duaenam : kabar tak terduga

3.6K 828 74
                                    

Januar POV

Gua langsung pulang malam itu juga. Untung ada mobil yang sengaja disiapkan untuk situasi emergency. Pastinya gua ajak Egi sama Kayla juga. Denger Ibu nangis, Rere semarah itu sama Dani bikin gua kalut parah. Sepanjang perjalanan Egi  beberapa kali menepuk tangan gua. Dia tahu kalau saat ini gua perlu ditenangkan.

"Bawa mobilnya jangan kaya kesurupan Jan. Kayla nanti kebangun." Kata Egi.

Pas tadi diajak pulang, gua terpaksa bangunin Kayla. Dia agak tantrum, untung ada Egi yang sigap nenangin dia. Sekarang, Kayla tidur di jok tengah. Egi sebelah gua, sesekali dia melihat Kayla. Apalagi saat jalanan yang kita lewati kurang bagus. Dia pasti memperhatikan anak gua dan menegur gua jika mengemudi terlalu kencang.

"Firasat aku ga enak Gi." Kata gua saat memasuki tol Serang.

"Jan percaya aja, seburuk apapun situasinya, ujian dari Tuhan pasti sesuai kemampuan umatnya." Timpal Egi.

Jawaban dia bikin hati gua tenang. Rasanya pengen cepet gua jadin dia istri.

"Kok kamu senyam senyum. Emang aku ngelucu ya?" Tanya Egi.

"Bukan, aku jadi pengen cepet kita jadi suami istri. Tenang kayaknya hidup bareng sama kamu." Jawab gua.

Egi blushing.

"Jan, gimana Kayla dibawa aku dulu. Denger cerita dan kalutnya kamu. Ga jamin kamu ga emosi. Menurut aku ga baik buat anak kecil liat langsung. Apalagi kalian kan orang tersayang dia." Kata Egi.

"Iya aku mikirin buat ungsiin Kayla ke kamu dulu. Sampai situasi rumah enakan." Ujar Januar.

"Jan, aku yakin kamu bisa melalui ini." Ujar Egi.

"Tidur kamu mukanya beler gitu."

"Gimana bisa tidur, aku khawatirin kamu Jan." Kata Egi

Sekalut apapun gua selama sama Egi, gua bisa tenang. Kita sampai di kostan Egi jam 3 malem. Gua terpaksa ijin ke satpam buat anterin Egi sampai kamar. Sebenernya bisa aja ga ijin juga. Cuma ga enak lah. Nanti bisa jadi fitnah. Setelah gua baringin Kayla. Gua pamit pulang.

"Inget sekeruh apapun masalahnya Dani adik kamu, Rere juga. Kamu harus bisa netral. Pikirin kesehatan ibu juga Jan." Pesan Egi.

Gua cium kening dia. Baru kali ini gua menemukan seseorang yang memperhatikan gua mendetail begini.

"Makasih Gi. Udah sayang sama keluarga aku juga. Aku pamit, titip Kayla ya." Kata gua.

"Tenang aja diam aman sama aku. Udah aku anggap anak sendiri Jan." Ujarnya.

Jawaban Egi selalu membuat beban gua terangkat. Terima kasih Tuhan mengirimkan dia untukku.

👫👫👫

Sampai di rumah, belum ada seorang pun yang tidur. Semua nya tampak kusut. Dani juga matanya sembab. Gua yakin saat Dani menangis ada sesuatu yang sangat sulit menimpanya. Rere tak jauh beda, hanya saja matanya menunjukan dia marah pada Dani. Kalau Ibu, beliau terlihat sangat rapuh malam ini. Ketiga kalinya gua melihat ibu begini. Pertama saat Ayah meninggal, kedua saat gua bercerai.

Gua memutuskan menghampiri Ibu. Sebuah pelukan dan isakan tangis langsung menyambut saat gua duduk disebelah beliau. Tak lama Rere kembali menangis dan Dani semakin frustasi. Tidak ada kalimat yang terucap.

"Kalian bisa jelasin ke aku? Kalau begini mana aku ngerti."

"Dani batalin pernikahannya sama Nina." Kalimat yang lolos dari mulut Ibu.

Pisang Jodoh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang