[Media - Ilustrasi cast; Boy, Putra, Alvin, Devina & Putri]
"butuh waktu lama agar aku bisa bersikap biasa lagi. Setidaknya 7 bulanan" Garin menuangkan air saat kalimat itu keluar. Aku yang masih duduk di atas kasur dengan menghadapkan muka ke jendela hanya tersenyum mendengarnya.
"apa? 7 bulan? Lucu. Waktu selama itu keburu nikah kali guanya" aku melemparkan senyum sinis ke arahnya melalui ujung bibirku. Garin gak melihat itu tapi langsung menimpa perkataanku dengan menyuruhku nikah.
------------------------------------
Hari ini genap dua bulan aku putus dari Garin. Aku bisa gila kalau semua perjalanan singkat mengenai hubunganku dengan Garin itu terus membayangi kepalaku. Apakah karena sesingkat itukah yang membuat aku susah melupakan sosok Garin? atau karena lagi-lagi ini sudah menjadi penyakitku? Susah move on dari mantan.
Itulah kenapa aku jadi malas sekali harus membuka hati untuk kembali berpacaran. Disaat perasaan sayangku tumbuh semakin besar, selalu saja berakhir dengan kata putus. Gak Putri, gak Garin, keduanya sama. Sekalipun saat itu sudah siap menerimanya bahkan perasaanku begitu lega karena harus putus dari Garin tapi entah kenapa perasaan sayang terhadapnya begitu lama untuk memudar. Padahal sudah gak ada lagi komunikasi yang kita jalin selama ini karena mungkin belum 7 bulan. Ah itu sih bualan konyol si Garin saja.
Tujuh bulan bukanlah waktu sebentar untuk kembali bersikap seperti biasa. Lagi-lagi aku harus kembali menyadarkan diriku sendiri kalau waktu selama itu adalah untuk dia bisa melupakanku. Aku merasa bodoh dibuatnya. Bodoh akan kata sampahnya soal cinta terhadapku.
"ngeliatin apa sih dari tadi khusuk bener kayaknya?" Boy muncul menyodorkan minuman kaleng ke arahku yang sedang melihat kontak Garin secara tidak sengaja di LINE.
Beneran kok gak sengaja. Sumpah! Aku sama Boy hari ini lagi di apartmen Alvin. Seperti biasa karena ini hari minggu dan sama-sama gak punya kegiatan jadi kita selalu sempatkan untuk kumpul.
Sejam yang lalu Alvin pergi mengantarkan Tante Maria atau Ibunya Alvin ke Bandara. Sabtu kemarin Ibunya datang kemari dan menginap di apartmen ini, dan barusan Tante Maria berangkat ke Manado karena ada pertemuan keluarga mengingat keluarga Ibunya yang memang ada disana. Beberapa menit yang lalu Alvin mengirimkan chat melalui LINE menanyakan menu makan siang apa untuk kita bertiga karena Ibunya gak sempat masak di sini, meskipun Ibunya tahu kalau aku akan datang apalagi aku sempat diminta untuk datang dari kemarin dan bermalam di sini. Tapi karena kerjaku sampai jam 8 malam aku memilih untuk pulang ke kostan dan baru jam 8 pagi datang ke apartmen Alvin bersama Boy sehingga hanya sebentar bisa mengobrol dengan Tante Maria yang juga sudah seperti Ibuku sendiri itu.
Setelah kubalas chat dari Alvin. Aku gak sengaja lihat sebuah status LINE dari akunnya Garin. Isi statusnya sebanarnya biasa saja. Sebuah stiker khas LINE yang sedang menghadapkan mukanya ke arah kipas angin, tanpa ada caption khusus yang ia sertakan.
Tapi ketika aku melihat tanggal yang tertera di HP saat hendak menutup aplikasi LINE aku jadi teringat tanggal putusku dengannya. 5 Februari, artinya tepat dua bulan aku dan Garin memutuskan hubungan dari tanggal 5 Desember lalu.
"sejak kapan gua minum bintang?" aku melirik Boy dengan sebelah mataku saat berdiri menatapku sambil memberikan minuman itu.
"dilihat dulu Putra sayang... apakah ini bintang?" Boy menyondongkan tubuhnya sambil balas menatapku.
Aku segera melihat ke arah kaleng minuman yang masih menggantung satu jengkal di depan wajahku itu.
Duh, aku jadi malu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE or LUST
RomanceBOOK 1 -[COMPLETED]- Highest Rank: #2 "Best Non-Fiction Stories" (March 2018) #1 in "frienship-romance" (May, 2018) #2 in "truestory" (1-24 May 2018) #19 in "gay" (out of 25.7K stories - May, 2018) _____________ * Pastikan FOLLOW dulu sebelum baca k...