tiga : kayla

5.7K 911 84
                                    

Januar's POV

Udah jam tujuh, waktunya gua jemput Kayla, anak semata wayang gua. Walau hari ini tugas ibunya. Tapi gua selalu jemput Kayla. Takut Jennie lupa. Pernah suatu hari Jennie lupa jemput Kayla karena terlalu sibuk dengan dunia sosialitanya. Semenjak itu gua ga terlalu mempercayakan anak gua dibawah pengawasan ibunya. Apalagi hak asuh Kayla sepenuhnya ada di gua. Baru saja gua sampai parkiran, dan berniat masuk ke cafe minum teh disebelah tempat les piano Kayla. Gua liat anak gua dan mantan istri gua keluar dari sana.

"Ayah." Panggil Kayla.

"Hallo princess."

"Can we go home together?"

"Of course we can. Choose what car you wanna ride, Ayah or Mami?"

"Ayah." Jawabnya sambil masuk ke mobil gua.

Sejak kecil gua dan Jennie mengajari Kayla bahasa Indonesia dan Inggris agar ia terbiasa.

"Tapi ..." kata Jennie.

"Ga ada penolakan Jen, that's our daughter want."

"Mobil aku?" Tanyanya.

"Hubungi sopir kamu, biar dia yang ambil."

Gua sama Jennie masih akrab sebagai teman dan orang tua Kayla. Kita ga mau Kayla merasa kekurangan kasih sayang. Walau kedua orang tuanya sudah tidak bersama lagi. Sepanjang jalan Kayla tidak berhenti berbicara. Mulai dari menceritakan les piano dan sekolahnya hari ini. Belum celotehannya ingin berlibur ke Legoland bareng gua dan Jennie.

"Ayah, liburan aku ke Legoland ya. Sama Mami juga. Bertiga."

"Ayah kamu sibuk kan Kay. Berdua sama Mami aja gimana ?" Tanya Jennie. Gua tau ini bentuk penolakan halus Jennie. Gua paham betul Jennie pasti ga mau liburan bareng gua. Apalagi Kayla hadir karena kesalahan gua dan dia pas liburan bareng.

"Gini aja, gimana kita hadir ke wisudanya Renata. Ibu juga ngundang kamu Jen."

"Ayo Mam. Kalau ga mau ke Legoland, ikut kita ke Bandung lusa." Kata Kayla memohon.

"Mami liat kerjaan dulu ya sayang. Tapi Mami usahain buat Kayla."

"Tante Renata pasti seneng banget." Kata Kayla sambil tersenyum.

Kadang gua merasa bersalah, karena Kayla harus jauh dari ibu kandungnya. Nasi sudah jadi bubur, gua ga bisa kembali sama Jennie, begitupun dia.

"Ayah, kita anterin Mami dulu ya."

"Iya sayang. Tapi kamu harus nurut kalau Ayah ajak pulang."

"Oke."

Sampai di rumah Jennie, Kayla sudah tertidur. Macetnya jalanan ibukota membuat waktu perjalanan semakin lama. Apalagi apartemen Jennie berada di kawasan Jakarta Selatan dan rumah gua di Jakarta Utara.

"Thanks ya."

"Jen, gua harap lo nerima ajakan hadir di wisuda Renata ya. Kayla perlu liburan bareng orang tuanya." Kata gua.

"Gua pikirkan lagi." Katanya.

"Gua pamit, makasih mau jemput Kayla."

"Ya itu kewajiban gua sebagai ibunya." Kata Jennie sebelum menghilang ke dalam gedung apartemennya.

Sebenarnya Jennie sosok yang baik. Dia ibu yang menyayangi anaknya. Seperti kata pepatah, sebuas - buasnya induk singa tak pernah memakan anaknya. Bukan gua mengatakan Jennie itu buas, tidak sama sekali. Jennie sangat lemah lembut. Dibalik penampilan high classnya ia jago memasak. Masih ingat betapa repotnya dia menyiapkan menu MP-ASI Kayla dulu. Manjanya dia saat mengandung Kayla, atau saat dia lelah bergadang semalaman karena Kayla rewel. Perbedatan kita karena gua mau dipanggil Ayah dan dia mau nya dipanggil Mami, sampai akhirnya Kayla memanggil gua Ayah dan dia Mami. Jika ingat masa indah itu, kadang gua rindu sosok Jennie di rumah. Tapi saat gua ingat kesalahanya walaupun hanya satu, namun bagai nila setetes rusak susu sebelanga.

Pisang Jodoh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang