Merasakan, bagaimana lemahnya aku ketika berhadapan langsung denganmu, begitu dirimu menoleh untuk yang kedua kalinya-pun aku lebih memilih pergi, karna aku sudah tak sanggup menahan rona malu.
---
--Selamat membaca--
***
Saat lagu kedua dinyanyikan, suara para penggemar Syubbanul Muslimin semakin lama semakin riuh.
"Eh, Lyl pulang yuk," Ucap Airin sambil mencebikkan bibirnya.
Lyla menoleh kearah Airin dengan senyum yang masih mengembang. "Lo pulang aja kalo capek, gue masih mau disini, mau ngasih ini." Ucap Lyla sambil menenteng surat yang sedari tadi Ia pegang.
"Huft, iya deh nurut aja, lagian gue ga berani balik sendiri, takut nyasar." Ucap Airin sambil memainkan ponselnya.
Lyla tertawa renyah. "Sabar aja, bentar lagi juga selesai kok, betah-betahin aja, gue mau ngejar cinta gue--" Ucap Lyla kemudian Ia menghentikan perkataannya kala mengatakan kata 'cinta'.
Cinta? Jadi.... gue jatuh cinta? Segitu cepatnya ya gue nyimpulin kalo gue sedang jatuh cinta? Atau ini hanya kebetulan saja?
Lyla melamunkan setiap perkataan yang Ia lontarkan tadi. Ada apa dengan dirinya? Bagaimana bisa dia mencintai orang yang bahkan tidak bisa Ia gapai, yang bahkan orang tersebut tak sudi menengok kearahnya?.
"Terus aja sampe puas mandanginnya, gue-nya gabut disini." Ucap Airin merasa bete dengan Lyla.
"Iya udahlah lo pulang aja sono! Gitu aja susah," balas Lyla sambil memotret sekitar menggunakan kameranya, sedangkan Airin memutar bola matanya dan memilih tak menghiraukan perkataan Lyla.
***
Sholawatan sudah selesai dan Ahkam bersama dengan Azmi dan Aban memutuskan untuk kembali ke-apartemen mereka.
Dengan penuh kesabaran, mereka berusaha menghadapi setiap tingkah para penggemar mereka.
"Hey, Kak Ahkam aku merasa tidak percaya diri." Unjuk Azmi sambil berbisik kepada Ahkam. "Mengapa mereka mengerumuni kita? Aku merasa risih Kak," ucap Azmi kesal sambil tersenyum setengah kepada beberapa penggemarnya yang menyerukan namanya, lalu setelah itu Azmi kembali bermuka datar.
Ahkam tertawa geli mendengar ucapan kesal Azmi. "Hahaha kau itu Azmi, mereka itu mencintai sholawat kita, bukan kita." Ucap Ahkam menjelaskan.
"KAK AHKAM," Ahkam terlonjak kaget kala ada seorang perempuan menyerukan namanya dengan suara yang sangat memekikkan telinganya. Meskipun teriakan para perempuan yang lain tak kalah memekikkan telinga, tapi yang ini memberikan kesan berbeda kepada Ahkam. Untuk pertama kalinya, Ahkam merasakan sentuhan seorang wanita yang bukan mahromnya dipergelangan tangannya.
Ahkam menatap tangannya yang barusan dipegang oleh perempuan tersebut, kemudian memandang perempuan tersebut yang sepertinya sedang salah tingkah.
"Ini kak, saya harap kakak menghargai saya sebagai seorang penggemar." Ucap perempuan tersebut sambil menyerahkan sebuah amplop berwarna pink kepada Ahkam. Kenapa Ahkam begitu tertohok mendengar kalimat yang keluar dari mulut perempuan tersebut? Kalimat tersebut begitu menyindir Ahkam bahwa Ahkam belum pantas menjadi seseorang yang diidolakan, tapi Ahkam tidak peduli dengan dirinya yang menjadi seseorang yang diidolakan. Dengan ragu, Ahkam menerima amplop pink tersebut.
Entah karena apa? Ahkam menerima amplop tersebut, Ahkam saja tidak mengenal perempuan tersebut. Bahkan, baru sekali ini Ia menerima sebuah pemberian dari penggemarnya. Kalau dilihat-lihat, perempuan tadi memang penggemar Ahkam.
"Sst, Kak Ahkam, kau kenapa? Ayo kita balik." Tepukan Azmi disampingnya membuat Ahkam tersadar akan lamunannya dan memasukkan amplop tersebut kedalam saku baju kokonya. Langsung saja Ahkam melanjutkan jalannya, sebelumnya Ia menoleh kearah perempuan tadi dan sudah tidak mendapatinya lagi ditempatnya semula.
Ahkam bertanya dalam hati. Kemana perempuan tadi? Seperti setan saja, Ahkam menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hei Azmi, ternyata penggemarmu lebih banyak dari pada penggemarku...." celetuk Aban tiba-tiba sambil memandang Azmi yang berwajah super datar.
Azmi menoleh kearah Aban masih dengan muka datar. "Sudahlah Kak Aban, aku tidak peduli dengan para penggemar itu, kalau Kak Aban mau ambil saja, aku tak masalah." Ucap Azmi santai tapi datar.
Aban memandang Azmi. "Kau ini Azmi, kalau kau bermuka datar seperti itu yang ada nanti penggemarmu lari kearahku dengan sendirinya tanpa perlu aku suruh hahahaha," balas Aban sambil tertawa renyah.
"Terserah kau saja Kak Aban." Ucap Azmi cuek.
Notes: "Jika sebuah surat saja bisa membuatmu menerimanya, maka aku tak akan lelah untuk menulis sebuah kata-kata bahkan kalimat diselembar kertas lalu kukirim untukmu, meski kata-kata bahkan kalimat dariku tak seindah penulis ternama didunia ini, karena aku memang bukan ahlinya.. Tapi, ada sebuah alasan yang membuatku mengurungkan niatku. Yaitu, aku sadar bahwa jarak memisahkanku denganmu, bahkan tak setiap waktupun kita bisa bertemu dan aku sadar bahwa aku yang menyandang status penggemar ini tidak akan pernah bersanding denganmu."
Bersambung..............
***
Hmmm aku tuh nulis part ini deg-degan pas adegan Lyla memegang tangan Ahkam.
Duh, gimana kalo kalian yang gitu?😂.
Iya iya, ngarep² ajalah sesuka hati kalian😊. Ini kan dunia fiksi hehehe.😁.^-^
Terimakasih bagi kalian yang sudah setia sampai part ini^-^.
Sekian.