1 - KOSTAN BARU

21.2K 803 43
                                    

Hari ke-6 di bulan Agustus 2016

"Baiklah, ini kamarmu. Kamu bisa istirahat dulu lalu beresin barang bawaannya. Nanti kalau sudah nyantei kamu bisa ke bawah untuk ngisi formulir. Terus ada beberapa peraturan yang berlaku untuk penghuni kostan ini yang harus kamu ketahui" jelas seorang penjaga Kost yang kuketahui bernama Beni.

Ini adalah hari pertamaku kost di Jakarta. Kebetulan minggu terakhir bulan ini aku akan mulai training sebagai pegawai baru di salah satu media Televisi milik swasta, StarTV.

"ini kuncinya, semoga betah disini ya hehe" lanjutnya.

"siap. Thanks ya Bang" balasku.

"panggil aja Beni, penghuni kost sini biasa panggil gua nama kok"

"OK"

Beni segera pergi meninggalkanku seorang diri. Dia adalah salah satu penjaga kostan. Orangnya sangat ramah apalagi ketika dia tahu bahwa aku orang Bandung, kebetulan Beni dan pemilik kostan yang akan aku tempati ini juga orang Bandung. Jadinya sebelum lihat-lihat kamar aku sempat ngobrol banyak sama dia.

Sebenarnya aku sudah seminggu ada di Jakarta. Aku tinggal disebuah apartment milik sahabatku di bilangan Kalibata. Namun karena kerjaan dia semakin hari semakin banyak, aku merasa takut mengganggunya. Kebetulan ada temanku yang sudah lebih dulu kerja di StarTV yang baru pindah kostan, jadi aku memutuskan untuk datang kesini menempati kamar bekas temanku itu.

Kostan ini terbilang murah untuk harga rata-rata kostan di Jakarta. Sebuah kost-kostan yang bisa dibilang sangat besar karena terdapat 4 lantai kostan inti dengan total seratus kamar, 1 lantai pemilik kostan di lantai paling atas dan basement yang tentu saja di paling bawah. Aku sendiri mendapatkan kamar kosong di lantai 4. Dari 100 kamar yang ada, hanya tersisa 3 kamar kosong dengan dua kamar non-AC dan 1 kamar AC. Kamar bekas temanku ini adalah kamar AC dan aku akan memilih kamar ini mengingat Jakarta yang panasnya sudah terkenal seantero jagat raya.

Aku memperhatikan sejenak isi kamar ini. Sebuah kamar berukuran 4 meter persegi bercat biru muda dengan berisi 1 lemari pakaian berukuran sedang, 1 meja komputer sepaket dengan kursi dan tentu saja tempat tidur lengkap dengan bantal guling yang masih terbungkus plastik menandakan itu baru diganti.

Tidak sampai tiga puluh menit lamanya, entah kenapa rasa bosan tiba-tiba saja merasuki pikiranku. Aku bahkan belum sempat memasukan barang-barang yang kubawa. Aku mulai berpikir, kurang lebih tiga minggu lamanya aku akan berada di sini sampai benar-benar jadwal trainingku keluar. Pasti aku akan sangat bosan apalagi belum ada satu orang pun yang aku kenal. Kalau harus bulak-balik Kalibata kayaknya gak mungkin. Sebenarnya saudara-saudaraku di Ibu Kota ini banyak, tapi aku memilih untuk tidak bergantung sama mereka. Yaa... gimana ya aku sudah punya pengalaman kurang menyenangkan dengan tinggal bersama saudara, ujung-ujungnya selalu itung-itungan.

"Mas-nya mau ke siapa ya?" tiba-tiba sesosok orang membuyarkan pikiranku yang masih terdiam di depan kamar dengan pintu yang sudah terbuka.

Aku menoleh.

Seorang pria bertubuh atletis dengan tinggi kutaksir 180 sentimeter bahkan mungkin lebih dan memiliki kulit yang sangat putih jika dibandingkan dengan kulitku yang sebenarnya masuk kategori putih. Mengenakan celana chino pendek berwarna krem dipadu kaus polos berwarna hitam. Rambutnya ditutup kupluk garis abu-hitam, pergelangan tangan kirinya terdapat beberapa aksesoris gelang handmade dan tangan kanannya menenteng sebotol ion water dingin. Wajahnya... aku yakin kalau dia bukan seratus persen berdarah Indonesia.

"hey!!.. Mas??" dia melambaikan satu tangannya ke depan mukaku yang masih terdiam menganga.

"eh sorry.. soryy.. kenapa?" Aku tersadar disaat sedang asik memperhatikannya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

LOVE or LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang