Luna sudah bersiap siap, Evan sudah kembali menghubunginya dan mengatakan bahwa ia akan menjemputnya. Karena ini bertema casual, Luna memilih untuk memakai baju sabrina berwarna pink crop dan jeans putih.
Tidak seperti kemarin, Evan menjemputnya on time.
"Hai Lun." kata Evan dari dalam mobilnya, atap mobil Evan terbuka, Evan memakai kemeja merah maroon, dan celana jeans yang cukup ketat berwarna coklat dan sepatu boots berwarna hitam. Evan terlihat elegan walaupun dengan gaya casual.
Luna tidak menjawab. Lalu ia duduk, melihat Evan yang sedari tadi menatapnya. Luna yang begitu terkejut melihat wajah Evan bonyok segera memegangnya.
"Lo ngapain sih sampe bisa kayak gini?!" tanya Luna dengan kasar.
"Sebelum saya jawab jujur, saya mau kasih tau dulu kemarin kenapa saya nggak hubungin kamu. Kemarin saya masuk rumah sakit karena pingsan."
"Hah?! Lo harusnya hubungin gue atau temen lo yang lain saat lo udah sadar?! Gue khawatir!"
Bagi Luna, perkataanya itu adalah drama. Sedari tadi ia mengeluarkan dengan nada kasar karena masih memikirkan Bintang soal kemarin yang akan bertemu nanti.
"Gara gara apa?"
"Kepentok tembok aja."
"Gara gara apa?!"
Evan menyandar di kursi mobilnya. Dengan nafas kasar ia harus berkata jujur. "Saya sama Bintang bertengkar."
"Hah?! Kenapa gue nggak tau?!"
"Karena itu saat jam pelajaran."
"Kenapa lo nggak hubungin gue?"
"Hape saya mati."
"Terus?!"
"Saya nggak bisa ngelawan."
"Dasar cowok brengsek!"
"Udah, nggak papa kok. Saya juga udah baikan. Dan sekarang kita pergi aja."
Luna berdecak sebal. Amarahnya semakin bertambah karena ia berani memukul Evan. Ini bukan soal peduli Luna kepada Evan. Ini soal dimana, Luna merasa kesal dan marah kepada Bintang.
<><><><>
Luna datang dengan tangan yang dilingkari lengan Evan. Semua orang tertuju padanya, betul saja, karena selama ini Evan menutup hubungannya dan baru di perlihatkan sekarang.
Semua menyalami Evan, sambil bertanya tanya ada apa dengan wajah Evan yang biru serta robekan dikit di bagian sudut mata.
"Hey Van! Apa kabar?" tanya Helmi ramah.
"Baik baik aja kok, dan udah mendingan sih lukanya."
"Maafin si kunyuk itu ya, suka emosi kalo lagi cemburuan, tau lah dia gimana?"
"Iya, nggak papa kok."
"Yaudah, gue layanan tamu yang lain dulu."
"IHIY! Ada pasangan baru!" teriak Manda yang baru saja datang dengan Beni.
"Lho? Kalian udah pacaran?"
"Udah, lo sih kemarin nggak ada."
"Congrast ya." kata Luna disambung dengan Evan.
"Van, maafin si Bintang ye. Kasian gue liat wajah lo sampe bonyok kayak gitu. Gue sama yang lain juga nggak bisa lerai, karena Bintang orangnya keras."
"Santai aja kali Ben, gue udah baikan kok, buktinya gue sehat sehat aja."
Evan memang benar benar baik, ia tidak membalas dendam kepada Bintang yang sudah membut wajahnya bonyok. Bahkan menyentuhnya saja tidak.
Evan dan Luna diam sejenak, sambil menyantap makanan dan minuman diiringi oleh musik dari beberapa orang yang menyumbang lagu.
Luna sedikit tersentak, melihat Tara sedang bergandengan bersama Valdo, cowok yang cukup terkenal disekolahnya.
"Lho Ra? Lo udah punya pacar juga?"
"Iya nih Lun, kenalin. Valdo." kata Tara membuat Valdo menjulurkan tangannya kepada Luna dan Evan.
Evan sebenarnya kenal dengan Valdo, karena Valdo satu geng dengan Bintang, tapi tidak kenal akrab.
"Gue duluan dulu ya Lun, nyicip makanan."
"Hati hati, liat unsur unsurnya."
"Pasti!"
Evan kembali tersenyum kepada Luna, tapi Luna tidak. Luna mencicipi makanan serta minuman dengan lahap.
Lirikan mata Evan dan Luna seketika berubah melihat Bintang sedang berjalan bersama perempuan.
"Van, itu namanya Rani?" tanya Luna.
"Bukan,"
"Terus siapa?"
"Nggak tau, kayaknya cewek barunya sih."
"Ohh, bodo amat lah."
Evan tersenyum. Kemudia kembali menghayati nyanyian nyanyian yang sedang berjalan dengan nada indah.
Yang diajak Bintang adalah Thalia. Cewek yang cukup tajir dan berkelas, baik serta tidak sombong dan rajin menabung.
"Thal, lo kenal dia siapa?" tunjuk Bintang kepada Evan.
"Nggak, kan gue bukan anak sini. Lo sih, tetangga doang diajak kesini mana gue kenal."
"Kalo lo di deketin sama dia, jangan mau."
"Emangnya kenapa? Mukak nya lumayan, dari pada lo jelek."
"Sialan, beneran tapi gue. Cewek yang ada disebelahnya itu gebetan gue. Dan diambil sama setan itu."
"Lo ngomong suka ngawur."
"Emang kayak gitu kenyataannya."
"Seenggaknya dia bukan setan."
"Apa? Kucing? Rusa? Gajah?"
"Zebra!"
"Ngelawak aja lo bisa, ya pokoknya jangan aja deh."
"Masih lama nggak? Gue mau pulang, ntar di cariin sama pacar gue."
"Ntaran, nanti gue yang bilang sama pacar lo."
Thaila berdecak sebal, mayoritas tetangga Bintang itu cewek, hanya ada beberapa saja cowok tetapi tidak pernah menginjakkan kakinya keluar rumah.
<><><><>
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Roman pour AdolescentsJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...