Egi POV
Malam ini pulang kantor gua mampir kosan dulu. Cuci muka, semprot parfum, kemudian touch up dikit. Baju gua juga biasa aja, kaos, cardigan, celana chino, sama spatu slip on. Jujur aja sekarang gua takut banget. Kayaknya ini malam paling horor buat gua. Januar sabar banget nungguin gua di lobi kostan. Gua larang dia ikut naik karena gua pasti lebih grogi kalau liat dia pas siap - siap tadi.
"Cepet amat Gi." Kata Januar.
"Ya ngapain lama - lama. Aku rapi tapi kan?" Tanya gua.
"Rapi kok, bawa lipstik ga?" Tanya Januar.
"Kenapa? Lipstik ku berantakan?" Tanya gua serius.
"Ngga, kali aja lipstiknya aku rusak." Jawabnya sambil cengengesan.
"Jan.. ga kali ini. Aku mau ketemu Mama sama Ibu kamu juga." Kata gua.
"Canda kali aku." Ujarnya.
Gua degdegan banget, sampai di jalan aja gua ga banyak omong. Ini lebih serem dari sidang kelulusan sarjana gua. Hal yang bikin serem kalau Mama nunjukin ketidaksukaannya sama hubungan gua dan Januar depan Ibu. Pasti itu bikin Ibu sedih banget. Gua ga mau ada orang tua yang sedih disini. Ga mau juga Kayla sedih. Cukup gua aja yang sedih kalau itu kejadian. Jangan orang lain.
"Degdegan banget ?" Tanya Januar.
Gua ngangguk.
"Mama kurang sreg sama aku karena aku pernah nikah ya?" Tanya Januar.
"Mama tuh orangnya susah kasih restu. Liat aja deh sikap Mama sekarang Jan. Aku yakin Mama sayang banget sama Kayla." Jawab gua.
"Gi, aku pasti usaha buat luluhin Mama kamu dan dapat restu buat kita ngasih adik buat Kayla." Katanya.
Januar mengakhiri kalimatnya dengan candaan. Gua yakin biar suasana ga tegang banget. Soalnya gua obvious banget takutnya. Kalau dia masih keliatan cool. Padahal gua yakin dia juga takut.
"Kamu emang ga degdegan? Ga takut? Ga ngerasa serem?" Tanya gua.
"Kalau mau jujur sih aku takut Gi. Takut Mama kamu ga bisa nerima hubungan kita." Jawab Januar.
"Gausah dipikirin Gi, aku udah bilang bakalan berusaha sampai dibolehin. Kayla juga pasti bantuin aku." Lanjut Januar.
Gua pegang tangan dia yang lagi pindah gigi. "Jan makasih ya, kamu beneran mau memperjuangkan kita sampai sejauh ini."
"Justru harusnya aku yang bilang terima kasih. Kamu mau punya hubungan sama orang kaya aku Gi." Kata Januar.
"Jangan bilang gitu, kamu tuh unik tau Jan." Kata gua.
"Unik apa nya?" Tanya dia.
"Ya unik keliatannya cool, sangar gitu, taunya manja. Bener ya ungkapan muka sangar hati hello kitty." Jawab gua.
"Untung aku lagi nyetir Gi."
"Kalau ngga mau apa emang ?" Tanya gua seolah menantang.
"Aku cium ga berenti - berenti mau?" Tanyanya.
Gua langsung mukul lengannya. Dia malah ketawa.
"Dasar mesum"
🍌🍌🍌
Sampai di rumah Januar gua makin takut. Kaya mau masuk rumah hantu gitu. Jujur aja gua orangnya penakut tapi sok - sokan berani. Kalau rimah hantu masih oke, tapi ini ... mikirinnya aja bikin pusing. Relaks Gi, semua akan baik - baik saja.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"BUNDAAAA." Sambut Kayla. Dia langsung lari ke pelukan gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pisang Jodoh ✔
ChickLitSelgiana perempuan cerdas dan mandiri. ia selalu berpikir rasional, sebelum ia terjebak dalam ketidakrasionalan pisang jodoh. book #1 from #PQRSTUproject Cover by bounjavenue #101 on chicklit (280318)