EMPAT PULUH EMPAT

22.2K 1K 23
                                    

Maaf kalo disini sampe ke bawah atau di atasnya ada yang bikin kalian gagal paham. Fact about me : Pelupa.
Dan akan di fix next year. Ty kritikannya❤️

<><><><>

Vera melihat, Bintang dan Antariksa tidur bersama di kamar Satelit. Mereka berpelukan seakan akan membuat hati Vera hangat dan tersenyum.

"Maafin semua hal yang udah pernah Bunda lakuin." ucap Vera tersenyum lalu menutup pintu kamar.

Sedari tadi Vera sudah memasak makanan untuk Bintang dan Antariksa. Tak lupa, Vera menaruh surat dan pergi entah kemana.

Untuk anak anakku,

Bunda sudah menyiapkan makanan untuk kalian, semoga kalian suka dengan masakan Bunda. Bunda harus pergi jenguk Ayah kalian. Tidak usah panik, kalian bisa istirahat dan menjenguk Ayah besok pagi.

Bunda akan kembali saat larut malam, tidak usah menunggu Bunda, kalian tidur saja.

Dari,
Vera.

<><><><>

Bintang menyilap matanya beberapa kali agar tersadar dari bangunnya, setelah ia membuka matanya ia melihat Antariksa hanya memakai singlet dan CD spiderman yang sudah terkupas gambarnya.

"Hadeh, botak, botak." kata Bintang sambil melihat Antariksa.

Bintang berdiri lalu keluar dari kamar. Mencium aroma makanan membuat Bintang tersenyum, ini aroma makanan kesukaannya dulu.

Bintang mendekati meja makan, melihat diatas meja sudah ramai dengan makanan. Sepucuk surat terpampang jelas di mata Bintang.

Setelah Bintang membacanya, ia tersenyum. Merasa bersalah karena selama ini sudah beperilaku jahat kepada Vera. Sebelum Bintang memulai makan, ia membangun kan Antariksa untuk ikut makan bersamanya.

"ANTAR!" teriak Bintang. Beberapa kali Bintang memanggil, Antariksa tak kunjung datang. Segera ia kembali ke kamar lalu menggendong Antariksa dan menaruhnya di kursi.

"Ntar, bangun." kata Bintang sambil memilih makanan.

Antariksa tetap tidur dalam keadaan duduk tegak. Mulutnya terbuka dan memberi sedikit nada indah. Bintang menggeram, ia menyiprat air ke wajah Antariksa sampai Antariksa bangun.

"Tak, bangun!" ucap Bintang sambil menyiprat.

Antariksa yang merasa dingin di wajahnya membuka matanya lalu mengusap wajah basahnya dengan kasar.

"Aduh! Ini siapa nyiplat nyiplat?!"

"Kakak. Kenapa? Di bangunin kok nggak bangun bangun, mau makan nggak? Udah di masakin sama Bunda."

"Kakak tuh sama Liksa harus baik tau, nggak boleh kasal." balas Antariksa kesal.

"Siapa yang salah coba? Di bangunin nggak mau."

"Iya nggak pake nyiplat juga, kan?"

"Yaudah ayo, makan. Abis itu buat PR, kakak mau tidur."

Antariksa dengan kesal keluar dari kamar dahulu sebelum Bintang. Bintang hanya tersenyum. Melihat adiknya yang botak cukup membuatnya menjadi hiburan semata.

<><><><>

Melihat Gatama masih terridur pulas, Vera hanya diam sambil menunggu kabar baik dari Gatama. "Sebentar lagi kamu bangun, Tama."

"Aku ingin menjelaskan sedikit tentang hubungan masa lalu," Vera mulai menceritakan.

"Dulu waktu kamu sakit, sama seperti ini. Ibukku tidak mau jika aku punya suami yang sakit sakitan dan berkehidupan pas pasan. Memang saat itu aku di desak oleh keadaan, memilih Ibu yang tidak lama lagi hidup, atau meninggalkanmu yang sedang terbaring koma di rumah sakit,"

"Ayahku hanya diam, mengikuti kata Ibu hingga aku harus meninggalkan kamu. Disitu, Bintang masih kecil, dan aku sedang mengandung Antariksa,"

"Mungkin itu hanya biasa, awalnya aku menolak untuk meninggalkan kamu dan Bintang. Sampai akhirnya, Ibukku kembali mendesak dengan cara menggugurkan Antariksa atau meninggalkan kalian semua,"

"Jelas aku memilih untuk meninggalkan kalian, dari pada aku harus menggugurkan Antariksa, walaupun laki laki baru itu duda dan sudah mempunyai anak seumuran Bintang. Setelah semua berjalan, awalnya aku ingin membawa Antariksa dan memberi Bintang kepada mu. Tapi Ibu sama sekali tidak menerima,"

"Aku sangat minta maaf hari itu harus menambah beban untuk mengurus Antariksa, aku memberikan Antariksa kepada kamu dan meninggalkan kamu begitu saja, karena waktu yang diberikan Ibu untuk bertemu kamu itu sangat singkat, hanya sekedar memberikan Antariksa saja,"

"Setelah aku menikah, suamiku bukan seseorang yang pantas dalam hidupku, ia menyakiti Ibu dan Ayah sampai tiada. Dan setelah itu, ia menyiksa ku habis habisan, beruntungnya kandunganku baik baik saja pada saat itu. Firasat ku akan membaik karena janjinya ingin melunasi pengobatan Ibu yang cukup mahal, ternyata tidak, ia malah pergi meninggalkan Satelit bersama perempuan lain."

"Penyakit Ibu semakin parah, dan Ayah semakin stress dengan keadaan itu, Beberapa bulannya, Ibu meninggal dan laki laki itu tidak datang untuk melihat pemakaman Ibukku. Tak perlu hitungan minggu, Ayah juga pergi meninggalkanku dan Satelit."

Sedari tadi Vera hanya mengeluarkan air mata, terisak tangisan dari dadanya. Vera menunduk seakan akan ia paling bersalah dalam hubungan ini.

Tak disangka, air mata Gatama menetes dari ujung kiri. Vera tetap menangis dan memeluk Gatama. "Sampai sekarang aku masih benci kepada orang orang itu. Mendesak karena harta, berperilaku buruk karena ribut dengan keadaan."

"Aku minta maaf karena pernah meninggalkanmu. Tapi satu hal yang kamu harus tau. Aku pergi karena terpaksa.

<><><><>

Dear, Bintang✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang