4 - PERTEMUAN

9.3K 545 18
                                    

*MEDIA: Skylar Grey - I Know You



'So please, I know you baby

I know you baby

So please, I know you baby

I know you baby

I believe, I believe you could love me

But you're lost on the road to misery

....'

Waktu sudah menunjukan hampir pukul sebelas malam. Melalui ojek online yang aku pesan, aku begitu menikmati sekali suasana malam Jakarta yang tidak begitu padat ini. Ingin rasanya melentangkan kedua tanganku agar aku semakin bisa merasakan angin malam ini. 

Sebuah lagu dari Skylar Grey – I Know You aku putar melalui Spotify dan entah kenapa lagu ini seperti mengiringi suasana hatiku. Jarak antara apartemen Alvin menuju kostanku lumayan jauh sehingga memutarkan beberapa lagu selama perjalanan kurasa adalah pilihan terbaik daripada harus diam. Biasanya kalau aku naik kendaraan online seperti ini driver-nya selalu aku ajak ngobrol tapi kali ini aku benar-benar gak ada mood untuk ngobrol.

Gerbang kostanku jika tertulis diperaturan akan dikunci pada pukul dua belas malam, sehingga gerbang itu pasti masih akan terbuka lebar dan cukup ramai dengan penghuni kostan yang masih keluar masuk untuk cari makan ataupun pulang dari aktivitasnya seperti yang kulakukan ini.

Setibanya di lantai empat, aku mendapatkan seseorang berdiri tepat di depan pintu kamarku sambil sesekali mengetuk pintu itu. Dia adalah seorang perempuan. Mengenakan piyama putih bercorak bunga rose. Rambutnya terurai. Satu tangannya menenteng sebuah keresek. 

Aku terdiam sejenak memperhatikannya. 

Tapi dari postur tubuhnya, aku seperti mengenali sosok perempuan itu sekalipun hanya melihatnya dari samping. Hemm... aku menghela napas sebentar lalu berjalan mendekatinya dengan sangat hati-hati.

"pemiliknya ada di sini Mbak, ada perlu apa ya?" Aku menyapa perempuan itu pelan.

Lalu..

Perempuan itu menoleh ke arahku.

...

'Astaga!' aku kaget begitu pertama kali melihat wajahnya. Aku benar-benar tahu siapa dia.

Kami saling bertatapan.

"K.. ka.. kamu...?" perempuan itu mengacungkan telunjuknya ke arah mukaku.

"oh.. my God... kamu Putra kan?" aku menganggukan kepalaku dengan sedikit gugup.

"kamu masih ingat aku kan Put?"

"ehmm... De.. Devina, right?" Aku menebak dengan sangat hati-hati.

"yups!" tiba-tiba saja perempuan itu lari kearahku dan memelukku.

"oh my goodness, que fais-tu ici??"

"Sejak kapan?"

"Ça Va!" pertanyaan demi pertanyaan terus keluar dari Devina. Sementara tangannya semakin erat memeluku. Bahkan kepalanya mulai menempel pada dada bidangku.

"Dev.. Dev... lepasin.. gak enak ada yang lewat..." aku berusaha melepaskannya ketika ada seorang penghuni kostan lewat ke arah kami berdua.

"oh.. sorry.. gue terlalu excited"

"oke wait... gua buka dulu pintunya ya, kita ngobrol di dalem"

"are you kidding me? Ini kamar kamu? Sumpah demi apa dunia ini sempit banget kalau ini kamar kamu Put" Devina menahanku.

Aku hanya menganggukan kepala.

Tak lama kami pun masuk. Devina melihat-lihat sekitar kamarku.

"kamu baru pindah sini ya Put?"

"he emm.."

"pantes barangnya masih dikit, hehe"

"by the way, how was your life? Long time no see" aku membuka jaket dan melemparkannya ke kasur.

"lama banget Put. But, I'm great!"

"oh iya, kamu kenapa bisa di sini Dev?" Aku membawakannya satu gelas air putih dan segera menghampiri Devina.

"damn! Aku lupa kan... sorry.. sorry bentar" Devina berbalik dan mengambil kresek yang diletakannya di dekat pintu.

"so... ini isinya adalah makanan. Jadi tadi sore kan aku ke Senayan kebetulan lagi ada bazar makanan gitu. Seru loh Put.. buanyaaak banget jenis makanan, kamu mau apa aja ada. Yang non halal juga ada kalo kamu mau haha.. Nah temen aku yang kost di sini nitip beberapa makanan gitu, kirain dia udah pulang, aku lupa dan pas aku chat ternyata benar saja dia baru pulang kerja jam satu malem. Kalau harus nunggu dia pulang aku keburu tidur, kalau harus dibesokin takutnya basi.--

--Jadi kata temenku itu anterin aja ke kostan terus titipin ke kamar no. 3 di lantai 4 blok B. Katanya yang punya kamar pasti ada di kostan. Udah 5 menit aku ketuk-ketuk gak ada jawaban aku pikir pemiliknya udah tidur, hampir aja aku balik, eehh kamu dateng. Ternyata kamu yang punya kamar Put. Kok bisa kebetulan gini ya?" Devina menyerahkan kresek berisi makanan itu padaku dan menjelaskan kronologisnya dengan detail dan terlihat begitu senang.

"bentar Dev, lo gak salah kamar kan? Lantai 4-kamar no.3-dan-blok B sih emang kamar ini. Tapi masalahnya gua baru beberapa hari di sini gimana ceritanya ada yang bisa nitipin makanan ke kamar gua? Bahkan belom ada yang gua kenal di sini, apalagi udah kerja"

Devina segera membuka aplikasi WhatsApp dan menunjukan chatnya ke mukaku.

"nih kalau gak percaya. Kamar di Lt. 4 Blok B no. 3"

"Joseph?" aku melihat nama kontak yang tertera di HP Devina. Benar saja sepertinya dia salah kamar, aku gak mengenali siapa itu Joseph.

"iya, Joseph. Dia temenku yang kost disini juga. Dia di blok B juga kok, kamar paling pojok sana. Masa kamu gak kenal?"

Aku hanya menggelengkan kepala.

"ya udah gini aja, kamu save nomornya. Dia pulang kerja jam satu. Nah kalau sampai setengah dua lebih dia belum ngambil makanan ini kamu telepon aja ya"

"terus gua jangan tidur sampai temen lo itu dateng? Lagian kostan ini jam 12 gerbangnya dikunci"

"mereka yang kerja pulangnya di atas jam 12 biasanya punya kunci cadangan. Maaf ya Put, abisnya kalau dibesokin basi.."

"kenapa lo gak masukin kulkas aja Dev?"

"Putra.. Joe gak suka makanan jadi dimasukin ke kulkas. please..." Devina mengatupkan tangannya ke arahku memohon.

"ya udah gak apa-apa" aku gak bisa menolaknya.

"aseeek... aku tahu kok kamu selalu mau bantuin aku hehe.. ya udah kalau gitu aku pulang dulu ya Put" Devina siap-siap untuk pergi.

"tapi kita kan belum ngobrol Dev.."

"ya udah bagi WA kamu dong"

"gua gak pernah ganti nomor Dev..."

"really? Masih yang ujungnya triple nol itu?"

"lo masih inget Dev?"

"gimana aku bisa lupa Put, hemm... ya udah aku balik yaa... nanti aku chat ya.. bye.."

Devina pun meninggalkanku yang masih duduk terdiam. Aku benar-benar gak ngerti sebenarnya kenapa dia bisa berada di sini. Kenapa aku bisa ketemu lagi dengannya setelah sekian tahun lamanya. Tapi ya sudahlah, aku bisa tanyakan kepadanya nanti. Sekarang aku butuh mandi badanku lengket semua rasanya. Aku gak akan bisa tidur kalau belum mandi.

Sepulangnya dari kamar mandi, aku mendapatkan banyak sekali notif chat WA dari nomor baru yang ternyata itu adalah nomor Devina. Aku baca satu persatu setelah selesai mengenakan pakaian piyama. Tapi... chat-chat itu...

LOVE or LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang