" Saling merindukan, saling mendoakan, tapi tidak ada ikatan. Tidak masalah, karena takdir Tuhan lebih kuat dari ikatan " Teruntuk Iqbaal Dhiafakhri dan (nama kamu) Celistya.
Jeng..jeng..
Satu Minggu telah berlalu, hari ini adalah hari pertama (nama kamu) bekerja di salah satu kantor yang dikelola oleh Andrio, calon mertuanya. Tidak lupa, Alwan juga mendapatkan jabatan yang baik di kantor itu.
Siang ini, (nama kamu) dan Alwan menghabiskan jam istirahat mereka di cafe terdekat dari kantor. Sudah setengah jam lebih mereka berada disana.
" Aku seneng deh kita bisa sama-sama terus " Ucap Alwan pada (nama kamu) yang sedang menyeruput habis capuccino hangatnya.
" Iya, aku juga " Ucap (nama kamu) setelah menjauhkan cangkir minuman itu darinya.
" Kenapa kamu gak terima aja sih Al tawaran papa kamu untuk lanjut ke strata dua " Ucap (nama kamu) mulai membuat topik pembicaraan.
" Kalau aku gak yakin, aku gak bakal mau " Ucap Alwan cepat, kemudian meneguk air mineral botol di hadapannya.
" Seharusnya kamu ambil aja Al tawaran papa kamu, itu kan juga demi masa depan kamu " Ucap (nama kamu) lagi.
" Aku kan mau nikah sama kamu setahun lagi. Aku gak mau dong kamu yang sibuk kerja dan aku sibuk sendiri sama kuliah aku " Ucap Alwan membuat (nama kamu) terdiam, sungguh Alwan laki-laki yang baik.
" (nam..) aku itu beneran serius sama kamu " Ucap Alwan yang tiba-tiba menggamit kedua tangan (nama kamu), lalu menggenggamnya erat-erat.
" Iya Alwan, aku tau " Ucap (nama kamu) sambil tersenyum.
" Ohya, ini jam berapa ya? " Ucap (nama kamu) membuat Alwan melepaskan tangan gadis itu, (nama kamu) langsung menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
" Lima belas menit lagi kita masuk Al, ayo balik " Ucap (nama kamu) yang langsung berdiri.
" Gak usah buru-buru sih, gak bakal dipecat juga kalo telat " Ucap Alwan membuat (nama kamu) mendengus sebal.
" Ini nih yang buat aku sebel sama kamu, jangan mentang-mentang ini perusahaan papa kamu jadi kita gak perlu disiplin "
Alwan langsung berdiri begitu saja setelah mendapatkan omelan dari (nama kamu).
" Udah ah ayo, lama kamu " Ucap (nama kamu) sambil menarik paksa tangan kanan Alwan, sedangkan Alwan hanya senyum-senyum tanpa dosa.
***
Iqbaal sedang menenangkan pikirannya setelah Belva memberitahunya lewat sambungan telepon tadi pagi, Belva mengatakan sudah mendaftarkan Iqbaal ke universitas ternama di Melbourne, Australia. Sebenarnya Iqbaal ingin kerja saja untuk memenuhi kebutuhannya dan Rike, tapi Belva melarang dan menyanggupi biaya kuliah strata duanya dan juga kebutuhannya dan juga Rike. Alhasil, Iqbaal menjadi tidak enak sendiri kalau harus menolaknya." Mas, ada paket " Ucap seorang pengantar paket dan membuat Iqbaal yang sedang duduk santai di teras rumahnya beranjak menghampiri.
" Untuk ibu Rike "
" Terima kasih ya pak " Ucap Iqbaal setelah bertanda tangan di surat terima yang diberikan oleh petugas pengantar paket itu.
" Iya mas sama-sama "
***
" Brengsek " Ucap Iqbaal setelah membuka dan membaca sepucuk surat yang telah dipaketkan tadi. Iqbaal hampir saja meremas surat itu, namun ia urungkan, karena dengan adanya surat ini berarti aja jalan terbaik untuk bundanya agar terlepas dari siksaan batinnya selama beberapa tahun terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan Dia
Teen Fiction[SELESAI] Cerita ini berawal dari kisah perencaan perjodohan (nama kamu) dengan putra semata wayang rekan bisnis papanya. Namun, (nama kamu) Celistya Ananta tidak setuju, karena dia mencintai Iqbaal Dhiafakhri yang merupakan sahabatnya sejak kecil...