Egi POV
Gua jadi ikutan Januar menyibukan diri. Mau ga mau sebagai pasangan yang baik gua harus mengurangi rasa sakit Januar jadi susah ketemu Kayla. Efeknya badan gua kecapean, ga sempet lagi tuh gua punya acara santai goleran di kasur sambil baca wattpad. Tiap hari gua jalan. Malah pernah gua sama dia ke Purwakarta buat makan sate doang. Alasanya simple, Januar pengen nyetir jauh. Lama kelamaan dia tumbang juga.
Pagi ini gua dikabarin Ibu Januar demam. Ternyata bapak satu anak itu, jarang tidur karena kebanyakan gadang. Dia juga ngerokoknya kaya kereta api sekarang. Pokolnya hidupnya amat tidak sehat. Gua awalnya biarin karena dia emang stress berat. Tapi kalau sampai sakit gini, sudah saatnya jurus kebawelan gua keluarin. Pulang kantor gua langsung ke rumah Januar.
"Assalamualaikun Bu, mana yang sakit?" Tanya gua.
"Tuh di kamar Kayla tidurnya. Ibu baru beresin kamar dia berantakan banget." Jawab Ibu.
"Egi ke sana ya Bu." Kata gua. Izin dululah.
"Samper aja. Ibu minta dia periksa dokter ga mau. Coba bujuk sama kamu." Kata Ibu.
"Siap Bu."
Begitu gua masuk kamar Kayla. Ada manusia yang meringkuk. Ranjang kayla kan yang single size. Badan Januar kaya pas banget disitu. Gua berasa lucu liatnya. Mana dia meluk Barney nya Kayla. Ternyata dia tidur. Gua pegang keningnya. Panas banget.
"Eh Gi. Kapan disini?" Tanyanya.
"Baru aja sampe. Demam kamu tinggi. Ke dokter yuk." Ajak gua.
"Ga ma Gi. Pahit tahu obat."
"Kayaknya sakit kamu serius deh Jan. Orang selama dua minggu ini pola hidup kamu buruk."
Dia diem. Ngerasa kali ya.
"Yaudah,tapi kamu yang nyetir katanya." Sambil senyum cengengesan.
"Ya boleh, siapin aja tanah pemakaman dua." Timpal gua. Tau gua ga bisa nyetir ngece banget nyuruh gua nyetir. Jangankan mobil, motor aja gua cuma bisa matic. Itupun ala emak - emak send kiri belok kanan.
"Aku kayaknya kangen Kayla banget Gi." Katanya.
"Lusa aku ke sekolah dia, tapi ga berani nyamper. Takut jadi masalah kan belum jadi diskusinya. Kalau masalah nanti aku ga bisa ketemu gimana." Lanjutnya cerita.
"Kalau kamu sakit gimana mau diskusi sama bersitegang sama Jennie. Makanya sehat dulu. Ayo periksa." Kata gua.
"Iya iya." Kata dia.
Akhirnya gua sama Januar ke dokter internis. Kita dianter Hilman. Karena Januar ga kuat nyetir. Kebetulan juga Rere sama Hilman mau nginep di rumah Ibu. Sepanjang di mobil, Januar senderan ke bahu gua. Sesekali dia merem. Pusing kali ya. Rere sama Ibu juga ikut nganter ke dokter.
"Manja bener ga mau senderan dama Ibu malah nyender ke Kak Egi. Modus lo." Kata Rere.
"Biarin Re, motivasi sembuhnya kan yang dia senderin." Timpal Ibu.
Hasil periksa Januar kena DBD. Makanya dia bakalan dirawat di rumah sakit.
"Ngapain sih, di rumah aja." Katanya.
"Kamu tuh sakit serius Jan." Kata Ibu.
"Ga apa bu bawa aja ke rumah. Paling udah muntah darah mau dibawa ke rumah sakitnya." Rere yang nyinyir.
"Jan, please ya. Kamu tuh manusia bisa sakit bisa lemah. DBD tuh bahaya kalau ga dipantau. Rawat inap ya." Kata gua.
"Tapi Gi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pisang Jodoh ✔
ChickLitSelgiana perempuan cerdas dan mandiri. ia selalu berpikir rasional, sebelum ia terjebak dalam ketidakrasionalan pisang jodoh. book #1 from #PQRSTUproject Cover by bounjavenue #101 on chicklit (280318)