9 - PENGAKUAN

8.9K 444 47
                                    


"Hari senin aku sudah mulai training kayaknya kita jadi bakal jarang ketemu" ucapku di tengah-tengah keheningan kami berdua.

Sudah sejam lebih aku menemani Garin di kamarnya. Dia masih asik saja dengan game online-nya itu.

"ya emangnya training bakalan 24 jam? Kan malemnya kamu bisa ke sini" Garin membalas ucapanku tanpa sedikitpun menengok ke belakang. Tapi kalimat yang dia ucapkan jujur saja membuatku senang. Artinya dia memberiku lampu hijau untuk tetap menemuinya setiap malam.

Dari sejak malam Minggu itu aku selalu menemui Garin tiap hari. Banyak hal yang selalu kita bicarakan. Sekalipun dia selalu asik dengan game-nya, tapi obrolan kami tidak pernah terputus. Biasanya sambil menunggu dia selesai main game, aku akan asik menonton drama series Thailand bertemakan Boy Love Story.

Garin sejauh ini adalah teman yang asik dalam mengisi hari-hariku. Kehadirannya juga membuatku lupa akan masalahku dengan Boy, bahkan aku juga sampai jarang menghubungi Alvin.

Satu lagi yang aku suka, Garin tidak selalu meminta fun padaku, sekalipun dia sosok yang hypersex tapi dia tidak memaksakanku untuk fun dengannya mengingat aku gak terlalu maniak pada seks.

Perawakanku hampir sama dengan Garin. Tinggi dia kira-kira 170-172cm saja mengingat aku 170cm. Badannya kurus tidak sepertiku yang masih menyisakan otot-otot bekas Gymku dulu. Rambutnya kini dipotong ala-ala haircut yang gak begitu rapi dan tanpa ada polesan pomade. Sesekali dia menggunakan kacamata saat bermain game tapi melepasnya ketika game itu selesai.

Ada hal yang aku masih belum mengerti. Sejak kapan panggilan kami berubah menjadi "aku & kamu"?

"eh, chat LINE-ku yang semalam belum kamu baca juga?" aku membuka aplikasi LINE lalu mendekati Garin yang masih asik di depan monitor komputer.

"kamu nge-chat aku gitu?"

"astagaaa... aku nge-chat kamu banyak dan panjang-panjang banget, pantesan gak dibales juga" aku jadi bete dibuatnya. Selama ini yang aku tahu dia gak pernah gak buka aplikasi LINE dalam sehari.

"hehe... maaf yaa aku matiin notif jadi gak tahu ada pesan masuk dari kamu" jawabnya dengan nada tanpa dosa.

"tau ah!"

"bentar ya kamu jangan ngajak ngobrol aku dulu lagi seru-serunya" lanjut Garin.

"AGH! DAMN!

WHAT THE FUCK ARE YOU DOING GUYS?

KENAPA MALAH NAIK KE ATAS?

WOY!

ANJING

ITU DI BELAKANG LO

AH KAMPRET!"

Garin selalu saja teriak-teriak setiap kali main game. Aku gak ngerti kenapa sebegitunya ya orang yang main game online?. Apa hanya dia saja? Atau semua gamer seperti itu kalau lagi main? Sebagai orang yang sama sekali gak begitu suka game, aku pada awalnya dibuat kaget oleh Garin dan berusaha berkali-kali untuk menyuruhnya menurunkan volume suaranya itu. Tapi mana ada dia mendengarku, ternyata itu sudah menjadi kebiasaannya.

"SI EGA MANA SI EGA?

GA LO SEKARANG KE ATAS GA

GUA DARI BAWAH"

"....." aku hanya meliriknya sesekali, kadang diikuti dengan gelengan kepala kecil melihat kelakuan Garin. Tapi disisi lain, aku jadi senyum-senyum sendiri. Baru kali ini aku bertemu orang seperti dia. Aku rasa dia berbeda.

LOVE or LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang