27 - Si TUKANG DAGING

6.5K 418 73
                                    

"jadi ada berita apa nih sampai-sampai lo ngajakin gue makan malam?" Mbak Lea baru saja duduk di hadapanku ketika aku mengundangnya untuk makan malam sejam yang lalu.

Sebuah kedai ramen aku pilih mengingat ini adalah restoran terdekat dari kantor. Selain itu, tempat ini memiliki satu spot yang jarang dipilih oleh pengunjung, no smoking area. Ya, kebanyakan para pengunjung lebih memilih smoking area. Apalagi ini adalah weekdays, gak begitu banyak pengunjung yang datang jika dibandingkan weekend. Hari ini setelah jam pulang kantor aku mengundang Mbak Lea makan malam. Setelah kejadian yang aku alami kemarin, rasanya Mbak Lea adalah orang yang tepat untuk aku ajak bicara. Selain Boy, hanya dia yang tahu tentang hubunganku dengan Garin. Sepengetahuanku. Aku sudah bicarain ini ke Boy tentunya kemarin, tapi tahu sendiri bagaimana sikapnya. Penuh kekesalan. Sementara aku sedang benar-benar membutuhkan masukan, sekalipun aku gak bisa dibilang galau-galau banget dengan situasi putus cinta ini. Apa iya?

"kita pesan aja dulu Mbak, baru nanti gua cerita" aku mengacungkan tangan memanggil seorang waiter.

"lo gak apa-apa kan Put?" Mbak Lea langsung melemparkan pertanyaan ketika waiter itu pergi meninggalkan meja kami. Aku langsung menggelengkan kepala berusaha meyakinkan.

"jujur sih, hari ini gue gak bisa ngebaca muka lo Put. Apakah lagi sedih, apakah lagi senang, atau bahkan marah? Kayak lempeng-lempeng aja gitu muka lo. But there's something happened, right? Karena itu gak seperti biasanya" Mbak Lea menumpangkan satu kaki kanannya ke kaki kiri.

"ya... I don't know exactly what happened... With me. But... gimana ya Mbak, gua juga aneh sih karena... ini tuh kayak.. emm.. sebenarnya ada masalah apa sih gua sama Tuhan sampai seakan perasaan gua itu dipermainkan. Ngerti gak?"

"Nope!" Mbak Lea menggelengkan kepalanya.

"it's about relationship Mbak. My relationship!"

"with Garin?"

"more than that" yakinku.

Seorang waiter datang membawakan minuman pesanan kami. Nampak mata Mbak Lea yang gak berpaling dariku sama sekali.

"langsung ke pointnya Put. Gua gak suka dibawa muter-muter dulu" Mbak Lea mengambil minumannya.

"Mbak tahu kan bagaimana hubungan gua sama Putri?—"

"setahu yang lo ceritain"

"-gua rasa ini terjadi juga sama Garin"

"maksud?" Mbak Lea meletakan kembali minumannya ke meja. Lalu membenarkan posisi duduknya.

"ketika rasa sayang gua lagi di atas, lagi besar, lagi banyak, lagi—"

"lo putus?" Mbak Lea memotongku. Aku terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawabnya dengan sekali anggukan kepala.

"gue gak ngerti, kenapa sih kebanyakan hubungan pasangan gay itu gak pernah berjalan lama?" Mbak Lea menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi.

"apa sih yang kalian cari sebenarnya? just sex, kah? Heran gue. Dari beberapa hari terakhir ketika lo bilang komunikasi kalian berhenti, terus baikan lagi, berhenti lagi. I know there's something wrong! Makannya gue udah bilang berkali-kali be careful with Garin. Hubungan kalian itu gak sehat. Lo gak usah terlalu menanam rasa sayang lo terlalu banyak. Dia gak ngerti percintaan. Hidup dia itu kayak gak ada percintaan" cerocos Mbak Lea.

"Mbak. Can you stop it!" aku menghentikan ucapannya.

"Putra, please open your mind..."

"but, please listen to me first!" aku langsung memotongnya. Suasana jadi diam beberapa saat.

Waiter itu kembali datang menghampiri meja. Kali ini ia membawakan menu makanan. Setelah waiter itu pergi, terlihat Mbak Lea yang membuang napas panjang.

LOVE or LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang