Egi POV
Setelah hari yang amat sangat melelahkan karena mendengar ocehan orang orang soal Januar Bagaskara alias JB si duda keren. Gua bisa kembali ke kostan gua, menikmati pringless kesukaan gua. Gua sedikit heran bisa - bisanya Farradila kepikiran jodohin gua sama JB. Kenal aja kita ngga dan lagi gua tidak tertarik menjalin hubungan dengan orang yang sudah pernah gagal menikah. Bukan gua mendeskribitkan mereka yang pernah gagal. Gua punya opini sendiri tentang hal itu.
Mama Calling
"Assalamualaikum Ma. Apa kabar?"
"Baik Teh, kamu sendiri gimana kerjaannya?"
"Lancar sih Ma. Tapi kalau jodoh ngga."
Gua mendahului mama. Pasti setiap teleponan akan berakhir dengan mama promosiin cowok. Kalau ga bahas Hoseok mantan gua yang udah nikah.
"Kamu tuh ya. Eh iya Nino lusa wisuda kami dateng ya Teh."
"Aku coba minta cuti ya."
"Semoga boleh. Sekalian mama mau ngenalin kamu sama..."
"Ma, udah. Jangan usaha ngenalin aku sama orang lagi. Kasian cowoknya. Aku juga pasti nikah kok sebelum umur 29."
"Yaudah mama pegang janji kamu. Jangan dusta lagi ya. Waktu umur 25 kamu janji 27 mau nikah. Sekarang masih sendiri. Kan mama pusing sama ocehan tetangga."
"Gausah dengerin tetangga, mereka ga ngasih kita makan ini. Aku mau mandi dulu ya Ma."
"Ya ampun udah mau magrib kamu baru mau mandi. Pantes jodohnya seret."
"Hehehe dadah mama. Sehat - sehat ya. Assalamualaikum"
Kadang gua kasian sama mama. Gimana pun Mama pasti memikirkan soal gua yang masih belum menikah. Sempet Nino cerita sama gua katanya Mama nangis waktu tahajud minta gua cepet dapet jodoh. Gua merasa bersalah banget. Tapi apa daya, kalau pun gua maksain diri menikah. Gua ga yakin akan bertahan lama.
Malam ini gua memutuskan makan diluar. Udah lama juga gua ga nongkrong. Versi gua nongkrong itu diem lama - lama di tempat makan. Seperti biasa gua sendirian. Bukan hal aneh gua jalan ataupun nonton bioskop sendirian. Hal itu udah jadi kebiasaan gua. Awalnya gua merasa orang memandang gua aneh. Tapi masa bodoh dengan pandangan orang. Asal gua bahagia dan tidak melanggar norma agama dan susila.
"Mbak ini kosong kan? Boleh ikut duduk." Ujar perempuan yang terlihat modis itu.
"Iya, boleh aja duduk."
"Makasih ya Mba."
Gua sepertinya familiar dengan muka di depan gua. Sesaat gua merenung, ah gua ingat ini Jennie Permata alias Jenjen. Selebgram sekaligus penyiar radio yang katanya mantan istri JB. Duh gua berasa remahan renginang, kalau inget omongan anak - anak di kantor tadi. Jennie keliatan banget berkelas. Bajunya aja Gucci, Tasnya Hermes, Sepatunya Supreme x LV, belum aksesoris yang nempel dibadannya. Pas gua liat dia pegang Iphone X juga, fiks gua sama dia semeja bagai majikan dan asisten. Gua ke cafe ini cuma pake jeans promo yang dibeli di matahari, atasan kaos dan outher yang ga lebih dari tiga ratus rebu. Sepatu pun cuma beli online merk lokal. Mungkin OOTD gua tidak sampai sepersen dari OOTD Jenny.
"Mbak lagi nungguin orang?" Tanya Dia.
"Ooh ngga kok, santai aja. Saya cuma sendirian."
"Maaf ya Mbak malah ganggu."
"Santai aja Mbak." Kata gua.
Jennie cantik banget, dari cara dia ngomong juga lemah lembut. Jujur gua heran kenapa Januar Bagaskara memilih pisah dengan perempuan sesempurna ini. Apa karena dia hanya seorang manager? Tapi gaji manager kan berkali - kali lipat gaji gua. Cuma kalau istrinya high end brand berjalan gini, emang berlebihan sih. Duh Selgiana kurang - kurangin gibahin orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pisang Jodoh ✔
ChickLitSelgiana perempuan cerdas dan mandiri. ia selalu berpikir rasional, sebelum ia terjebak dalam ketidakrasionalan pisang jodoh. book #1 from #PQRSTUproject Cover by bounjavenue #101 on chicklit (280318)