22 - LUST

6.3K 460 169
                                    

Aku jadi kesal setelah apa yang baru saja terjadi antara aku dan Boy. Belum lagi Garin yang mendadak gak jelas kelakuannya. Baru berapa menit bercanda dengannya tiba-tiba sikapnya berubah seakan seperti orang kesurupan. Menyikut dadaku bahkan menyuruhku untuk pulang. Apa sebenarnya yang sedang terjadi sama orang-orang ini? Aku benar-benar geram dibuatnya, sampai akhirnya sebuah panggilan telepon masuk ke HPku yang kulihat dari Alvin.

*BEBERAPA SAAT SEBELUM TELEPON DARI ALVIN MASUK

BRAK!

Aku kembali membanting pintu kamar kostan Garin setelah memberikan sate yang baru saja aku beli, lalu segera pergi menuju kostanku. Dengan ngosh-ngoshan aku berusaha mengatur napasku ketika aku baru saja sampai di lantai 4 kostanku. Aku segera membuka pintu kamar dan masuk. Namun sebelum benar-benar pintu kamarku tertutup, sebuah kaki berusaha menahannya.

"Boy? Lo mau ngapain?" ucapku ketika muncul muka Boy dari celah pintu.

"buka dulu pintunya" jawabnya terlihat serius.

"oh my God, apalagi sih?? Gua mau tidur Boy ini udah jam 10 lebih"

"gua perlu ngomong sama lo!" tegasnya membuatku penasaran.

"kenapa gak besok aja sih? Gua lagi bete kalo sekarang" aku berusaha menolaknya.

"sekarang!" bentaknya. Aku kaget lalu kubuka pintu lebar-lebar. Tanpa kupersilahkan Boy langsung nyelonong masuk dan duduk dikasurku. Aku mengikutinya setelah kututup pintu kamar lalu menarik kursi dan duduk di depannya.

"ada apa sih?"

"lo dari mana barusan?" Boy balik tanya.

"maksudnya apa sih Boy? Emang gua pergi kemana lo harus selalu tahu?"

"gua tanya lo dari mana barusan?!" bentaknya lagi.

'ini orang kenapa sih? Gua baru dateng maen bentak-bentak aja?' gumamku dalam hati.

"Jawab Put! Tadi abis magrib gua lihat lo masuk ke kostan 13! Dan itu bukan dari kamar Devina!"

"okey! Gua barusan emang dari sana. Kostan pacar gua di sana, mau apa lo?"

"ohh, haha.." hanya itu yang keluar dari mulut Boy. Dia berdiri lalu meletakan kedua tangannya di atas pinggang sambil senyum sinis dan menatap ke langit-langit kamarku.

"kenapa lo?"

"sorry Put, tadi gua ngikutin lo. Lo naik ke lantai 4 dan masuk ke kamar 10" aku cukup kaget mendengarnya. Boy diam sejenak, menarik napas lalu melanjutkan ucapannya.

"Lo tahu Put, gua kenal sama orang di kamar itu dan barusan lo bilang dia pacar lo? JADI SELAMA INI LO GAY??!" ucapannya diakhiri dengan bentakan. Lalu matanya melotot ke arahku.

"Boy..."

"kenapa? Lo kaget kalau gua tahu identitas lo? Lo kaget kalau gua tahu lo pacaran sama si Garin? Hah?!" tiba-tiba Boy mencengkram kerah polo-shirt yang kukenakan.

"cukup Boy!!" aku berusaha melepaskannya lalu mendorongnya sekuat tenaga sampai Boy terjatuh ke kasur.

"lo pikir gua gak tahu kalau lo juga seorang gay?? Lo pikir gua gak tahu kalau lo pernah chat sama pacar gua di hornet? Lo pikir gua juga gak tahu kalau lo pernah ML sama pacar gua? Gua tahu semuanya Boy, gua tahu bejatnya lo!!"

BUGH!!

Dengan keras tangan Boy menghantam pipiku.

"ohh.. jadi gini ya balesan orang kalau ketahuan bejat?" tatapku penuh kesal. Tanganku menyentuh pipi yang baru saja ditonjok Boy, ada sedikit darah keluar dari ujung mulutku.

LOVE or LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang