Seumur aku mulai mengenal yang namanya dunia sosial hingga hari ini, belum pernah aku menemukan pria super dingin macam Garindra Mahardika. Sesosok mahasiswa abadi yang dalam sebulan ini mengisi kekosongan hatiku setelah putus dengan pacar terakhirku tiga bulan yang lalu. Aku lebih suka menyebutnya pria berdarah dingin. Dia tidak memiliki lingkungan sosial seperti orang-orang ekstrovert pada umumnya, tapi bukan berarti juga karena dia seorang introvert. Kesehariannya hanya dihabiskan di dalam kamar berukuran 3x3,5 meter dengan hanya duduk di depan komputer bersama game online-nya. Ya, itulah teman-temannya. Para pecandu game dunia maya. Apa gak bosan? Bahkan kebanyakan para introvert saja gak separah itu menurutku.
Tapi entah kenapa dia berbeda, setidaknya dimataku. Bahkan bagi seorang yang biasa kusapa Garin ini bisa dikatakan sosial media yang lagi digandrungi saat ini pun gak begitu berfungsi saking berbedanya orang ini, bisa dihitung berapa kata yang keluar dari mulutnya dalam sehari untuk bersosialisasi dengan orang di dunia nyata selain dengan komunitas gamenya itu. Di dunia maya dia hanya balas chat teman-temannya kalau ada yang butuh saja, itupun terkait kuliah. Selain itu? Mustahil dia yang say "hi" lebih dulu ke teman-temannya. Alhasil, cukup sulit juga membuka topik pembicaraan dengannya. Tapi, dari semua sikap berbedanya itulah justru yang membuatku menyukainya.
Jika aku telusuri, sebenarnya usia kita sama. Garin lahir lima hari lebih awal dariku di bulan dan tahun yang sama. Masalah sekarang dia sudah semester 14 bukan berarti dia yang kecepatan sekolah waktu dia kecil, melainkan aku yang telat. Lebih tepatnya aku menunda kuliahku selama dua tahun setelah lulus SMA. Waktu itu aku ingin sekali kuliah di salah satu Universitas kebanggaan Indonesia di Yogyakarta, namun kedua orang tuaku gak mendukung sama sekali. Aku yang tingkat kelabilan, egois dan keras kepalanya sebagai lulusan SMA masih tinggi pada saat itu lebih memilih gak kuliah sama sekali. Lebih banyak menghabiskan untuk nongkrong-nongkrong gak jelas sampai akhirnya mencoba untuk belajar kerja di beberapa café – temasuk café milik orang tua sendiri dan semuanya gak pernah bertahan lama. Memasuki tahun kedua, aku mengalah. Aku mau kuliah dimana saja terlebih ketika mendengar teman-temanku yang selalu bercerita mengenai suasana kampus yang mebuatku tertarik. Namun tiba-tiba saja adikku yang bernama Dafa sakit keras dan harus dilarikan ke Singapura karena ada beberapa hal di Jakarta yang tidak memadai. Aku sebagai satu-satunya kakak yang tersisa di rumah setelah kedua kakakku menikah membuatku harus menemani adikku di sana selama hampir enam bulan karena gak mungkin kalau orang tuaku yang nunggu mengingat mereka harus kerja, sekalipun suka mengunjungi kami setiap seminggu atau dua minggu sekali. Sebenarnya aku bisa saja kuliah di Singapura. Apalagi ada Universitas bagus dengan jurusan yang aku suka dan pernah menjadi Universitas dengan Jurusan Komunikasi terbaik ketiga di dunia. Tapi gak mungkin sekali kalau tanpa beasiswa. Bayangkan saja biaya kuliah perbulannya hampir setara dengan bayaran rata-rata tiga semester kuliah di Indonesia. Ingat loh perbulan bukan per-semester. Segitu mahalnya, belum lagi biaya sewa dorm dan biaya hidup. Kalau harus dipaksakan bisa-bisa gaji bulanan ayahku harus ditransfer semuanya ke rekeningku. Lalu dari mana mereka makan? Gaji ibuku? Gak akan cukup. Apalagi adikku sakit. Meskipun ada bantuan dari pemerintahan Indonesia, tetap saja biaya hidup di sini besar. Hingga akhirnya aku baru bisa kuliah di tahun ke tiga, di Depok. Menyelesaikan kuliah dalam waktu 3,5 tahun dan mendapat kandidat lulusan terbaik di wisuda pertama tahun ini.
Baiklah cukup. Balik lagi ke Garin.
Dia merupakan seorang mahasiswa Teknik Informatika di salah satu Universitas Swasta cukup ternama di Jakarta Barat. Sementara aku baru saja lulus April lalu. Kami mengenal satu sama lain dua bulan yang lalu melalui sebuah aplikasi dating khusus untuk penyuka sesama jenis, atau biasa di kenal gay untuk kami sebagai kaum Adam. Sama seperti gay lainnya, menggunakan aplikasi ini kebanyakan atas dasar mencari pemuas nafsu semata. Aku pun begitu. Faktornya sih bisa macam-macam, kesepian misalnya, atau rasa bosan seperti yang kualami. Intinya setelah bertemu di aplikasi itu sudah bisa dipastikan kami akan menjalani yang namanya one night stand alias ML, atau para gay menyebutnya "fun". Seminggu setelah kami fun obrolan diantara aku dengannya terus berlanjut hingga Garin memutuskan untuk memperjelas hubungan kita dengan sebuah ikatan berlabel pacaran. Aku menerimanya. Sekalipun belum ada rasa suka waktu itu, tapi aku percaya akan proses. Termasuk rasa sayang sekalipun. Benar saja. Bulan pertama menjadi cerita klise kebanyakan para pasangan yang dimabuk asmara. Aku dan Garin menghabiskan banyak waktu tidak hanya untuk saling mengenal melainkan saling mengisi hari-hari satu sama lain meski tidak dibumbui nuansa romantisme. Kenapa? benar sekali. Sudah tabiatnya seorang Garin yang lebih banyak diam. Well, bagaimanapun semuanya menyenangkan.
Memasuki bulan ketiga entah kenapa dia berubah sekali. Sekalipun tidak pernah ada kejelasan yang keluar dari mulutnya, tapi aku bisa membaca komunikasi non-verbalnya. Entah apa yang sebenarnya menjadi titik permasalahan. "lagi butuh sendiri" hanya itu yang keluar dari mulutnya. Bukankah selama ini dia selalu sendiri? Sampai kapan dia mau sendiri? Kalau memang dia lagi ada masalah, kenapa aku merasa menjadi pasangan yang tidak pernah berguna dimatanya? Bahkan ketika rasa sayang itu sudah tumbuh besar untuknya.
Apakah ini termasuk pada ujian sebuah hubungan? Entahlah, yang pasti aku sedang tidak berbicara soal cinta sejati yang banyak diuji cintanya oleh sang Dewa Asmara. Tapi setidaknya dari semua sikap Garin yang selalu membuatku kepikiran, ada orang di sampingku yang selalu saja memberikanku hiburan dan kenyamanan dengan caranya sendiri. Seorang teman, Boy Alexander.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE or LUST
RomanceBOOK 1 -[COMPLETED]- Highest Rank: #2 "Best Non-Fiction Stories" (March 2018) #1 in "frienship-romance" (May, 2018) #2 in "truestory" (1-24 May 2018) #19 in "gay" (out of 25.7K stories - May, 2018) _____________ * Pastikan FOLLOW dulu sebelum baca k...