5 - CERITA CINTA SMA

9.6K 552 39
                                    

Aku paling gak bisa kalau harus tidur sebelum mandi terlebih dahulu. Sekalipun aktivitasku belum banyak, tapi badan ini cukup lengket dan akan membuatku tidak akan bisa tidur nyenyak. Maka, meski sudah larut malam aku tetap memaksakan untuk mengguyur sekujur tubuh ini. 

Sepulangnya dari kamar mandi, aku mendapatkan banyak sekali chat WA dari nomor baru yang tak lain adalah Devina. Kami pun melanjutkan obrolan melalui aplikasi itu. Jujur saja ada beberapa obrolan yang membuatku jadi terdiam. Perempuan blasteran Indo-Perancis bernama Devina itu adalah perempuan pertama yang mengisi hatiku dikala aku gak bisa menyukai sosok perempuan semenjak usia remaja. 

Aku dan Devina pacaran pada saat SMA kelas XI atau kelas 2 awal semester 2. Hubungan kami berakhir sebulan sebelum ujian nasional berlangsung. Aku yakin jika Devina masih gak mengerti dengan keputusanku memutuskannya bahkan mungkin hingga sekarang. Bagaimana tidak, aku gak mungkin bisa menjelaskan kepada Devina bahwa alasanku mengakhiri hubungan itu karena aku tidak pernah menyukainya sebagai pacar. Sekalipun kami sangat dekat, bahkan aku selalu berusaha bersikap romantis layanknya seorang pacar, hatiku tetap tidak bisa dibohongi. 

Pacaran waktu itu hanya untuk menutupi identitasku sebagai seorang penyuka sesama jenis. Sementara cintaku hanya tertuju pada satu laki-laki. Seorang teman kecil yang telah bersamaku hingga sekarang, Antonio Mahesa Alvin. Namun, ketika aku masuk kelas 2 SMA Alvin harus melanjutkan sekolah di luar negeri. Sehingga aku sangat terpukul waktu itu. Devina hadir disaat yang tepat. Aku bisa mulai move on dari Alvin sampai akhirnya pacaran dengan Devina. Namun aku tidak mau melukai hati Devina lebih lama lagi.

Selama bertahun-tahun aku memendam perasaan pada Alvin ketika mulai merasa bahwa orientasi seksualku berbeda dengan teman-teman pria sebayaku waktu SD kelas 6. Ketika memasuki SMP kelas 2, aku baru sadar bahwa ada kemungkinan jika aku adalah seorang pria yang menyukai sesama jenis. Meskipun hanya satu orang yang aku suka, seorang teman dekatku, tetanggaku, bahkan dia bisa jadi kakakku. Hanya saja dia adalah seorang straight. Bahkan dia seorang homophobic.

Aku masih ingat sekali pertemuanku dengan Devina. Waktu itu ada sebuah acara pameran jurnalistik yang diadakan oleh salah satu media lokal di sebuah Mall di Bandung. Setelah berkenalan ternyata aku satu sekolahan sama dia. Aku yang ngambil jurusan IPA jarang sekali melihat Devina mengingat dia anak IPS. Selain itu, ternyata Devina adalah siswi kelas 3. Aku cukup kaget bahkan ketika tahu bahwa usianya hampir tiga tahun lebih tua dariku sekalipun ia lebih tua satu tingkat di sekolah. Tapi itu tidak menjadi masalah besar.

'kamu kok datang ke acara ini?' Devina membuka obrolan, mengingat aku cukup pasif pada saat itu.

'aku tertarik sama dunia Jurnalistik jadi aku datang ke sini. Kamu sendiri?'

'hanya ngisi hari sabtuku aja sih. Bosen di rumah, ngajakin temen jalan pada gak mau. Ya udah aku ke sini sendiri. Eh.. ketemu kamu, sendirian juga hehe...'

'ohh.. kalau gitu kita nonton aja yuk, mau gak?' entah kenapa waktu itu rasanya begitu mudah sekali bagiku ngajakin perempuan nonton. Mungkin karena aku masih sangat labil, belum terlalu ngerti soal hal-hal kayak ginian.

'emm... boleh? Emang lagi ada film rame?'

'gak tahu, kita lihat aja..' jawabku polos.

Dari situ aku mulai sering jalan dengan Devina. Terlebih ketika libur semester, apalagi hatiku masih belum bisa pergi dari Alvin. Tepat di hari pertama semester 2 dimulai, Aku memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada Devina disaat jam upacara berlangsung. Kami bersembunyi di kantin dan tidak ikut upacara. 

Tidak ada setangkai bunga apalagi cincin yang aku berikan pada saat itu. Ketika aku merogoh saku celana abu-abu, aku mengeluarkan dua buah kartu prabayar dari dua operator yang berbeda. Aku menyatakan cintaku melalui kartu prabayar tersebut. Aku merasa menjadi orang paling bodoh pada saat itu karena gak mengerti hal-hal seperti ini. Tapi ternyata hal itu justru sangat dirasakan berbeda sama Devina, mengingat drama-drama yang dia lihat di TV selama ini menyatakan cinta minimal dengan bunga ataupun cokelat. 

LOVE or LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang