🌼11🌼

179 20 2
                                    

Jeng..jeng..

Setelah kurang dari lima belas menit, mobil Haris yang dikendarai Kiki tadi sudah terparkir di perkarangan luas rumah Haris.

(nama kamu) berjalan disamping Alwan, sedangkan Kiki mendahului langkah mereka berdua.

" Alwan... Sayang " Ucap Aurel yang sedari tadi cemas langsung menyambar tubuh putra kesayangannya itu.

" Kamu kan suka alergi dengan angin malam nak, kenapa kamu malah pergi nggak bawa kendaraan sih " Ucap Aurel dengan cemas setelah melepaskan pelukan singkatnya dari Alwan.

" Iya ma, Alwan minta maaf " Ucap Alwan yang sudah dituntun Aurel untuk duduk di sofa ruang tamu.

Semuanya pun sudah duduk di sofa ruang tamu rumah Haris.

" Maafin aku ya tante, tadi aku sempet pakai jaketnya Alwan. Dan Alwan jadi kedinginan deh " Ucap (nama kamu) pelan sambil menatap teduh ke arah Aurel. Membuat Aurel tersenyum kecil.

" Iya gak papa sayang. Kamu gak salah " Ucap Aurel sambil mengacak gemas puncak kepala (nama kamu).

" Ohya mas Andrio, kira-kira kapan pertunangan mereka akan digelar? " Ucap Haris membuat jantung (nama kamu) berdebar dua kali lipat lebih cepat.

Badan (nama kamu) sedikit bergetar, sesekali matanya melirik ke arah Kiki yang sedang duduk di sofa seberang meja. Kiki pun hanya membalas dengan tatapan bingung kepada adiknya.

" Kok tanya saya Ris, kalo Alwan sih sudah siap. Tinggal menunggu keputusan putri kamu saja " Ucap Andrio membuat Alwan sedikit terkejut.

' Kenapa papa bilang seperti itu? ' Gerutu Alwan dalam hati. Jujur Alwan senang dengan ucapan papanya, tapi dilain sisi Alwan sudah berkata kepada (nama kamu) untuk selalu menunggu kapanpun gadis itu siap. Alwan hanya takut jika (nama kamu) menganggapnya berbohong.

" Gimana (nama kamu)? " Ucap Haris sambil tersenyum dan memandang ke arah putrinya yang tampak sangat gelisah.

(nama kamu) sudah menahan agar air yang saat ini sudah bergerumul di matanya tidak menetes sekarang. Mulutnya juga terasa keluh dan sulit untuk berkata apapun.

Harnum sudah mengelusi rambut lurus milik putrinya. Harnum sangat tahu bagaimana keadaan hati putrinya saat ini.

" Maaf mas Andrio, mbak Aurel mungkin (nama kamu) butuh waktu dulu untuk menentukan jawabannya " Ucap Harnum yang akhirnya membuka suara.

" Iya, berikan putri saya waktu satu minggu " Ucap Haris membuat Harnum, (nama kamu), dan Kiki terbelalak. Bisa-bisanya laki-laki itu mengambil keputusan sesukanya.

" Baiklah Haris, Harnum kalian santai aja " Ucap Aurel sambil terkekeh. Sedangkan Andrio tersenyum kecil. Berbeda dengan Alwan yang selalu menundukkan kepalanya sedari tadi.

" Ohya, karena udah malam kita pamit aja ya " Ucap Andrio, kemudian laki-laki itu berdiri dan diikuti oleh Aurel dan Alwan.

" Ohya mas " Ucap Haris yang ikutan berdiri dan diikuti oleh Harnum dan juga Kiki.

(nama kamu)? Yap gadis itu sepertinya masih terhanyut dalam lamunannya. Sungguh waktu seminggu untuk menentukan keputusan seberat itu hanya akan terasa seperti beberapa detik saja baginya.

" (nama kamu) " Ucap Harnum sambil menepuk pelan bahu kanan putrinya, (nama kamu) yang tersadar langsung berdiri disamping mamanya dan kakaknya.

" Assalamu'alaikum " Ucap Andrio, Aurel, dan Alwan secara bersamaan.

" Wa'alaikumsalam " Balas Haris, Harnum, Kiki, dan juga (nama kamu) secara bersamaan.

" Hati-hati Om, tante, Alwan " Ucap (nama kamu) sambil tersenyum. (nama kamu) merasa bersalah terhadap sikapnya yang terlalu sibuk melamun seperti tadi saat keluarga Alwan berpamitan.

Kamu dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang