Empat puluh delapan

23.3K 2.5K 444
                                    

Hal pertama yang aku lakukan ketika bertemu dengan Niko adalah memeluk tubuhnya dengan seerat yang aku bisa. Aku bahkan tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang berada di dalam mall ini. Aku terlalu senang dan terlalu merindukan dia.

"Maaf ya kamu jadi kelamaan nunggu. Tadi aku harus cek kandungan dulu baru bisa datang ke sini," ujarku dengan raut wajah menyesal.

"Iya nggak apa-apa."

"I miss you so bad!"

Niko tersenyum sambil mengelus kepalaku begitu lembut. "I miss you too..."

"Kamu mau makan apa?" tanyaku seraya melepas pelukan. "Kita pilih tempat yang bertanda smoking area aja. Biar kamu bisa ngerokok."

"Hari ini aku nggak merokok."

Aku menatapnya heran. "Kenapa?"

"Asap rokok itu bahaya buat janin dalam kandunganmu. Jadi aku sengaja beli permen tadi buat gantiin rokoknya."

Sudut bibirku tertarik ke atas, tersenyum mendengar ucapan Niko. Menurutku dia adalah pria yang baik sekaligus romantis. Dia suka memberikan perhatian dari hal terkecil ke pasangannya namun tidak terlihat lebay. Ada satu hal yang membuatku sulit untuk melupakan Niko. Dia satu-satunya orang yang tidak pernah mengeluh, marah ataupun membentak dengan segala sifat yang aku punya. Dia juga tidak pernah menyudutkan atau menghakimiku meski aku dalam keadaan salah sekalipun. Mungkin ini terdengar jahat tapi aku merasa Niko adalah belahan jiwaku. Dia akan selalu memiliki tempat khusus dalam hatiku.

"Kenapa kamu senyum-senyum gitu?"

Aku bergeleng dan mengulurkan tanganku padanya. "Gandeng tangan aku dong."

Tangan hangat Niko membalas uluran tanganku. Lalu kami berjalan beriringan sambil mencari tempat yang cocok untuk makan dan ngobrol santai.

Saat melintasi sebuah mesin mainan yang berisi banyak boneka, tanpa sengaja mataku melihat satu boneka bergambar nanas di dalamnya. Aku melepas gandengan tangan kami dan berjalan menghampiri mesin penjepit itu.

"Kamu mau main?" tanya Niko yang berdiri di belakangku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu mau main?" tanya Niko yang berdiri di belakangku.

"Aku mau boneka itu," jariku menunjuk gambar buah nanas.

"Bentar ya, aku beli koinnya dulu."

Aku mengangguk cepat dan kembali menatap boneka nanas tersebut dengan mata berbinar. Tapi kemudian aku terusik saat mendengar suara anak kecil yang menginginkan boneka yang menjadi incaranku.

"Mommy... Rachel mau boneka nanas!"

"Iya sayang. Tunggu Mommy masukin koinnya dulu."

"Heh... heh... Ibu mau ngapain?" tanyaku sambil merentangkan kedua tangan untuk menghalanginya mendekati mesin boneka tersebut.

"Saya mau main. Anda bisa bergeser sedikit?"

"Ngantri dong Bu. Saya duluan yang berdiri di sini."

Why Not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang