TIGA PULUH TIGA

26.8K 1.1K 23
                                    

"WOI!"

Cepat maupun lambat, Manda menampar Katel yang meneriakinya dari belakang. Ah, Katel sudah biasa ditampar, bahkan hampir semua siswi disini sudah pernah menamparnya.

"HEH! BISA NGGAK, NGGAK USAH TERIAK TERIAK!"

"BISA! KENAPA?"

Manda berdecak sebal, kalau latar tempat ini dikelas, mungkin Manda tidak akan membalas dengan teriak juga. Tapi ini di kantin, dimana murid murid sedang makan. Ada juga yang terkejut serta tersedak karena teriakan Katel.

"Heh! Tel, gue lagi makan. Lo itu mengganggu semua yang ada disini." kata Manda mencoba pelan.

"Kalo lo makan emang kenapa? Kode mau gue suapin? Sini sendoknya." balas Katel mengambil sendok Manda lalu menyuapinya kepada Manda.

Katel memaksa Manda untuk membuka mulutnya. Tiba tiba dari samping Katel, seorang pria membuka mulutnya lebar lebar lalu melahap makanan yang di pegang Katel.

"Beni?" panggil Manda.

Katel melihat Beni sedang menyantap riang lalu duduk disebelah Manda.

"Mau coba genit sama cewek gue?" tanya Beni santai.

"Kagak, cuma iseng doang." jawab Katel lebih santai.

"Iya nggak say?" Katel mencolek dagu Manda dengan cepat.

"KAVANA MUHAMMAD DUGONG TORTELLA!!!" teriak Manda menjadi jadi, sehingga suasana kantin berubah menjadi hening.

"Astagfirullah."

"Ya Tuhan, semoga kantin ini tidak laknat."

Itulah nama kepanjangan Katel. Itu nama panggilan dari Pak Tayi, karena ia sering membawa ketapel kemana mana.

Katel yang merasa ingin di kejar Manda, cepat cepat kabur dan sesekali mengambil soimay Manda untuk terakhir kalinya.

Manda ingin keluar dari kursinya ditahan oleh Beni. "Udah, disini aja sama gue. Gue baru dateng masa lo kejar kejaran yang bukan pacar lo?"

Beni tersenyum, membuat Manda terduduk lagi. "Lo udah makan?"

"Alhamdulilah, belum."

"Kok belum, alhamdulilah?"

"Kalo belom kan, lo bisa suapin gue."

Manda tersenyum malu. Lalu Manda memesan makanan seporsi untuk Beni.

<><><><>

Di kelas ini, sangat ramai. Meskipun jumlah muridnya hanya empat puluh. Banyak sih, tapi kebanyakan pendiam.

Kelas ini ramai karena Bintang dan kawan kawannya sedang konser di kelas Luna. Disana juga ada Helmi, Rangga, Erik dan yang lainnya. Mungkin sekarang jumlahnya ada enam puluhan orang.

"NYANYI APA NIH?" teriak Bintang sambil duduk di kursi khusus piano. Sementara Helmi dan Rangga memegang gitar tak lupa Erik dan lainnya menari nari di depan.

"Lagu apa nih?" tanya Helmi.

"Yang melow aja." jawab Rangga.

"Lo kagak mikir ya?! Lo kira Bintang pake piano? Dia pake pianika."

"CEPETAN DONG!" teriak Katel dari belakang.

Bintang menaikkan jempolnya. Bintang yang memulai intro.

Do re mi fa sol mi do, la do mi la sol....

Serasa Luna ingin tertawa, aksi Bintang sungguh kocak, ditambah Erik dan yang lainnya berpasang pasangan menari tari salsa. Satu kelas pun ikut tertawa. Ini memang masih jam pelajaran, cuma gurunya saja tidak hadir.

Tanpa sepengetahuan siapapun, Pak Tayi memandang Bintang dan yang lainnya. Para penonton sudah diam dari beberapa detik yang lalu.

Luna memberi isyarat pada Bintang, bahwa ada Pak Tayi yang sedang berdiri. Bintang peka terhadap isyarat itu, lalu menoleh ke arah pintu. Jarinya yang tadi masih melanjutkan not not di pianika seketika terhenti, yang lainnya juga terhenti lalu menengok kearah pintu.

"TAI!" teriak Bintang kesal karena Pak Tayi mengganggu konser mininya.

"Apa kamu tayi tayi?" tanya Pak Tayi kepada Bintang.

"Nggak! Tuh tadi di tengah lapangan ada tai."

"Kalau kamu mau bikin ribut dengan konser gila nan laknat kamu ini, silahkan bikin konser untuk sekolah ini. Jangan membuat konser saat pelajaran!"

Seketika Helmi mendapat ide. Sebentar lagi ia menghadapi ujian. Disambut kelas XII yang tamat.

"Gimana kalo kita konser setelah selesai ujian? Gimana?"

"Boleh boleh aja."

"Tunggu kita kelas dua belas aja. Biar lebih yakni. Ini sekolah ternama, pasti banyak sekolah yang kunjung walaupun konsernya untuk murid sekolah sini doang." kata Bintang.

"Yaudah sih, nggak apa apa kan? Dua minggu lagi kan ujian. Nah, enam bulannya lagi kita ujian kelas dua belas, jadi ada persiapan yang matang." sambung Erik.

"Cepat keluar! Silahkan ke kelas masing masing." perintah Pak Tayi membuat Bintang dan yang lainnya keluar.

Saat Bintang keluar dan berpaspasan dengan Pak Tayi, Bintang meniup pianikanya sekencang mungkin, membuat Pak Tayi terkejut.

"EH AYAM COPOT COPOT KUTIL BADAK COPOT COPOT."

Latah itu membuat seisi kelas serta Bintang dan yang lainnya tertawa sangat keras.

<><><><>

Dear, Bintang✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang