Egi POV
Baru gua mau keluar kamar tiba - tiba ada yang buka pintu. Kayla dan Januar nongol dari sana. Gua langsung senyum.
"Tuh kan Ayah, Bunda udah bangun." Kata Kayla.
"Iya Kay aku udah bangun sini - sini." Ujar gua.
"Aku seneng Bunda disini terus. Mau tinggal disini kan Bun?" Tanyanya.
Gua cuma senyum aja. Ini anak kok aneh - aneh mintanya, untung gua sayang. Januar juga keliatan ga enak banget mukanya karena omongan anaknya. Iya pasti ga enak, dia duda gua belum nikah. Sama aja ini perjodohan tidak langsung.
"Kan Bundanya punya rumah Kay." Kata Januar.
"Kaya Mami ya, Bunda bisa ga disini aja? Biar Kayla punya temen bobo, di sekolah juga temen - temen ada Bundanya di rumah." Katanya lagi dengam mata berkaca - kaca.
Gua paling ga bisa liat anak nangis, apalagi Kayla. Anak yang biasanya keliatan ceria. Refleks gua meluk dia. Jiwa keibuan gua selalu meledak kalau sama Kayla. Dia meluk gua erat banget. Ayahnya malah bengong liatin anaknya kaya koala ke gua.
"Kay kan udah sehat, mau ga main?" Tanya Januar
"Sama Bunda kan?" Tanyanya.
Januar liatin gua sekarang, dia minta persetujuan. Gua ngangguk.
"Asal Kayla jangan nangis lagi baru aku mau ikut." Kata gua.
CUP!
Kayla nyium pipi gua, terus dia bangun nyium pipi Januar. Gua berasa beneran jadi Ibu dan istri. Eeeeh kok istri sih, ibu aja ibu. Kok ngaco sih pikiran gua.
"Makasih Ayah sama Bunda. Aku mandi dulu ya." Katanya kemudian lari keluar kamar.
"Jan kok bisa sih gua disini?"
"Lo kebo banget Gi, yaudah gua bawa ke rumah aja daripada gua sama lo ke hotel nanti dikira ngapa - ngapain." Jawabnya sambil senyum. Gua baru sadar Januar ganteng banget.
"Jan omongan lo. Malu kan gua jadinya sama Ibu dan adik - adik lo."
"Tenang aja, yang tahu cuma Dani, Rere sama Ibu semalam dah tidur. Gua bilang ke mereka malem ngorol penting sama lo dan kemaleman." Kata Januar.
"Terus yang pindahin gua ke kamar ini siapa?" Tanya gua polos.
"Gua seret lo sampai sini Gi. Nih sandal kuning lo. Ayo sarapan nanti Kay bawel." Kata Januar.
Jadi semalan Januar gendong gua. Kok pipi gua rasanya panas. Masa gitu aja lo mikir ngga - ngga Gi. Itu kan cuma nolongin lo. Terkontaminasi ceng-cengan orang divisi nih gua. Sudahlah gua harus menetralkan diri sekarang. Tarik nafas buang pelan. Hah... lega.
Hati ini mau ga mau gua sarapan di rumah Januar lagi. Ibu nyambut gua ramah banget. Entah kenapa bikin gua nyaman banget interaksi sama keluarga ini. Dani sama Rere pun ga canggung ke gua berasa ke adiknya sendiri jadinya. Beda banget sama relationship gua sebelumnya, gua sama sekali ga dikenalin Jimmi ke orang tua nya. Sesungguhnya berada diposisi ini adalah impian gua. Tapi ga sama Januar juga sih.
"Egi, kamu kost ya? Disini aja lah Kost nya. Kamar kosong tuh." Kata Ibu.
"Iya Teh Egi biar Rere ada temen." Kata Rere semangat.
"Dani sih Gi, lama bener nentuin tanggal nikah sama Nina. Ibu kan pengen punya menantu." Kata Ibu.
Gua lagi makan langsung ambil minum. Kacau ini, Ibunya Januar bergeriliya menyerang gua biar mau jadi menantunya. Januar juga lagi minum keselek. Ga gua sangka Ibu Januar ini frontal abis. Gua yakin Farra atau Joya udah tua nya kaya begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pisang Jodoh ✔
ChickLitSelgiana perempuan cerdas dan mandiri. ia selalu berpikir rasional, sebelum ia terjebak dalam ketidakrasionalan pisang jodoh. book #1 from #PQRSTUproject Cover by bounjavenue #101 on chicklit (280318)