21 - LOST

5.8K 400 151
                                    

Ada rasa rasa sedih, ada juga perasaan hancur, belum lagi bimbang, kecewa dan marah. Semuanya bertumpu pada satu kepala. Saling berlarian dan bertabrakan satu sama lain. Setelah kejadian dari sejak pagi yang cukup meguras kesabaran, akhirnya aku cukup bisa bernapas lega. Entah kenapa dari yang sudah kualami tiba-tiba saja wajah Mas Galuh dan Mbak Lea lah yang seakan mengambang di depan mataku. Mas Galuh sebagai seorang Kepala Divisi hari ini menujukan sosoknya sebagai Kakak bagiku, begitu detailnya dia menjabarkan setiap kata untuk menasihatiku. Yaa... meskipun berujung kemarahan yang gak jelas datangnya dari mana. Belum lagi Mbak Lea, setelah dua hari ini membentakku terus menerus tapi sisi seorang Kakaknya juga keluar. Begitu bijak dengan pemikiran terbukanya menasihatiku, dan yang paling penting dia menerimaku sebagai seorang gay.

Di sisi lain aku juga selamat dari pekerjaanku. Setelah isu pemberhentian kerjaku yang mebuatku makin stres ternyata semuanya salah. Aku gak dipecat dari StarTV, meskipun aku ditantang untuk lebih profesional mulai besok. Hari ini aku disuruh pulang lebih cepat sama Mbak Lea, katanya biar aku istirahat dan nenangin pikiran. Ya, sikapnya Mbak Lea tepat sekali aku memang butuh untuk istirahat setelah apa yang dia lakukan padaku haha.

'wait! Itu... itu Putri kan? Ya! Dia Putri sama Agung. Gua masih inget banget muka si brengsek itu, gara-gara dia gua jadi putus sama Putri. Tapi... ngapain mereka ada di sekitar sini?' langkahku terhenti tepat di depan gerbang kantor ketika melihat dua orang yang sangat aku kenal sedang makan disebuah warung Soto Madura.

'samperin gak ya? Ah ngapain juga nyamperin mereka. Tapi itu beneran Putri kan? Ah sudahlah gak penting juga, mendingan aku buru-buru pulang terus tidur' pikirku sambil buru-buru meninggalkan kantor sebelum dilihat sama Putri dan Agung.

Sesampainya di ujung jalan besar, aku memberhentikan mikrolet no 11 yang menuju arah kostanku.

Dengan buru-buru aku segera menaiki satu persatu anak tangga kostan. Gak sabar rasanya ingin menghempaskan tubuh ini ke kasur. Pasti akan sangat lelap sekali kalau aku tidur.

"Putra! Lo udah balik" sahut seseorang ketika aku sedang menaiki tangga di lantai 3. Ternyata itu adalah Boy. Dia tepat berada di ujung tangga seperti hendak turun.

"eh Boy. Iya nih lagi kurang fit aja gua jadi butuh istirahat" jawabku ketika sampai dihadapan Boy. Sikapku sudah biasa lagi ke Boy setelah kejadian waktu itu.

"lo sakit?" Boy menempelkan punggung telapak tangannya dikeningku.

"kagaaa" aku segera melepaskan tangannya.

"ya udah istirahat gih"

"hem"

"eh, tapi kamar lo jangan dikunci ya"

"ya gua kunci lah, gua mau tidur gimana kalau ada maling"

"please..."

"ngapain sih? Gua mau istirahat Boy..."

"pokoknya kalau sampai lo kunci, gua bakal gangguin lo sampai lo buka" Boy segera berlari menuruni anak tangga tanpa menunggu jawabanku.

Huh... dia emang susah buat ditolak. Semuanya harus serba iya kalau di depan dia.

Aku menyempatkan diri untuk cuci kaki dan cuci muka sebelum benar-benar siap untuk tidur.

Seperti yang diminta Boy, aku gak mengunci kamarku dan memilih untuk memainkan handphone ketimbang tidur sebelum Boy benar-benar kembali.

"Taraaaaa" tiba-tiba Boy datang mengagetkanku tanpa ada permisi terlebih dahulu.

"ah sial lo ngagetin gua aja. Lo mau ngapain sih?"

"santai dong Bro... nih, gua bawa 2 porsi makan, lo pasti belom makan kan? Ayo kita makan" aku hanya menatap ke arahnya.

"kenapa lo? Kok malah natapin gua Put?"

LOVE or LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang