Jeng..jeng..
" Tumben kamu bawa bekal, sayang? " Ucap Harnum saat melihat putri kesayangannya itu sibuk mengisi kotak bekal berwarna abu-abu tua dengan berbagai makanan.
" Hmmm.... "
(nama kamu) sengaja menggantungkan ucapannya, gadis itu tampak sedikit berpikir harus mengatakan apa pada mamanya.
" Lagi pengen aja mah, kayaknya nanti aku bakal males untuk keluar makan siang deh " Ucap (nama kamu) sambil terkekeh diakhir, Harnum hanya mengangguk membuat (nama kamu) merasa sedikit lega.
" Habis ini aku langsung berangkat aja ya mah " Ucap (nama kamu) lagi, membuat dahi Harnum berkerut.
" Tumben berangkatnya sepagi ini sih, Alwan gak jemput? " Ucap Harnum sambil mengelus bahu kanan (nama kamu) beberapa kali.
" Iya mah, nanti Alwan jemputnya di.... " Ucap (nama kamu) yang langsung dihentikan, hampir saja ia akan keceplosan.
" Dimana? "
" Maksudnya, aku langsung janjian ketemu Alwannya di kantor mah, iya gitu " Ucap (nama kamu) yang langsung menutup kotak bekal itu.
" Yaudah sana berangkat nanti kamu telat " Ucap Harnum, (nama kamu) langsung mengangguk sambil tersenyum.
" Aku berangkat ya mah, dahh mamah " Ucap (nama kamu) setelah mencium punggung tangan Harnum.
" Hati-hati sayang "
" Iya mah " Ucap (nama kamu) yang langsung beranjak meninggalkan Harnum dengan sedikit terburu-buru. Mengingat jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh, perjalanan menuju rumah yang ditinggali Haris akan menghabiskan waktu sekitar setengah jam, itu pun kalau tidak macet. Itu artinya, akan sedikit sekali waktunya untuk bertemu dengan Haris.
***
(nama kamu) baru saja menuruni taxi yang ditumpanginya tadi, gadis itu berjalan dengan sedikit tergopoh-gopoh sambil menenteng tas plastik di tangan kanannya." Tuhkan, Alwan udah dateng " Ucap (nama kamu) yang semakin berjalan dengan cepat, sedikit berlari. Namun sayang, saat sampai di ambang pintu keseimbangannya goyang karena ia sekarang memakai sepatu yang sedikit tinggi dan lancip.
*BRUKK* Tubuh (nama kamu) ambruk begitu saja, siku tangan kirinya nya sedikit memar karena membentur pintu cukup keras.
Alwan yang sedang mengobrol dengan Haris langsung bangkit dengan sedikit terkejut menatap (nama kamu) yang sudah tersungkur di ambang pintu.
" Al, ini berikan ke papah, aku bisa berdiri sendiri kok " Ucap (nama kamu) sambil menyerahkan tas plastik di tangan kanannya, Alwan langsung meraihnya dan segera meletakkan di meja di depan Haris tanpa mengucapkan apa pun.
Laki-laki itu langsung menghampiri (nama kamu) lagi, gadis itu belum berdiri juga, sepertinya kakinya sedikit terkilir.
" Makasih Al, " Ucap (nama kamu) saat ia sudah berdiri dan dibantu oleh Alwan tadi.
" Kamu kenapa sih buru-buru banget? " Ucap Alwan yang mulai mengomeli (nama kamu) sambil menuntun gadis itu untuk segera duduk di sofa.
" Aku takut telat kan " Ucap (nama kamu) saat dirinya sudah duduk.
" Telat juga, nggak bakal dipecat kok sayang " Ucap Alwan sangat lembut.
Alwan langsung berlalu begitu saja meninggalkan (nama kamu) yang sesekali masih meringis kesakitan pada sikunya.
Laki-laki paruh baya itu terus menatap (nama kamu), seperti ada potongan-potongan kecil ingatan di memori otaknya, namun hanya sedikit, itu pun tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan Dia
Teen Fiction[SELESAI] Cerita ini berawal dari kisah perencaan perjodohan (nama kamu) dengan putra semata wayang rekan bisnis papanya. Namun, (nama kamu) Celistya Ananta tidak setuju, karena dia mencintai Iqbaal Dhiafakhri yang merupakan sahabatnya sejak kecil...