Kasih selamat dulu dong buat Luna? Dia ulang tahun sekarang.
<><><><>
Welcome to Luna's birthday party, hope enjoy for your moment.
Tulisan itu terpampang jelas di depan pagar indah rumah Luna. Dengan sentuhan bunga bunga yang menggantung berwarnakan merah muda, di sambut dengan lampu kelap kelip berwarna emas.
Luna memakai gaun klasik berwarna putih dan rambut yg di hiasi oleh bunga berwarna putih dan biru. Sudah cukup sore untuk berdiam diri menunggu pesta ini di mulai. Saatnya yang tepat bagi Luna untuk memulai pestanya.
Hanya hal hal kecil yang di lakukan Luna bersama yang lain secara umum. Mulai dari menyanyikan lagu untuk Luna, meniup lilin dan berfoto bersama Luna, selebihnya mereka melakukan aktivitasnya masing masing bersama teman temannya yang baru saja hadir.
Tak sampai disitu, Luna sendiri menunggu seseorang dari luar. Luna terus memantau dari dalam yang cukup terlihat jelas siapa yang akan datang. "Lun, nunggu siapa sih? Ayo keliling, banyak yang mau ketemu sama lo."
Luna tidak menggubris perkataan Manda yang baru saja datang. Hampir kesal karena Luna yang sama sekali tidak mendengar, pantas saja Manda meneriak ke bagian telinga Luna secara mendadak membuat Luna menjauh dan mencoba menetralkan telinganya yang terasa sakit.
"Nggak usah teriak teriak kali, Man. Gue denger kok." balas Luna sambil menoleh kearah Manda.
Manda tersenyum palsu, lalu duduk di samping Luna. "Oh gitu ya? Coba jelasin apa yang tadi gue omongin sama lo?"
"E-e, lo nyuruh gue makan kan?" balas Luna cepat langsung mengambil makanan yang ada di dekatnya. "ini gue makan kok, Man. Enak banget kue buatan nyokap lo. Gue pesen deh seribu kue, dan gue nungguin sampe kue nya selesai."
Manda membuang nafas kasar. "Lun, lo nggak harus bohong kalo lo nungguin Kak Bintang. Mata lo nggak bisa jauh jauh dari arah luar. Lo pasti nunggu kan, Kak Bintang dateng?"
Luna yang dari tadi melahap kue yang tertera di tangannya, seketika diam menatap Luna. "Apa gue keterlaluan ya? Nungguin Kak Bintang yang nggak tau kapan balik? Tapi gue yakin dia balik, gue yakin dia baca surat gue."
"Iya Lun, gue tau. Tapi nggak seharusnya di hari terpenting lo ini, lo malah asik sendiri. Banyak tuh temen temen dari sekolah lain yang nunggu lo untuk mereka samperin, nggak enak kan kalo mereka cuma diem diem aja."
"Lo yakin kan Kak Bintang dateng?!"
"Yakin. Kalo dia masih inget sama lo, pasti dia balik. Nah, sekarang lo mending samperin tuh temen temen lo, kasian dari tadi nunggu lo ngoceh doang."
Luna tersenyum. Lalu berjalan menuju teman temannya yang baru saja hadir. Luna melupakan sesuatu, ia lupa membawa tasnya, dengan cepat ia berbalik kearah tempat duduknya dan mengambil tasnya.
Tak sengaja melirik, Luna melihat Manda menjauh dari dirinya dan mengangkat telefon dari seseorang. Ingin Luna menghampiri Manda, namun tak sempat karena ada beberapa teman Luna yang memanggilnya.
Manda teleponan sama siapa sih? Kenapa harus bisik bisik?
"LUN!" panggil Helmi dari jauh yang baru saja datang bersama teman temannya.
Luna yang merasa terpanggil, cepat pamit kepada temannya lalu menghampiri Helmi dan kawan kawannya.
"Eh, Kak Helmi." sapa Luna sambil bersalaman kepada Helmi dan yang lainnya. "hm, Kak. Kak Bintang ada?" bisik Luna kepada Helmi.
"Bintang nya nggak sama kita. Bintang belum ada kabar sama sekali. Udah di cari cari tetep aja nggak ketemu." balas Helmi kembali berbisik.
Luna hanya tersenyum kaku dan mengangguk. Mempersilahkan Helmi dan yang lainnya untuk masuk dan menyantap makanan yang sudah di sediakan.
"Lun, Manda mana ya?" tanya Beni di sela sela makan.
"Manda tadi gue liat telfonan gitu sama orang, tapi bisik bisik, jadi gue nggak denger." balas Luna kembali penasaran.
"Sekarang dia ada dimana?"
"Mungkin lagi kumpul sama yang lain. Dari tadi gue nggak ngeliat dia sama sekali. Mungkin aja di belakang atau di toilet."
Beni mengangguk dan melanjutkan menyantap makanannya. Sementara Luna kembali penasaran dengan siapa Manda berbicara.
"Hm, Kak. Aku pamit ke belakang dulu ya, silahkan di santap makanan yang lainnya." pamit Luna lalu berjalan menuju kamarnya. Tujuannya ia mencari Manda ternyata hilang, di dalam ingatannya ia masih memikirkan Bintang yang sebentar lagi akan ia benci karena tidak hadir dalam pestanya. Tak terkecuali dengan Evan.
"Undangan yang paling spesial itu ya cuma buat Kak Bintang." ucap Luna sambil berbaring di kasurnya menatap jendela dengan pemandangan bintang dan bulan yang saling bersama tapi tidak menyatu.
"Ternyata bener, gue cuma di pertemukan, tapi bukan di persatukan. Untuk apa gue berharap lebih sama orang yang nggak pernah kasih gue perhatian? Bikin gue makin sakit hati untuk ngingetin itu semua." sambung Luna sambil meneteskan air mata.
"Kenapa sih gue yang awalnya berniat cuma menjadi temen seketika gue terjebak di dalam omongan, perhatian, dan perilakunya? Kenapa gue cepet banget untuk deket sama dia? Ini yang namanya pertemuan tidak sengaja?"
"Semua pertemuan memang tidak ada yang di sengaja, semua kebetulan." ucap seorang pria dari belakang Luna yang baru saja membuka pintu.
"Kak Gani?" ucap Luna sedikit terkejut.
Gani hanya tersenyum. "Kakak tau kok kamu ada rasa kan sama BIntang? Dari pertama kamu ketemu sebenarnya udah ada rasa walaupun sedikit."
"Ng-nggak kok, Kak." balas Luna gagu.
"Udah lah jujur aja. Kamu kenapa disini? Tamu tamu makin banyak kenapa ngga kamu ladenin? Masa harus Kak Yola sama Bunda? Kan aneh." balas Gani heran.
"Enggak, tadi capek aja, makanya istirahat sebentar. Ini mau turun lagi."
Luna menegakkan tubuhnya lalu berdiri dan menuju lantai bawah, nyatanya benar perkataan Gani, makin banyak saja tamu tamu yang datang. Luna sedikit heran, bagaimana bisa Manda dan Tara bersatu untuk membagikan undangan sebanyak ini.
Luna menghampiri setiap tamu yang terus berdatangan, mulai dari dalam sekolah sampai luar sekolah yang terus berdatangan. Rumah Luna berasa sedang berdemo.
Seketika semua lampu yang ada di pesta ini mati. Yang lebih anehnya, hanya Luna yang berteriak ketakutan dan menjerit sangat keras, tetapi yang lain hanya diam dan mulai memasangkan lampu lampu kecil yang ada di genggamannya.
Sebuah lampu yang sangat besar, sangat terpampang karena menyorot Luna dan panggung kosong yang tidak ada siapa siapa.
"Sebuah surat datang menghampiri tangan ini secara tidak sengaja." ucap seorang pria yang berdiri diatas panggung sambil memegang surat yang ia perlihatkan kepada semua orang.
Luna yang masih menunduk secara spontan berdiri sambil menegakkan diri dan menutup sedikit matanya yang terasa silau. Ia kenal dengan suara itu, sangat kenal. Perlahan ia membuka matanya,
"Kak...."
<><><><>
Part nya sampe sini aja kali ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Roman pour AdolescentsJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...