DUA PULUH EMPAT

26K 1.1K 7
                                    

Ini lanjutan dari part sebelumnya

<><><><>

"Ini yang namanya Luna?" tanya pria itu sinis melihat Bintang yang sedang berjalan bersama Luna.

Bintang menaruh gelasnya lalu membelakangi Luna dan berhadapan didepan pria itu.

Bintang masih tetap diam sampai pria itu mengatakan sesuatu lagi.

"Lo suka sama dia hah? Suka? Dia pelacur." kata pria itu sambil menjinjit dan menunjuk kearah Luna. Seketika semua hening. Rangga, Beni dan Helmi langsung berada di sekitaran Bintang.

BUGH.

Satu gamparan mendarat di pria itu, siapa lagi kalau bukan Rino? Musuh terbesar Bintang setelah Bintang mendapat julukan sebagai siswa yang tidak berpendidikan, itu dulu. Tapi amarah Bintang masih berbuah sekarang.

"Kenapa? Pukul? Pukul aja! Setelah lo tau apa yang di sembunyiin sama cewek ini, lo akan bilang dia lebih dari pelacur!"

Bintang tidak bisa menahan amarahnya, sudut mata Rino serta bibirnya sudah mengeluarkan darah. Beni menarik Rino agar menjauh dari tempat itu sebelum Rino mati di tangan Bintang.

"Asal lo tau! Dia itu pacaran sama Evan! Dan lo cuma jadi apa? Selingkuhan?" teriak Rino. Bintang mendekatinya, lalu menarik kerah Rino dengan penuh amarah. Bintang menatap Rino serius, lalu membuang jauh jauh Rino dari hadapannya dengan mendorong Rino sampai terjatuh.

Bintang berbalik menuju kearah Luna. Luna yakin, acara Helmi hancur karena dirinya. "Bener apa yang dibilang Rino?" tatapan Bintang kini lebih dari serius, kalo nggak salah duarius atau tigarius, atau empatrius? Komen aja deh.

"Lun? Bener lo pacaran sama Evan?"

Luna gugup, masalahnya, ia dilihati oleh semua orang yang berada dirumah Helmi. Beni, Manda dan Tara takut akan apa yang terjadi kepada Bintang.

"Jawab!"

Luna tersentak. Helmi mencoba menenangkan Bintang.

"Kak, nggak kayak gitu maksud-,"

"Jawab! Iya atau nggak?!" sepertinya amarah Bintang sudah sampai sepuluhrius.

"Iya, Kak. Kak Bintang nggak marah kan kak?"

"Belum sejam gue baikan sama lo, lo udah bikin masalah dalam hidup gue. Gue kira lo cewek baik baik yang bisa nerima gue apa adanya. Tapi nyatanya? Lo malah milih orang yang baru aja lo kenal dan nggak tau aslinya gimana!" kata Bintang dengan tekanan yang membuat Luna sedikit takut.

Tanpa basa basi, Bintang perg dari tempat itu, menyalakan mobilnya lalu menginjak pedal dengan kencang sehingga terdengar suara ban berputar.

Dalam hati Luna menangis, Manda dan Tara mencoba menarik Luna agar tidak menjadi pusat perhatian, Helmi tetap melanjutkan acaranya meskipun ada halangan yang cukup besar, semua orang terlihat santai kembali sambil mencoba mencairkan suasana.

"Lun, resiko Lun." kata Manda.

Helmi dan Rangga juga berada diluar bersama Beni, Tara dan Manda.

Dear, Bintang✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang