa sering? Entahlah.
" Makanya lo harus selalu nurut dan denger apa yang dibilang sama bunda, cukup ayah lo aja yang nyakitin bunda, lo jangan " Ucap (nama kamu) penuh kasih sayang sambil masih tetap memeluk Iqbaal yang sedang menangis di bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan Dia
Teen Fiction[SELESAI] Cerita ini berawal dari kisah perencaan perjodohan (nama kamu) dengan putra semata wayang rekan bisnis papanya. Namun, (nama kamu) Celistya Ananta tidak setuju, karena dia mencintai Iqbaal Dhiafakhri yang merupakan sahabatnya sejak kecil...