《Tiga》

63.2K 5.2K 362
                                        

"Emak kau tega kali ya. Udah tahu anaknya lagi patah hati, eh malah mau dijadikan santan," Komentar Terra begitu selesai mendengar curhatanku.

Selesai acara tragedi santan terbuang tadi, jadi aku putuskan untuk keluar rumah sejenak. Aku sangat butuh teman ngobrol untuk berbagi kisah. Makanya aku mengajak Intan dan Terra bertemu di salah satu kedai kopi terkenal di kota Medan ini. Dua wanita itu adalah sahabatku dari jaman sekolah dasar.

Sebenarnya sahabatku itu ada tiga orang, yang terakhir bernama Cecil. Dia itu makhluk yang paling jujur dan polos di muka bumi ini. Dia juga sangat pintar, dari dulu kami sering menyontek PR dan jawaban ujian darinya di kelas. Ibarat kata dia adalah Albert Einstein versi wanita. Dan karena kepintaran itulah yang menjadikan Cecil seorang Dokter kecantikan. Sayang hari ini dia tidak bisa ikut bergabung dengan kami, karena perutnya mengalami kram efek dari mentruasi.

"Bukan tega lagi sih Raa, tapi masuk kategori sangar. Itulah alasan kenapa aku takut datang ke rumah Bimbiii. Ya karena Nantulang (Tante) itu mirip gorila tau," Celetuk Intan sembari mengaduk kopi digelasnya.

Spontan kulempar tisu yang ada di atas meja ke arah Intan yang mengatai Mamaku. "Eh begu! (Hantu) wanita yang kau sebut gorila itu Mamakku oneng! Kalau Mamakku gorila, berarti secara nggak langsung kau bilang aku anak gorila juga!"

"Kan aku cuma kasih perumpamaan doang, kimbek!"

"Jadi Biii... acem (bagaimana) hubunganmu sama Niko? Kok bisa diputusin? Seingatku kalian pasangan romantis. Dan selama Ldr pun nggak pernah berantem. Perpisahan tiba-tiba itu tanda tanya besar sih menurut aku," Ucap Terra.

Dan si ikut menimpahi ucapan Terra tadi seraya menjentikkan jarinya. "Bener! Aku sependapat dengan Teraa. Muka Niko itu bukan jenis pria playboy, jadi aku yakin ini bukan karena ada wanita lain."

Kedua bola mataku berotasi. "Jangan sok tempe kalian! Yang namanya manusia pastilah ada berubahnya, nggak selamanya selalu sama. Siapa yang tahu kan? Bisa aja Niko kepincut cewek-cewek cantik di Batam. Lagian udahlah, jangan bahas itu lagi. Kalian tahu kan aku itu gampang nangis. Nanti banjir pula kedai kopi ini karena air mataku, susah pula aku ngepelnya."

"Entah kenapa hati nuraniku mengatakan kalau Niko itu setia. Iyakan Raa?"

Terra mengangguk. "Iya Tann. Aku rasa Niko punya masalah yang dia nggak mau Bimbii tahu. Tahu nggak Bii? Semenjak kalian putus, Niko keliatan jadi kurus gitu. Mukanya juga kayak nggak ada gairah hidup."

"Stop wee! Stop!" Kututup kedua telingaku. "Aku nggak mau tahu lagi tentang Niko. Dia yang memilih putusin aku. Jadi yaudahlah."

"Tapi serius deh Bii... Niko kayaknya lagi ada masalah."

"Iya Bii...."

Aiissstt!

Emosi. Aku langsung menggeplak meja dengan kuat. "Kimbek lah wee! Recok (ribut) kali pun kalian berdua. Intinya kami udah putus. Mau dia ada masalah, ya itu bukan urusanku lagi. Jangan sampai meja ini terbelah tiga ya wee kubuat."

Terra menelan ludah sambil mengangguk. "Yaudah ganti topik. Oh iya Bii... aku sama Cecil mau ikut order novelmu yang baru terbit. Gimana cara pesannya?

"Pesan ke penerbitnya aja. Mereka yang urus semua. Mumpung lagi diskon, kalau udah di toko buku jadi harga normal."

"Kasih diskon lagi dong. Kami berdua kan sahabatmu Bii," Bujuk Terra.

"Eh lappet! (Kue tradisional SUMUT yang berbungkus daun pisang) bukan aku yang urus open po. Jadi mana bisa aku yang ngasih diskon."

"Masa nggak bisa?" Tanya Intan dengan satu alis naik ke atas. Sekedar informasi saja, Intan ini akan melakukan hal apa saja meskipun harus menjadi penjilat demi mendapat barang gratisan. Dia pintar membujuk juga mahir dalam hal menciptakan kebohongan saat sedang kepepet. Dan sekarang aku yakin, di dalam kepalanya saat ini sedang merancang sesuatu yang licik. "Kau kan penulisnya, jadi kau pura-pura mau order novelmu aja. Terus nanti kau bujuklah penerbitnya biar kasih diskon lagi. Mereka kan nggak tahu kalau sebenarnya yang order itu Terra sama Cecil. Jadi kau order atas namamu, nanti duitnya ditransfer mereka dua. Gimana idenya? Cemerlang kan?" Tanyanya dengan satu alis yang naik-turun.

Why Not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang