"Ayah, Bintang mau berangkat dulu. Nggak usah di anter lagi, Ayah anter Antar aja." ucap Bintang yang duduk bersama Gatama selaku Ayahnya dan Antariksa.
"Riksa, Bintang. Bukan Antar." kata Gatama sambil menyuapkan makanan ke mulut Antariksa.
"Ya Bintang kan sukanya manggil Antar, bukan Riksa. Ya nggak Ntar?" tanya Bintang kepada Antariksa. Antariksa hanya mengangguk saja. Masih kelas dua sd, belum tahu apa apa.
"Kalau sudah selesai, cepat berangkat. Ayah nggak mau kamu di panggil lagi lho soal ketelatan yang haqiqi."
"Wah, haqiqi yah. Keren juga Ayah."
"Ayah, Antaliksa mau belangkat, takut telat." kata Antariksa.
"Dasar cadel." sindir Bintang terkekeh. "ayah, Bintang mau berangkat."
"Ya sudah, hati-hati bawa mobil ya."
<><><><>
Bintang memasuki mobil nya kedalam sekolah, membunyikan klaksonnya setiap kali yang menghalangi mobilnya. Itu hanya candaan Bintang. Setelah itu Bintang akan minta maaf. Tapi untuk perempuan satu ini, Bintang tidak minta maaf. Karena apa? Perempuan ini memakai headset dan berjalan didepan mobil Bintang, sehingga mobil yang dikendarainya menjadi lambat.
"Ini cewek kalo gue tabrak, dosa nggak sih?!" kesal Bintang yang sedari tadi sudah membunyikan bel tetapi tidak dihiraukan.
Bintang yang terlalu lama melambat, akhirnya mengambil haluan kiri agar mempercepat pemarkiran dan mengejar perempuan itu.
"Heh!" panggil Bintang menyamai langkah perempuan itu.
"Lo siapa?"
Perempuan itu tetap tidak menghiraukan Bintang. Mungkin ia tidak sadar, karna Bintang memanggil nya bukan menyentuhnya.
"Heh!" tepuk Bintang dibahu perempuan itu.
Perempuan itu menoleh dengan kikuk dan melepaskan headset nya.
"Pardon, ada apa?" jawab perempuan itu dengan tampang kikuk.
"Lain kali kalo jalan dipinggir, jangan ditengah. Mobil gue jadi lambat karna lo ngehalangin." jawab Bintang sambil menatap serius perempuan itu.
"Oh maaf. Gue nggak tau."
"Anak baru ya?"
"Iya."
"Kenalin, Adlan Bintang Gatama." jabat tangan Bintang kepada perempuan itu.
"Nama yang bagus. Aurora Luna Alma." balas Luna dengan senyum dan berjabat kepada Bintang.
"Nama yang cantik."
"Kalo gitu, gue masuk dulu.. Mau nanya kelas dimana."
"Mau gue anterin ke kantor guru?" tanya Bintang membuat Luna mengangguk.
<><><><>
Bintang duduk meluruskan kakinya dan menyandarkan kepalanya ke tembok.
"Rangga mana?" tanya Bintang menoleh kearah Helmi.
"Lagi syuting AADC 3." jawabnya sambil terkekeh.
"Ada ada aja lo," toyor kepala Helmi dari Bintang. "seriusan, dia dimana?"
"Belum dateng. Palingan bareng sama Sarah."
Bintang hanya mengangguk mengerti. "Gue mau masuk dulu. Ulangan soalnya." Bintang keluar dari pintu tua itu.
<><><><>
Bintang berjalan sepanjang koridor dan dihadiahi pujian pujian dari para gadis, bahkan ada yang mengajak foto bersama. Bintang mengikuti ajakan itu, lalu tersenyum dan dijepret oleh para gadis.
Bintang tak sengaja melihat perempuan yang tadi baru saja berkenalan di parkiran bingung mencari sesuatu dengan selembar kertas di tangannya. "Itu Luna kan?" tanyanya sedikit ragu.
"Luna!" panggil Bintang membuat Luna berhenti. Luna berhenti tepat di pertigaan koridor, sementara Bintang berlari kecil dari arah tengah dengan wajahnya yang begitu tampan dan rambutnya sedikit beterbangan.
Luna terkunci dengan wajah Bintang. Sampai tidak sadar bahwa sedari tadi Bintang sudah melambaikkan tangannya didepan wajah Luna.
"Keliatannya bingung? Cari apa?"
"Kelas X-1 dimana ya?"
"Sini ikut gue. Gue anter."
"I-iya." balasnya gagu.
<><><><>
Hai geng. Gimana first impressionnya?
Selamat Pasisolam ya :)
Aku bikin cerita baru, udah lama buatnya, dan part nya udah ada puluhan.. Aku emang gitu hehe, buat dulu beberapa part baru di publish satu persatu.
Yang pasti ini bukan lagi sad ending..
Banyak banget yang comment "kenapa sad ending?" Gini ya, itu tuh apa yang ada diotakku aku tulis. Dan aku nggak akan bikin lagi yang sad ending karna aku tau, aku pun nangis.Tapi kali ini enggak kok. Tenang aja..
Have a nice day ya <3
Di tunggu vote and commentnya.
Salam,
Angel.
23 Februari 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Teen FictionJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...