BOY PoV
Hari ini mungkin akan jadi hari bersejarah bagi hidup gue. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan orang yang begitu gue sayang tapi dia adalah seorang pria.
Ya, pertama kali dalam hidup gue.
Gue sudah yakin setelah selama ini memikirkan cara bagaimana menyatakan perasaan gue ke dia. Namun semakin hari gue semakin gak bisa nahan untuk segera menyatakan perasaan ini pada seorang teman kost gue, Aerlangga Bumi Putra. Bisa jadi sebenarnya Putra sudah tahu perasaan gue ke dia disaat pertengkaran gue sama dia malam itu atau sikap-sikap gue ke dia selama ini. Tapi tentu saja gue harus meyakinkan dia kembali dengan suasana yang lebih baik.
Sebentar. Lebih baik? Jujur saja gue masih belum yakin ini akan berjalan baik. Hari ini gue akan minta tolong sahabat terbaik Putra untuk menyatakan perasaan gue ke dia. Alvin. Benar, dia orangnya.
Meski belum lama gue sahabatan dengan Alvin, tapi gue sudah dekat dan cukup mengenal dia. Masalahnya adalah, Alvin adalah seorang Homophobic. Putra juga pernah cerita bagaimana dia merahasiakan identitasnya dari sahabatnya itu. Sama halnya seperti Putra, gue juga takut sebenarnya kalau Alvin bakalan ngejauh bahkan ninggalin gue sama Putra.
Yang lebih parahnya lagi, Alvin pasti bakal ngehajar Putra habis-habisan karena merasa dibohongi selama ini. Tapi gue siap menghadapi Alvin, bagaimanapun kalau memang benar persahabatan ini harus didasari atas kejujuran, seharusnya gak ada rahasia di antara mereka maupun gue. Gue gak masalah Alvin jauhin gue, tapi gue gak akan terima kalau dia sampai jauhin Putra.
Gue akan ada buat Putra.
Tapi... apakah membuat Alvin tahu disaat seperti ini adalah waktu yang tepat? Yang ada tidak hanya Alvin yang marah, Putra juga pasti akan marah besar sama gue karena telah ngebuat sahabatnya tahu soal orientasinya dia.
'Oh YESUS... apa yang harus gue lakukan??'
'oke... gue bakal mastiin dulu sikap Alvin, dan cara pandang dia terhadap Gay seperti apa. Kalau 60% saja dia nerima dan sikapnya baik, gue bakal ngasih tahu soal Putra lalu gue minta tolong ke Alvin buat nembak Putra. Tapi kalau kebalikannya, gue harus sepemikiran sama Putra untuk merahasiakannya dari Alvin dan nembak Putra dengan cara yang lain'
Hari ini sabtu, Alvin pasti gak kemana-mana. Maka gue segera menghubunginya untuk memastikan dia ada di apartemennya dan gue bisa menemuinya. Dugaan gue tepat. Dia free hari ini dan mau gue temui.
Dengan segera gue berusaha menghubungi Putra. Gue beralasan untuk minta bantuannya menghitung hasil quisioner skripsian gue di tempat Alvin. Awalnya Putra nolak karena sebenarnya itu bisa dikerjakan di kostan gue. Tapi setelah berusaha meyakinkannya, akhirnya dia mau.
"tapi..."
"apalagi sih Boy.. gua harus balik kerja nih"
"gua gak bisa jemput lu. Gak apa-apa kan kalau lu ke tempat Alvin sendiri? Soalnya gua ada perlu dulu"
"iye!"
"Oke see you there Put, bye"
TUT!
Gue menutup telepon dan segera bersiap-siap untuk ke tempat Alvin. Meski ini baru jam 10 pagi, tapi gue harus punya banyak waktu buat mempersiapkannya. Terutama ngomongin soal gay dan bagaimana identitas gue dan Putra. Pasti butuh waktu yang ekstra buat ngomongin itu.
Putra pulang kerja jam 5, kemungkinan jam 6 dia sudah sampai di tempat Alvin. Ngaret-ngaretnya setengah 7. Cukup lah buat gue mempersiapkan semuanya sebelum Putra datang. Semoga ini akan berjalan seperti yang gue harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE or LUST
RomanceBOOK 1 -[COMPLETED]- Highest Rank: #2 "Best Non-Fiction Stories" (March 2018) #1 in "frienship-romance" (May, 2018) #2 in "truestory" (1-24 May 2018) #19 in "gay" (out of 25.7K stories - May, 2018) _____________ * Pastikan FOLLOW dulu sebelum baca k...