30 vote bisa? Kalo bisa lanjut
<><><><>
Rani Tiatara : Gue nggak suka ya liat lo berantem Bin.
Adlan Bintang : Gue emosi.
Rani Tiatara : Songong sih.
Adlan Bintang : Banyak omong elah.
Ini masih sore, Bintang berada dirumahnya. Ingat dengan pesan Bunda Luna, Bintang beranjak dari kamarnya lalu izin kepada Gatama.
"Kak? Mau kemana?" tanya Antariksa yang sedang menonton televisi.
"Ih bocah kepo. Kamu diem sini aja. Bantu Ayah beresin rumah."
"Dimana mana Kak Bintang bantu juga dong?"
"Nantian, pulang Kakak bantu. Chill bocah."
Antariksa hanya diam. Lalu melanjutkan menontonnya.
<><><><>
Adlan Bintang : Bisa kedepan rumah sekarang? Gue ada didepan rumah.
Aurora Luna : Masuk aja, nggak ada orang. Nggak dikunci.
Adlan Bintang : Ketemu di bawah aja ya, mau ngajak lo pergi.
Bintang tidak menghiraukan lagi, lalu turun dari mobil dan masuk kedalam rumah Luna. Bintang melihat Luna sedang nonton televisi sendirian ditemani cemilan.
"Lun?" panggil Bintang membuat Luna menoleh.
Luna hanya menoleh, tidak menanggapi panggilan dari Bintang. "Lo masih marah ya sama gue? Maunya gue ajak jalan jalan, tapi karena lo lagi bete, yaudah nggak papa. Next time aja ya."
Bintang merasa feel bad, lalu keluar dari rumah Luna. Sebelum langkah terakhirnya keluar dari rumah Luna,
"Siapa suruh lo pergi? Dateng kesini harus ada tanggung jawab." kata Luna dengan arah kepala yang masih menatap layar televisi.
Bintang terhenti sambil membelakangi Luna. Ternyata, lucunya Luna saat ia jutek pada dirinya. Bintang memutar balikan tubuhnya mendekati Luna.
Bintang menempu lututnya dihadapan Luna, sementara Luna sedang duduk di sofa.
"Lo tau kan? Gue itu takut kalo lo sakit hati. Lo juga yang udah pernah bilang, bahwa satu satunya cowok yang pertama kali nyakitin lo itu cuma gue, pertama dan terakhir."
Luna masih tidak menanggapi. "Ini bukan tentang sakit hati. Ini dimana tentang gue yang salah memilih cowok."
Bintang tersenyum sinis. "Seharusnya gue sama lo yang ada di Dufan, seharusnya gue yang jemput lo pagi pagi. Dan seharusnya gue sama lo yang dateng ke acara Helmi."
"Bintang, lo tau dari mana?"
"Gue ngikutin semua aktivitas lo sama Evan. Dan seharusnya itu gue Lun, bukan Evan."
"Bintang, udah lah, nggak usah dibahas lagi. Udah lewat juga kan?"
Bintang mengangguk. "Mau pergi sama gue?"
"Memang seharusnya kan? Perintah Bunda jangan?"
"Iya."
Luna berdiri sambil menumpu tangannya dibahu Bintang yang masih duduk di ubin. Bintang tersenyum.
<><><><>
"Gue mau bikin satu kenangan yang mungkin lo nggak bisa lupain." kata Bintang diatas motor yang pinggangnya dikelilingi lengan Luna.
"Apa?" jawab Luna sambil tersenyum.
Bintang tidak membalasnya. Lalu tersenyum seakan akan nyaman hatinya.
Sampailah mereka di tempat dengan suasana dengan penuh warna di setiap dindingnya.
Gallery Nasional.
Bintang sudah memesan kepada temannya untuk melukisnya bersama Luna. Bintang memanggil temannya.
"Nanti pose yang di nyata sama di lukis beda ya, yang di lukis pelukan."
"Lho? Kok gitu? Gue nggak bisa."
"Gue traktir ketoprak."
"Okelah."
Bintang menarik Luna untuk duduk dan diam disampingnya. Bintang terdiam. Luna juga ikut terdiam. Sementara pelukis yang bernama Odi melihat pose mereka dan mulai melukis.
"Bin ini ngapain sih?" tanya Luna hanya menggerakkan mulutnya.
"Diem aja, kalo gerak digigit semut. Nggak mau kan?" balasnya Bintang.
Mereka seperti manekin yang hanya menggerakkan mulutnya saja. Kalian tau mereka berpose seperti apa?
Mereka berpose layaknya dansa, tangan Luna yang mengalungi punggung leher Bintang. Sementara Bintang memegang pinggulnya dan berhadapan.
Kontak mata mereka seakan akan terkunci seperti ingin mengatakan namun secara tersirat. Unik bukan?
"Sampe kapan coba kita kek gini?" tanya Luna.
"Sampe selesai. Tunggu aja."
Cukup lama Odi melukis objeknya, nyatanya apa yang dilukis, sama dengan gaya Bintang dan Luna.
"Bin, udah!" kata Odi sambil mengangkat kanvasnya.
Bintang menatap sebentar, lalu mengangguk artinya ia suka. "Oke, nanti masalah pembayaran lo kerumah gue aja."
"Oke, gue cabut."
"Boleh gue liat?" tanya Luna.
Bintang menggeleng. "Jangan, tunggu lo kangen sama gue aja. Jangan pernah kesini sama orang lain kecuali lo sendiri."
Bintang menempel disalah satu bagian yang masih kosong. Lalu menutup dengan kain agar Luna tidak melihatnya.
"Memangnya kenapa?"
"Kalo lo sama temen lo, dia bakal jadi kangen sama gue, mending lo aja."
Luna tersenyum. "Garing lo!"
"Lo udah nggak marah lagi kan sama gue?"
"Nggak tau deh,"
"Masih sih, gara-gara lo bentak gue."
"Ya gitu lah gue."
"Gue mau pulang, ada les sama Kak El."
"Udah gue telefon biar dia nggak ngajar hari ini."
"Nanti Bunda tau gimana?"
"Lah? Kan Bunda lo yang suruh jaga lo?"
"Serah deh, gue mau jalan jalan pokoknya."
<><><><>
Dapet pertanyaan dari seorang
Galvan Nicholas Rawlinson ="Kalian mau nggak jadi pacar aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Teen FictionJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...