Sebuah perasaan bisa saja ditutupi, tapi tergantung bagaimana cara kita menutupinya bukan?😃 kalau nutupinnya pake panci ya innalillahi deh.
---
--Selamat membaca--
***
Lyla menutup pintu rumahnya dengan hati-hati dan jantung yang berdetak. "Kali ini, gue harus menetralkan detak jantung gue, masalahnya gue udah telat setengah jam lamanya karena ketiduran, gue kok jadi takut kalo dihukum sih," ucap Lyla kesal sambil berjalan meninggalkan rumahnya menuju sekolah madrasahnya yang sangat dekat dengan rumahnya dengan langkah agak dipercepat.
Setelah Ia sampai didepan sekolah madrasahnya, Ia melihat kearah kantor dan yang Ia lihat pertama kali adalah sandal milik gurunya yang berwarna biru. Jangan ketawa, setiap Lyla berangkat madrasah, yang Ia pastikan pertama kali adalah sandal milik sang guru.
Lyla selalu berharap jika sang guru sedang absen tidak mengajar, tapi doanya itu selalu sirna setiap Ia melihat sepasang sandal berwarna biru sialan itu tampak mencolok diantara sandal-sandal milik guru yang lain. Mengapa Lyla bisa tau sandal milik gurunya? Itu karena, pada saat Ia pertama kali berangkat tepat waktu, Ia melihat dari kelas atas, gurunya sedang memakai sandal warna biru mencolok.
Lyla mengalihkan pandangannya dari sandal kearah tangga yang sedang menunggunya disana. Lyla meneguk ludahnya, hah, untung kelas gue ada ditingkat ketiga! Batin Lyla bersyukur. Dengan letak kelasnya yang berada ditingkat paling atas, Ia mampu memperlambat waktu. Tapi mengingat kalau Ia sudah telat setengah jam lamanya, Lyla langsung berlari menaiki tangga menuju kelasnya dengan napas ngos-ngosan.
Akhirnya, Ia sudah sampai didepan kelasnya dengan selamat. Nafasnya tampak tersengal-sengal, dari arah pintu Ia sudah bisa melihat guru tampannya sedang menelusuri buku absen dari atas kebawah. Sudah jelas, kalau gurunya sedang mencari-cari mangsa yang tepat untuk dijadikan guru pildacil kali ini.
Lyla langsung panas dingin, keringat langsung membasahi dahinya dengan mulus. Dengan takut-takut, Lyla mengucapkan salam dan masuk kekelas menuju bangkunya dengan menunduk sopan terhadap gurunya.
Guru tersebut beserta santriwati yang lain menjawab salam dari Lyla dan kembali fokus keaktivitas semula. Bagi mereka, seorang Lyla berangkat terlambat itu sudah dijadikan kebiasaan, para santriwati yang ada dikelas II Tsanawiyah ini sangat pengertian pada Lyla, begitupun dengan gurunya, meskipun kadang gurunya tidak memberi toleran pada santriwati yang terlambat dan biasanya akan memberi hukuman berupa muroja'ah. Yaitu menjelaskan pelajaran kemarin yang telah dijelaskan oleh guru dengan runtut dan jelas. Jika tidak mau, terpaksa sang guru harus memberikan hukuman berupa berdiri sambil memaknani kitabnya didepan kelas selama 1 khisoh (satu pelajaran).
Lyla meletakkan kitab-kitabnya diatas bangku sambil gemetar. Sekilas, Ia memandang kearah gurunya yang juga tampak menatapnya sekilas lalu kembali beralih pada buku absensinya. "Duh, semoga bukan gue......." ucap Lyla memohon sambil memejamkan matanya.
"Mbak Lyla....." seketika, jantung Lyla seperti berhenti berdetak kala mendengar suara tersebut memanggil namanya dengan indah dan memabukkan. Sudah beberapa bulan ini Lyla kerap memikirkan gurunya itu bahkan memimpikannya. Tak jarang juga Lyla berfikiran bahwa Ia memang menyukai gurunya itu, meski umur mereka terpaut 11 tahun jauhnya. Tapi, suka tak memandang umurkan? Ck, ayolah.
Lyla mendongakkan kepalanya menatap mata redup tersebut dan sepasang alisnya terangkat keatas. Belum sampai 5 detik Lyla memandang sang guru yang bernama Alif tersebut, guru tersebut sudah mengalihkan pandangannya dengan menelusuri buku absensinya lagi. Lyla kadang geram, hannya 3 detik saja biasanya dia hannya bisa menatap mata tersebut. Kenapa? Itu sudah menjadi kebiasaan para santriwan dipondok sini. Karena saling tatap yang bukan mahromnya itu merupakan perbuatan yang tidak diperbolehkan.
Lyla hannya memandang sang guru sampai guru tersebut mengutarakan apa yang sedari tadi akan Ia katakan. "Kenapa mbak, kok terlambat?" Tanya sang guru final.
Ah, syukurlah gue nggak disuruh maju. (Ucap batin Lyla sambil mengelus dada).
"Anu pak itu saya tadi ketiduran, jadinya saya terlambat deh, wajarlah pak... habis pulang sekolah langsung sekolah lagi, hehehe bapakkan enak, udah ngga sekolah lagi," kali ini Lyla berucap dengan sesantai mungkin sambil menatap gurunya dengan tampang watadosnya.
Sang guru hannya mengangguk-anggukkan kepalanya paham, ya, Ia paham dengan situasi ini, muridnya yang satu ini memang harus diwajari, karena Alif merupakan sahabat dekat abangnya Lyla, jadi Alif sedikit mengerti dengan kehidupan muridnya yang satu ini. "O begitu....." lantas para santriwati yang ada dikelas tidak ada yang tidak tertawa. Selalu begini, setelah sang guru bertanya, respon andalannya selalu o begitu , seperti sebuah respon yang seolah-olah menyembunyikan semua rasa kesalnya.
"Mmm tapi lain kali diusahakan untuk tidak terlambat ya mbak?" Tanya Alif lalu Lyla hannya mengangguk mengerti.Kadang Lyla berfikir. Nih guru kok sabar banget sih, nih ya kalo gue yang jadi guru, pasti udah gue omelin abis-abisan deh, kalo perlu gue sumpel pake kapur tulis sekalian!. Pantas saja Lyla selalu berdebar menghadapi sikap sabar sang guru, meski kadang-kadang Ia juga kesal dengan sang guru. Tapi bagaimanapun juga, Lyla tidak boleh melupakan kalau Alif adalah gurunya dan juga sahabat dari kakaknya. Berkali-kali Lyla berusaha mengenyahkan sebuah rasa yang kerap datang ini tiap kali Ia menatap sepasang mata berwarna hitam pekat tersebut sedang menanyainya. Tapi nihil! Rasa itu semakin menjadi-jadi saat mata tersebut sedang menatapnya didominasi dengan suara yang memabukkan ditelinga Lyla yang ditujukan kepadanya.
Dan, Lyla juga bersikap sesantai mungkin saat gurunya itu berkunjung kerumahnya untuk sekedar bertemu dengan kakaknya. Berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
Bersambung........
***
Halo para readers.... ketemu lagi ya hehehe.
Dipart tadi, Lyla memanggil gurunya dengan sebutan 'Bapak', padahal gurunya masih terbilang muda untuk dipanggil bapak ya, dan sang guru juga memanggil 'Mbak' pada Lyla. Karena itu semua merupakan cara santriwan santriwati daerah saya saling menyantuni satu sama lain saat berada disekolah madrasah.
Tapi lain halnya dengan Alif saat berada kediaman Lyla. Kaalau dirumah, Lyla akan memanggil Alif dengan embel-embel 'Abang' sama seperti cara dia memanggil abangnya sendiri.
Dan tadi ada kata 'muroja'ah', kalian ngerti gak? Kalau kalian ga ngerti akan saya jelaskam disini. Muroja'ah itu adalah saat seorang murid menjelaskan pelajaran kemarin atau lebih tepatnya mengulang pelajaran kemarin didepan kelas seperti cara guru menjelaskan. Dan itupun dengan tanpa melihat buku. Nah, fiks kalian sudah faham? Kalau belum faham silakan bertanya bagian mana yang kurang kalian fahami.
Sekian.
Salam,
stkholilah22__