Kami mulai bertukar cerita satu sama lain sambil diselingi tawa. Boy juga menjelaskan bahwa dia kuliah sambil kerja Part time sebagai bartender di salah satu café di bilangan Kemang.
Entah ada apa dengan hatiku. Ada perasaan mengganjal ketika melihat bahwa Joseph yang aku tahu dari Devina tak lain adalah Boy, seorang pria yang baru aku kenal. Kemudian kenyataan bahwa Boy juga tidak hanya kuliah saja seperti yang aku tahu melainkan juga kerja part time.
Sebenarnya apa yang dikatakan Boy tidaklah bohong, hanya saja aku kurang begitu suka jika dia tidak mengatakan sepenuhnya padaku. Seperti hal-hal kecil itu yang membuatku merasa dibohongi.
'aku ingin kita saling jujur Boy, aku gak mau ada hal-hal yang ditutupi diantara kita meski hanya hal-hal kecil' Tiba-tiba saja ada pikiran aneh melintas pada benakku yang seakan-akan kami ini punya hubungan lebih satu sama lain.
Atau mungkin aku mulai menyukainya?
'suka? Hemh.. ini aja baru pertemuan kedua gua sama dia kenapa bisa-bisanya gua berpikir "suka"? ada apa dengan gua?'
"woy? Putra? Putraaaa??" Boy menggoyahkan lamunanku.
"eh! Ya.. k.. kenapa?"
"kok lo malah senyum-senyum sendiri? Emm... I know.. lo lagi mikir jorok ya? Haha" goda Boy.
"hah? Eng..gak! apaan.."
Boy hanya menertawakan sikapku yang salah tingkah.
Suasana diantara kami mulai mencair. Satu sama lain saling melontarkan candaan. Sesekali aku dengan sifat jahilku melemparkan butiran nasi pada Boy. Sementara Boy hanya mengarahkan telunjuknya ke arah perutku.
Jelas aku lemah di area ini. Aku paling ampun kalau harus digelitiki. Alhasil, aku akan menyerah dengan berhenti melempari Boy dengan butiran nasi. Tapi itu terjadi hanya beberapa kali hingga makanan yang kami santap habis.
"emm.. Put, gua boleh nginep di sini kan?" tanya Boy setelah kami membereskan bekas makan.
"kamar lo kan masih di blok yang sama di kamar ujung kan? Ngapain nginep di sini?"
"ayolah Put... kita kan seumuran, gua mau cerita banyak nih sama lo"
Aku gak memberinya jawaban.
"atau gimana kalau lo yang nginep di kamar gua?, di kamar gua bantalnya ada 3. Di sini kan cuma ada satu"
Aku melirik ke arah Boy
"ya udah..." jawabku memalas.
"jadi gua boleh nginep di sini Put?"
"gua nginep di kamar lo!"
"oh oke siap. Hehe"
Waktu semakin menunjukan ke arah pagi. Baik aku maupun Boy belum terlihat ada pertanda ngantuk. Kami terbaring dalam satu kasur yang sama di kamar Boy. Tidak banyak kata-kata yang keluar di antara kami berdua selain komentar-komentar yang kami baca di sosial media.
"udah mau jam tiga loh Put, lo gak ngantuk apa? Masih mainin HP aja lo" Boy mengarahkan wajahnya ke arahku yang masih asik dengan YouTube.
"belom"
"emang lo gak kemana-mana hari ini? Nanti lo ngantuk loh siang"
"gua kan masih nganggur. Mau bangun jam berapa juga bebas. Justru lo yang anak kuliahan, kerja lagi. Kenapa belom tidur? Masih maenin HP aja" jawabku dengan mata yang masih fokus pada ponselku.
"gua gak ada kuliah, jadi gua juga bebas bangun jam berapa. Kerja juga malem hehe..."
"gua udah tidur di kamar lo, katanya lo mau cerita banyak. Perasaan dari tadi gak ada cerita apapun yang lo bagi ke gua?" Aku mulai menagih cerita yang dijanjikan Boy sewaktu kami masih di kamarku selepas makan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE or LUST
RomanceBOOK 1 -[COMPLETED]- Highest Rank: #2 "Best Non-Fiction Stories" (March 2018) #1 in "frienship-romance" (May, 2018) #2 in "truestory" (1-24 May 2018) #19 in "gay" (out of 25.7K stories - May, 2018) _____________ * Pastikan FOLLOW dulu sebelum baca k...