Januar POV
Sesuai saran Egi, malam itu juga gua ketemuan sama Jennie. Seperti biasa kita ngobrol di parkiran. Gua terlalu malas kalau Jennie masuk portal gosip selebgram karena jalan sama gua. Gitu juga followers Jennie di IG lewat 1 juta. Akun dia aja contreng biru. Bisa dibilang sosial media influencer. Jadilah ngomong di parkiran atau di apartemen dia solusi. Kali ini gua pilih di parkiran, ga enak juga malem - malem masuk apartemen cewek, single lagi.
"Maaf ga bawa Kayla."
"Egi udah bilang kok Kayla tantrum tadi."
"Jen, kamu yakin bisa menjaga Kayla?" Tanya gua.
"Kamu ngeraguin aku Jan?" Tanya dia.
"Aku ga ragu soal kasih sayang kamu ke dia Jen. Kamu sering ninggalin dia sama nanny?" Tanya gua.
"Kadang, kalau ada acara aku ga bisa bawa Kayla. Kamu sendiri kan yang ga pengen dia ke ekspos." Jawab Jennie.
"Aku ga pengen dia ke ekspos karena kamu pun tahu kan alasannya apa." Timpal gua.
Alasan gua karena seusia Jennie punya anak seumur Kayla menunjukan dia nikah muda banget. Gua juga ga mau reputasi Jennie sebagai sosial media influencer yang terkenal classy dan smart rusak karena cacat di masa lalu dia. Gua juga tahu Jennie ga akan kuat menghapi komentar jahat dan hujatan. Satu - satu nya solusi ya sembunyiin Kayla dari peredaran sosmed Jennie. Kecuali kaya kemarin dia posting di inner circle dia. Itu ga masalah. Gua begini karena Jennie pernah jadi bagian terpenting dalam hidup gua. Walau perasaan gua ke dia udah biasa aja. Tetep aja, mastiin hidup dia baik - baik aja bikin gua tenang.
"Mau kamu gimana sekarang Jan? Emang ada masalah dengan ninggalin Kayla sama Nanny?" Tanya Jennie.
"Kayla berubah Jen. Kamu tahu kan, sebelumnya anak kita itu ga pernah tantrum di tempat umum. Tadi dia sampai tiduran di lantai mall nangis keras. Dulu dia kalau nangis ditahan katanya malu Ayah diliatin orang lain. Biasanya juga dia kalau dilarang kita kasih alasan yang bisa dipahami logika dia paham. Sekarang, ngamuknya. Aku kaget ini bukan anak kita Jen." Jawab gua.
Sengaja gua pilih kata anak kita. Biar dia sadar urusan Kayla ga bisa sebelah pihak aja. Selama ini pun soal sekolah, les, dan perkembangan Kayla selalu gua share dan diskusi sama Jennie.
"Maaf aku ga bisa jadi Mami yang baik buat anak kita Jan. Mungkin bener ya aku cuma bisa ngelahirin dia. Tapi ga bisa mendidik dia. Aku akuin aku salah, kemarin - kemarin ngelarang dia ketemu kamu. Padahal semejak umur tiga tahun, dia sama kamu terus. Sesekali sama akunya." Kata Jennie penuh penyesalan.
"Jen, aku mau nanya kenapa kamu ngelakuin ini? Selama ini kan ga pernah aku sembunyiin apapun urusan Kayla. Kamu selalu tahu karena dia anak kita dan kamu pun bebas mau ketemu dia." Jujur aja gua penasaran banget apa latar belakang Jennie banding ke pengadilan.
"Aku terlalu takut. Aku ga mau Kayla melupakan aku. You will marry really soon Jan, dia akan punya sosok Bunda baru. Gimana kalau dia lebih sayang Egi daripada aku? Maminya sendiri. Aku ga bisa bayangin buat kehilangan dia. Aku ga mau dia lebih menganggap Egi sebagai sosok Ibu, bukan aku. Egois kan aku ingin semua hanya untuk aku. Tapi apa yang aku lakuin ke kalian dulu bener - bener jahat." Ujar Jennie.
Gua udah duga, pasti ini penyebabnya. Ternyata gua masih amat sangat mengenal lo, Jen.
"Jan if i can back to that day. Aku ga akan melakukan hal bodoh hanya karena aku merasa bosan dengan kehidupan seorang istri dan ibu. Honestly my life feel so empty after our divorce. Aku dapat kebebasan yang aku inginkan tapi aku ga bahagia. I miss our little family Jan. Aku pun selalu nangis kalau ngeliat foto pas ulang tahun Kayla kedua dulu. Kita kaya bahagia banget ya. Bodohnya, aku baru menyadari semua ga akan bisa kembali terulang pas kamu mulai deket sama Egi. Should i say that i can't move on or i'm just jealous because you and Kayla happy without me?"
Gua kaget Jennie bilang gini. Ga pernah gua sangka Jennie berpikir kalau dirinya gagal move on. Awal penyebab retaknya rumah tangga gua dulu bukan karena kejadian itu. Jauh sebelum itu, Jennie ingin kembali aktif di kampus. Gua mengiyakan, karena gua pun ingin istri gua punya pendidikan tinggi. Masalah mulai mencuat saat dia kembali aktif di kegiatan kampus. Saat itu usia Kayla dua tahun lebih dua bulan. Dia masih perlu pengawasan Mami nya. Jennie malah terlalu sibuk dengan kegiatan kampus dan pulang larut. Pertengkaran sering terjadi. Berujung hal yang sangat mencederai gua sebagai suaminya. Awalnya gua berusaha memaafkan karena Kayla butuh dia. Nyatanya semua tak semulus itu frekuensi pertengkaran semakin sering dan pisah hanya satu - satunya solusi.
"Bego ya aku bilang gini ke kamu. Padahal harapan aku buat semua kembali memang nol." Ujarnya.
"Jen, aku kaget kamu ngomong gitu. Kaya selembar kertas yang udah disobek ga akan bisa kembali utuh walau kamu lem. Akan ada bekasnya. Mungkin itu yang paling cocok ibaratin hubungan kita. Soal pernikahan aku sama Egi. Ga perlu khawatir. Jujur aku nemuin kamu kesini karena paksaan dia. Mungkin dia galak dan judes ke kamu sebenarnya dia bener - bener mikirin hubungan kamu sama Kayla, termasuk gimana supaya cara mendidik kita dan kamu sama." Kata gua.
"Kamu beruntung ketemu Egi. Dia dewasa dan cerdas. Jan, sampai nikahan Dani, Kayla akan sama aku. Selanjutnya dia akan kembali tinggal sama kamu. Aku dapat tawaran ke paris enam bulan. Aku perlu persiapan dan akan sulit buat urusin Kayla. Urusan Hak Asuh dia aku akan submit kalau aku ada perjalanan bisnis dan ga bisa full time sama dia." Kata Jennie.
"Kamu yakin?" Tanya gua.
"Aku yakin, setelah liat apa yang terjadi sama kamu pas Kayla ga ada. Aku tahu sayangnya kamu ke dia lebih besar. Selama ini aku kangen tapi ga sampai masuk rumah sakit kaya kamu." Jawab Jennie.
"Makasih Jen. Makasih banget. Kamu bisa ketemu Kayla kapan pun kamu pengen nantinya." Timpal gua.
"Kamu banyak berubah ya Jan. Sekarang makin dewasa. Udah jadi figur Ayah yang sebenernya. Semoga lancar persiapan nikahnya. Jangan lupa undang aku ya." Kata dia.
"Siap Jen. Santai aja itu mah. Semoga kamu juga bisa segera ketemu Papi buat Kayla. Aku jamin, soal Kayla ga perlu kamu takutkan." Kata gua.
"Doain aja Jan, aku bisa ketemu Papi yang sebaik Bunda yang kamu kasih buat Kayla." Timpal dia.
Kali ini Jennie senyum. Gua melihat ketulusan dari senyumnya. Ini baru Jennie yang gua kenal.
"Balik dulu ya Jen. Thanks udah luangin waktu."
"Sama - sama. Makasih juga kamu ga marah sama aku." Katanya.
Gua sangat bahagia hari ini. Kayla akan kembali sama gua. Urusan gua sama Jennie pun akhirnya bisa diomongin baik - baik tanpa emosi. Segera gua nelepon Egi. Dia harus tahu kabar baik ini.
Hallo Jan gimana?"
"Jennie bisa paham kok, dia bilang mau ke Paris. Sampai nikahan Dani, Kayla tinggal sama Jennie. Setelah itu Kayla sama kita Gi."
Alhamdulillah. Kok bisa dia luluh gitu?
"Aku kasih wejangan."
Idih emang kamu bisa ngasih wejangan
"Ketemu langsung aja besok. Aku ceritain semua. Kalau di telepon nanti ga jelas."
Yaudah, hati - hati nyetirnya calon suami
"Siap calon istriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pisang Jodoh ✔
ChickLitSelgiana perempuan cerdas dan mandiri. ia selalu berpikir rasional, sebelum ia terjebak dalam ketidakrasionalan pisang jodoh. book #1 from #PQRSTUproject Cover by bounjavenue #101 on chicklit (280318)