empat : wisuda

6.2K 977 170
                                    

Normal POV

Hari wisuda tiba, Egi merasa beruntung karena dirinya mendapat izin dan bisa menghadiri ceremony adik satu - satunya, Nino. Walau dia harus menunggu diluar gedung, karena tiket masuk gedung hanya untuk kedua orang tuanya. Hal terpenting Egi bisa menyaksikan langsung Nino pakai toga. Soal kemampuan Nino pintar tapi tidak serajin Egi. Perbedaan nyata antara kaum hawa dan adam. Kali ini saja dia lulus berkat dorongan masa kerja Papa yang tinggal lima tahun menuju pensiun. Nino sih tetap bangga karena dia lulus dari institut teknologi paling diincar di Bandung.

Di tempat yang sama Januar tengah menggendong Kayla. Ia juga menghadiri wisuda adik bungsunya Renata. Walau dalam gendongan Ayahnya, Kayla tetap excited setiap penjual bunga lewat dihadapannya. Akibatnya ia tak berhenti membeli bunga. Sudah hampir dua lembar uang bergambar Soekarno-Hatta melayang dari dompet Januar.

"Ayah yellow flowernya lucu. Kayla mau."

"Ngga ada. Kamu udah beli banyak Princess."

"Kan buat Onty rlelre."

Januar menarik nafas. Baiklah ia kalah dari putrinya itu. Kini lengkap sudah warna bunga Kayla mejikuhibiniu dan putih. Jika tahu akan begini Januar tidak akan membiarkan Dani yang nememani ibu masuk ke gedung. Ia lebih rela meninggalkan Dani dengan Kayla, agar putrinya itu menguras habis dompet adiknya. Sayangnya, kini justru Kayla yang membobol dompetnya.

"Kok lama." Kata Kayla.

"Sabar Nak, namanya juga wisuda. Dulu juga Ayah pas wisuda kamu sama Mami nunggu diluar."

"Kan panas Yah." Keluh Kayla.

"Kamu masih setahun juga belum Kay pas itu."

"Masih dede bayi ya akunya."

"Iya." Kata Januar.

Januar kemudian mencari tempat yang lebih teduh. Saat itulah netra matanya menangkap sosok yang ia tahu. Bukannya itu orang baru di kantor ya? Ngapain dia disini. Pikir Januar. Namun, Januar tak menghapiri sosok yang ia rasa kenal. Sifat cuek Januar pada orang yang tak terlalu dekat dengannya sulit dihilangkan. Makanya ia terkesan jutek jika belum kenal.

Rangkaian upacara wisuda sudah selesai. Perlahan wisudawan dan wisudawati keluar dari gedung. Egi segera menuju ke pintu samping, menunggu orang tuanya keluar. Tak lama muncullah dua sejoli yang selalu romantis, Mama dan Papanya.

"Ayo samperin Nino. Tau ga Teh, ceweknya Nino pinter loh. Dia wisudawan terbaik, IPKnya 3.92." Kata Mama.

"Pantes tuh anak cepet selesai skripsinya. Ceweknya yang bantu toh." Timpal Egi.

"Mulutnya ya. Adik kamu tuh pinter juga kali." Kata Mama ga terima.

"Iya iya, ayo cari Nino" Ajak Egi sebelum mamanya mengamuk.

Papa sih cuma senyum aja. Mungkin mengiyakan opini Egi.

"Ayo Ayah cari Oma Om sama Onty." Kata Kayla yang sudah turun dari gendongan Januar.

"Kay jangan lepas dari pegangan Ayah, Nak."

"Aku mau liat Onty cepet - cepet." Kata Kayla.

Kayla pun mulai mempercepat langkahnya dan bergerak diantara kerumuman orang. Tubuhnya yang kecil dan lincah memudahkan pergerakannya. Berbeda dengan Januar yang sulit menembus barisan orang.

"Duh Kayla." Runtuk Januar.

Kayla tetap menerobos orang - orang disekitarnya, berharap bisa bertemu dengan Oma, Om, dan Ontynya. Namun, Kayla tidak menemukannya. Ia menoleh kebelakang dan tidak ada Ayahnya. Kayla merasa ketakutan. Ia pun mulai menangis.

Pisang Jodoh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang