14-Kiriman📮-

3.8K 169 3
                                    

Alami, aku sendiri yang buat.

---

--Selamat membaca--

***

Ting tong......

Azmi yang kebetulan berada diapartemen sendirian karena ditinggal oleh Ahkam dan Aban membeli cemilan langsung membukakakan pintu.

Begitu Azmi membuka pintu, Ia melihat sorang pak pengantar surat. "Iya, ada perlu apa pak?" Tanya Azmi dengan suara datar.

"Ini, ada kiriman untuk yang namanya Hafidzul Ahkam, benar ini alamatnya?" Tanya sang tukang pos.

"Iya bener," jawab Azmi dan tukang pos tersebut menyuruh Azmi menandatanganinya, setelah itu Azmi langsung masuk kedalam apartemennya kembali.

"Tipis, surat kali ya... tapi dari siapa?" Gumam Azmi bertanya-tanya.

Ia tidak menemukan tulisan nama diamplopnya.

"Ah, bodo amat." Ucap Azmi acuh sambil meletakkan surat tersebut dimeja.

***

Ceklek.

Aban dan Ahkam pulang membawa berbagai macam cemilan. "Aban sukanya emang boros ya." Celetuk Ahkam mengejek Aban.

"Ini namanya bukan boros kak," jawab Aban tersenyum. "Mborong Kak hehehe," sambung Aban asal-asalan.


Azmi menoleh kesumber suara. "Kalian itu seperti perempuan, lama banget belanjanya." Celetuk Azmi dengan suara datar.

Aban langsung ngakak. "Bhahahaha kau ini merajuk Ya Azmi? Hahaha seperti anak kecil saja kau," ucap Aban disela tawanya.

Azmi tetap acuh dengan perkataan Aban yang teekesan mengejeknya. "Eh, Kak Ahkam, ada kiriman tuh, keliatannya surat," ucap Azmi yang teringat dengan surat yang tadi.

"Mana? Dari siapa?" Tanya Ahkam sambil meletakkan semua belanjaannya dimeja.

"Tuh," tunjuk Azmi melihat amplop didepannya. "Nggak tau juga dari siapa, baca aja."

Ahkam langsung mengambil amplop berwarna biru tersebut. Kali ini warna amplopnya beda, kemarin pink sekarang biru, ini pasti dari orang yang berbeda (Batin Ahkam sambil memandangi surat tersebut).

Ahkam meletakkan kembali amplop tersebut diatas meja.

Azmi memindah chanel-chanel diTV dengan bete, Ia ingin segera kembali ke pondok, Ia sudah bosan berada diapartemen ini. Tepat, Azmi tidak sengaja berhenti disiaran TV yang judulnya Ummi.

Aban yang tadinya tertawa, kini ekspresi wajahnya berubah drastis saat melihat tayangan TV yang menayangkan seorang ibu yang sedang lengah mengurus anaknya, tepat disaat itu Aban tampak lesu dan mata mulai berkaca-kaca. Ahkam dan Azmi yang melihat perubahan drastis sikap Aban langsung menghampiri Aban yang sedang terduduk lesu ditempat tidurnya.

"Aban, sudahlah...." ucap Ahkam menenangkan.

"Iya Kak Aban, jangan bersedih terus." Sambung Azmi juga ikut menenangkan.

"Aku jadi sedih bila melihat ibu tadi, betapa tidak beruntungnya aku karena aku tidak pernah tau ibu kandungku juga ayahku." Ucap Aban dengan suara parau. "Dari kecil aku mengira orang tuaku yang saat ini adalah orang tua kandungku, tapi pada kenyataannya tidak, mereka bukan orang tua kandungku. " Aban meneteskan air matanya.

Perkataan Aban sangat menyentuh hati Ahkam dan Azmi. Mereka terenyuh dengan satu dua patah kata yang terucap dari mulut Aban dengan suara paraunya. Mereka merasakan bagaimana rasanya menjadi Aban, sangat berat memang mengetahui kenyataan bahwa ibu dan ayah yang mengasuh Aban selama ini bukanlah orang tua kandungnya. Betapa beratnya menjadi seorang Aban. Sebelumnya, dia adalah pribadi yang humoris, periang, dan aktif. Dia tidak akan bersedih untuk masalah sepele, tapi jika menyangkut kedua orang tuanya, rasanya Ia ingin sekali bertemu dan memeluk orang tuanya, menemukan sebuah kasih sayang yang sesungguhnya. Tapi pada kenyataannya itu tidak akan pernah terjadi didunia ini, mungkin kelak diakhirat itu akan terjadi.

"Aban, sudahlah." Ucap Ahkam sambil mengelus punggung Aban dengan sayang, Ahkam memang sudah menganggap baik Aban maupun Azmi sebagai adiknya sendiri. Ahkam sangat senang bila sudah bersama-sama dengan keduanya. Ia ingin merasakan setiap detail masalah yang dihadapi Aban maupun Azmi. Memberi semangat bila salah satu diantara keduanya patah semangat. Memberikan motivasi untuk keduanya agar mau maju. Ahkam memang pribadi yang baik hati, kadang pendiam, kadang humoris, kadang pemalu kalau menyangkut perempuan yang akan dijodohkan dengannya nanti, dan Ahkam tidak pernah menunjukkan kemarahannya didepan Aban maupun Azmi.

"Hem, kau tau Kak Aban, tadi aku melihat tikus menggendong kucing, Bhahahaha." Ucap Azmi mengada-ada cerita agar Aban tidak bersedih terus sambil tertawa ngakak.

Aban menoleh kearah Azmi dengan mata bosan. "Kau itu tak akan pernah bisa membuatku tertawa Azmi.... leluconmu itu biasa bagiku," ucap Aban meremehkan sambil menaik turunkan alisnya.

Azmi dan Ahkam bersyukur dalam hati, setidaknya Aban tidak terus terpuruk dalam kesedihan seperti ini. Untunglah Aban masih bisa tertawa.

Ahkam yang melihat Azmi dan Aban saling bercanda dan tertawa, memutuskan untuk tidak mengganggu kesenangan mereka, Ahkam jadi penasaran dengan isi amplop tadi. Langsung saja Ia berjalan menuju meja depan TV. Mengambil amplop tersebut dan membacanya.

From: Lyla
To: Kak Ahkam♥

Hai Kak Ahkam:),
Senyummu selalu memikat
Dan hatiku selalu terikat
Andai aku bisa melihatmu sekali lagi hehe...
Aku sudah terkunci oleh satu hati Kak
Yaitu kamu Kak.....
Tapi aku masih saja nggak tau ini hanya obsesi semata atau bukan,

Maaf yakak kalau ini bukan kata-kata indah yang mampu membuat Kak Ahkam tersentuh, mungkin kalo Kak Ahkam sudah membaca ini saja aku sudah senang kok.

Ahkam agak terkejut, ternyata ini masih dari orang yang sama yang mengirimnya. "Astaghfirulloh.... kenapa wanita itu selalu mengirimiku surat? Ckckck," ucap Ahkam sambil membuka aplikasi IG diponselnya.

Notes: "jika kita sudah menganggapnya keluarga, maka kita harus saling berbagi kesedihan, kebahagiaan, saling memberi semangat"-Ahkam.

"Surat ini adalah sebuah perantara perumpamaan perasaanku,"-Lyla.

Bersambung............

***

Halo, ini utangku aku bayar deh, hadeh pas gue nulis bagian Aban rasanya nih air mata gak bisa dibendung, jantung gue deg deg ser gitu.

Ini aja ya partnya, maaf kalo mengecewakan,

Jangan lupa Vote:)

Salam,
Stkholilah22.

Untukmu Ahkam[SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang