tujuh : pertanyaan Kayla

5.3K 898 154
                                    

Januar POV

Pulang kerja gua langsung meluncur ke tempat Jennie. Kayla mendadak demam. Gua langsung panik dan memacu mobil gua diatas kecepatan biasa supaya cepet ketemu anak gua. Kalau sakit Kayla itu rewel, banyak mau dan kalau diturutin tetap salah. Ibu kadang suka sampai nyerah ngadepin Kayla sakit. Mau ga mau gua sebagai Ayahnya yang terus siaga sampai dia bisa lelap tidur.

"Jen, mana Kayla?" Tanya gua begitu pintu apartmen Jennie terbuka.

"Tidur tuh di kamar. Susah banget ya bikin dia mau tidur. Rewel banget." Jawab Jennie.

"Ya memang begitu dia kalau ga enak badan. Belum kalau disuruh makan susah banget."

"Iya, tadi aku ngasih dia tim ayam, waktu kecil kan dia suka banget itu. Cuma masuk tiga suap." Curhat Jennie. Kalau di telepon gua sama Jennie bisa gua - lo tapi kalau ngobrol berdua gini kita terbiasa aku - kamu.

"Baguslah ada yang masuk. Ga dikasih obat kan Jen?" Tanya Gua.

"Ngga kok, cuma aku kasih madu aja sama dikompres dahinya. Kamu kan anti ngasih anak obat." Jawab Jennie.

Gua cuma ngangguk, dia terus diem. Suasana mendadak hening. Kadang gua bingung kalau ditinggal berduaan sama Jennie. Mau ngobrol berasa canggung, karena kita bingung mau ngobrolin apa selain soal Kayla. Mau nanya kabar gua ga mau dikira masih perhatian dan terkesan gagal move on.m, gengsi dong. Jadilah sekarang gua diam dan dia juga diam. Gua yakin sih Jennie juga bingung. Coba dulu, gua ga akan bingung pasti banyak obrolan, belum dia keluar manjanya. Ah hari - hari itu sudah musnah dan takkan terulang.

"Januar, tadi Kayla cerita ketemu Bundadari di Bandung. Itu calon Bunda baru Kayla?" Tanya Jennie. Gua liat matanya berkaca - kaca pas nanya itu, artinya dia sedih. Jen bahkan dalam keadaan gini gua masih pahamin lo. Batin gua.

"Oh itu kakaknya temen Rere, Kayla ga bisa diem sampai kepisah sama aku. Terus yang nemuin kakaknya temen Rere itu. Kayla manggilnya Onty Angel eh di translate ke Indo jadi Bundadari bukan Bidadari. Aku belum kepikiran nikah lagi Jen, setelah kita bercerai perlu waktu buat gua membangun hidup lagi. Sekarang nikmatin hari sama Kayla, Ibu, Dani, dan Rere aja udah buat gua bahagia." Jawab Gua.

"Sebenernya itu hak kamu, aku cuma minta walau udah punya Bunda baru, jangan persulit aku ketemu Kayla ya Jan." Pinta Jennie.

"Ya kali dipersulit Jen. Ga usah mikir kejauhan kali. Gimana pun juga kamu tuh Mami nya Kayla. Entah kamu punya suami lagi atau aku punya istri lagi, selamanya orang tua dia aku sama kamu."

"Hahahah iya juga ya. Coba aku ga bego ya. Mungkin kita ga bercerai, aku ga perlu ngerasa takut ada perempuan lain yang Kayla panggil Bunda." Curhat Jennie.

Jen jen jangan bahas soal itu Jen. Gua ga sanggup denger kata menyesal dari lo.

"Abis Kayla bangun aku langsung ajak pulang ya Jen. Ibu udah chat soalnya khawatir sama cucu nya." Kata Gua mengalihkan alur pembicaraan. Bisa - bisa gua hilang gengsi gua kalau bahas soal yang lalu terus.

"Aku juga khawatir Januar, dia anak aku." Kata Jennie

"Tapi Jen, ga mungkin kan aku juga ikut nginep disini. Emang kamu sanggup ngadepin kolokannya dia kalau lagi sakit sendiri? Ibu aja yang anaknya udah tiga angkat tangan." Timpal gua.

"Yaudah ajakin aja Kayla pulang. Aku ke kamar dulu." Kata Jennie.

Gua tahu Jennie kecewa sama keputusan gua. Ini adalah resiko dari perceraian kita Jen. Kita ga bisa berdua urusin anak kita sendiri. Gua memilih diam di ruang tamu sambil memainkan ponsel gua. Membuka applikasi Instagram, iseng gua buka explore dan ada foto rekan kerja gua.

Pisang Jodoh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang