EMPAT PULUH DELAPAN

21.5K 954 25
                                    

"Lo?!"

"Lah? Lo?"

Tatapan mereka terkunci. Ekspektasi Bintang tak mungkin ada dia disini. Gak mungkin orang yang paling gue benci di dunia ini, yang ngerebut semua hak gue ada disini.

"Lo ngapain disini? Kenapa selalu ada lo? Kenapa di mana mana ada lo? Ini jauh dari lingkungan sekolah kenapa gue masih ketemu sama lo?" ucap Bintang.

"Heh! Gue juga nggak sudi ada lo disini. Gue juga nggak akan mau dan nggak akan minta maaf sama lo."

"Apa urusannya lo disini?!"

"Gue? Lo tanya gue ada urusan apa disini? Halah, gue setia kawan, nggak kayak lo yang ninggalin temen temen lo di kota lain termasuk Luna!"

Satu pukulan mendarat di bibir pria itu. "Bisa lo nggak usah bawa bawa temen gue dan Luna?!"

"Why? That's real, man. Gue tujuan kesini untuk nyemangatin temen gue yang lagi rapuh. Bukan kayak lo yang pas seneng seneng lo tinggalin gitu aja tanpa alasan, tanpa kabar,"

"Seharusnya lo mikir, Luna, yang udah nunggu lo berbulan bulan, cuma bisa nangis nunggu lo disana. Hati lo dimana, Bin?"

"Kenapa lo tau segala tentang dia?"

Bintang mulai terpancing.

"Cih! Lo kira gue itu pacaran sama Luna? Lo ngeliat gue berduaan sama Luna? Terus lo pergi gitu aja dengan motor lo? Terlalu bocah untuk lo ngelakuin hal itu,"

"Gue jujur aja deh, selama ini temen gue itu koma gara gara lo Bin! Nyokap lo yang pisah sama Bokap lo itu bikin temen gue jadi kayak gini! Lo selalu maki maki dan sok nggak kenal sama Nyokap lo sendiri, Nyokap lo itu stress dan ngebuat temen gue hampir bunuh diri. Dan lo bisa liat sekarang! Untungnya dia masih hidup, hidup dalam koma,"

"Dan dari saat itu, gue berjanji akan ambil semua yang lo punya! Terbukti kan sekarang? Kenapa gue selalu pacarin gebetan lo? Itu karena ulah lo sendiri!"

"Satu lagi, disaat lo nggak kasih kabar sama sekali ke Luna, lo nggak bales surat nya, dia cuma bisa komunikasi sama gue, dan berharap kalo gue bakal ketemu lo. Luna selalu nanyain gimana kabar lo sekarang, apa lo punya yang baru atau nggak?"

"Lo nggak bisa ngegantungin orang sembarangan, Bin. Luna butuh kepastian. Lo nggak bisa ngebaperin anak orang sembarangan. Ninggalin dengan cara yang nggak wajar, nggak etis, Bin."

"Gue nggak pernah ganggu hubungan orang lain tanpa sebab. Dan gue mohon Bin, balik ke tempat asli lo, banyak yang nunggu kabar dari lo. Dan Helmi? Dia minta tolong sama gue buat cari lo disini. And see? Gue udah ungkapin apa yang gue rasain dan temen temen lo,"

"Gue berharap lo mau balik ke mereka. Dan gue cuma minta tolong satu hal, doain temen gue yang sedang koma sekarang. Thanks lo udah mau nonjok bibir gue dan gue udah bisa ngomong bebas sekarang. Gue pamit."

Dia Evan. Evan menaru tangannya di pundak Bintang sambil tersenyum. Lalu pergi sambil menge-lap sedikit darah yang bercecer di bibirnya.

"Kenapa sih Bunda harus bohong sama gue?!" teriak Bintang sambil memukul salah satu loker hingga bengkok.

<><><><>

Dengan rasa kesal Bintang berjalan cepat menuju parkiran. Kali ini ia harus menanyakan betul betul ada hubungan apa antara Evan, Satelit, dan Bunda.

Bintang membuka pintu mobil lalu masuk dengan kasar. "Ada apa Bintang? Kenapa wajahnya kesel gitu?" tanya Vera sambil menjalankan mobil.

"Nggak seharusnya Bunda bohong tentang Satelit ke Bintang!" jawab Bintang cukup keras.

"Maksud kamu apa, Bintang?"

"Selama ini Satelit nggak pergi kan?! Dia koma kan?! Dia koma di satu rumah sakit sama Ayah kan?! Pantes, saat Ayah sadar, Bunda nggak ada! Bener kan?!"

"Bun, Bunda.."

"Nggak seharusnya Bunda bohong sama Bintang! Bunda bisa jujur ke Bintang kalo Satelit itu koma. Bintang nggak keberatan kalo Satelit di rumah sakit. Bintang kecewa karena Bunda bohongin Bintang!"

"Bintang, Bunda nggak pengen kamu mikirin Satelit. Bunda nggak mau kamu repot karena Satelit."

"Dan Bunda tau Evan? Evan itu musuh terbesar Bintang, Bun! Dia yang udah rampas Luna dari Bintang!"

"Bintang, Bintang. Bunda ngerti. Bunda sama sekali nggak tau masalah kamu dengan Evan. Satelit memang satu sekolah dengan Evan, di Savier."

"Terus kenapa Bunda harus bohong?! Ini bukti foto foto Satelit dan Evan."

Bintang menunjukkan foto itu. "Bintang tau Gatra, Bun. Itu ada di kamar Ayah. Dan Bintang tau apa kepanjangannya."

Vera menghentikan mobilnya. "Bintang, maafin Bunda yang udah nutupin Bintang masalah Satelit. Bunda cuma nggak pengen kamu nantinya ikutan repot masalah Satelit, cukup Bunda aja."

Vera memeluk Bintang yang sedari tadi kesal. Bintang hanya kecewa, ia paling tidak suka di bohongi, apalagi dengan orang yang ia sayang.

"Apa Bunda mau janji?" tanya Bintang.

"Mau. Janji apa?"

"Bunda harus janji. Temuin Bintang dengan Satelit."

Vera tersenyum. "Bantu, Nak. Bantu agar Satelit cepat sadar." ucap Vera sambil menitihkan air n.

<><><><>

MAAP AKU LUPA HARUSNYA JAM 9! AKU SIBUK SOALNYA HEHEHE

Mau tanya,

BINTANGNYA DI TEMUIN SAMA LUNA ATAU NGGAK?

Dear, Bintang✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang