Luna masuk dengan sediki bingung. Cafe ini adalah tempat pertamanya saat ia makan bersama Bintang. Terlihat di tengah, Evan sedang duduk sambil menunggu seseorang.
Evan yang menoleh kearah pintu, melihat Luna sudah datang langsung menghampiri Luna dan mengajaknya untuk duduk.
"Akhirnya ketemu lagi." kata Evan sambil menarik kursinya hingga dekat dengan meja.
Luna hanya tersenyum kikuk.
"Kenalin, saya Evan Meganta." ucap Evan menyodorkan tangannya.
"Aurora Luna Alma." balas Luna bersalaman dengan Evan.
"Nama yang cantik." kata Evan. "mau pesen apa? Tinggal pilih aja."
"Tadi gue udah makan. Pesen white coffee aja." kata Luna ramah.
"Oke kalau gitu. Tunggu sebentar." balas Evan memanggil pelayan yang cukup dekat dengannya dan memilih pesanan sesuai kemauan Luna.
"Kamu risih ya jalan sama saya?" kata Evan membuat Luna sedikit gugup.
"E-nggak."
"Takut Bintang marah? Dia bukan pacar kamu kan?"
"Nggak kok. Dia bukan pacar, sekedar kakak kelas."
"Kamu cantik."
Dua kata itu seolah olah membuat Luna kaku setengah mati. Evan lebih lembut dari pada Bintang.
"Makasih." balas Luna gugup.
"Sehabis dari sini mau jalan jalan? Mau ke Dufan?" ajak Evan tersenyum.
"Hah? Dufan? Mau banget!"
Masalah hiburan apapun Luna pasti menerima. Ia paling suka tempat Dufan.
"Sekarang aja gimana?" tanya Evan."Minumannya gimana?"
"Biar pelayannya aja yang minum, kasihan kerja terus." kata Evan sambil terkekeh lalu berdiri menarik tangan Luna, sementara Luna menatap tangan Evan yang mendarat dipergelangannya.
Evan yang merasa genggamannya tertahan menoleh kearah Luna lalu tersenyum sambil mengangguk untuk berdiri.
<><><><>
"You must happy with me now." kata Evan lalu menggenggam tangan Luna dengan kuat.
Luna sedikit terkejut. Memang ia senang sekarang, tapi perlakuan Evan sedikit membuatnya kaku.
"Kamu masih risih saya kayak gini? Saya cuma mau kamu aman aja. Disini nggak baik kalo cowok ninggalin cewek." kata Evan membuat Luna sedikit sedikit tidak kaku lagi.
Luna hanya mengangguk. Lalu menggenggam juga tangan Evan dengan erat sambil berlari ceria bersama Evan. Luna sudah lama tidak ke Dufan sejak ayahnya mengajaknya masa kecil ketempat ini.
Beberapa wahana sudah di ikuti oleh Luna dan Evan. Evan yang memakai kacamata hitam mengambil salah satu kamera dan menjepret momen ini bersama Luna. Luna yang sedikit dibelakang Evan merangkul leher Evan sambil tersenyum dan memakai kacamata yang membuat parasnya memikat hati Evan.
Mereka berjalan bahagia sambil menjepret momen momen terserunya. Mereka sungguh terlihat bahagia. Luna yang mulai terbiasa dengan perlakuan Evan yang merangkul pundaknya dan sesekali menyentuh kepalanya karena candaan yang dibuat Evan sendiri.
Sampai ditempat yang menurut mereka teduh, mereka mengambil salah satu sisi bangku untuk duduk. Luna sudah terasa lelah, karena hampir semua wahana disantap oleh Evan dan Luna. Luna terasa bahagia bersama Evan. Evan pun begitu. Evan membelikan es krim kesukaan Luna yaitu vanilla.
Mungkin saat ini Luna sudah lelah, ia menyantap es krim sambil bersandar dipundak Evan. Evan yang menyuruhnya agar Luna bisa bersandar.
"Terimakasih ya, lo udah bahagiain gue untuk satu hari ini." kata Luna sambil menatap langit.
"Sama sama. Maafin saya ya." kata Evan sambil menoleh sedikit kearah Luna.
"Kenapa minta maaf?"
"Karena cuma ini aja yang bisa saya lakuin."
"Kak, ini lebih dari sekedar biasa. Justru hal ini yang gue seneng." Luna mengambil posisi lagi yang enak untuk sandarannya. "ini salah satu keinginan gue yang hampir tercapai."
Evan menoleh. "Apa aja sih keinginan kamu?"
"Satu, gue mau bahagia bareng bareng nantinya sama pasangan gue. Dua, gue pengen bisa keluar negeri, lebih tepatnya ke Disney Land bersama pasangan gue." kata Luna sambil menyantap es krimnya.
Evan tersenyum mengangguk.
"Kalo lo?" tanya Luna.
"Saya? Keinginan saya cuma satu. Membuat keinginan pasangan saya terwujud dan saya bisa terus bahagia sama dia." kata Evan tersenyum.
Luna hanya mengangguk. Luna menatap arlojinya. Ini sudah jam enam lebih. Luna tidak ingin sampai dirumah dengan keadaan ngantuk yang membuatnya tidak bisa mengikuti ulangan besok karena tidak belajar. Untungnya Eldo tidak bisa mengajarnya hari ini.
"Kak, kita pulang aja yuk? Udah malem." kata Luna mengajak Evan.
Evan mengangguk lalu berdiri menarik tangan Luna dengan erat.
"Jangan manggil saya dengan sebutan 'kak' cukup panggil Evan aja." kata Evan sambil menggenggam tangan Luna.
"Iya." kata Luna ramah.
<><><><>
Evan mengantar Luna pulang. Hari ini adalah hari bahagia Luna dalam masa sekolah barunya. Ia kagum dengan Evan yang pertama kali membuatnya bahagia.
"Besok semangat belajarnya ya. Besok saya liatin dari depan sekolah kamu. Kasih senyum atau nggak lambaian tangan aja. Makasih ya udah mau nemenin saya hari ini." kata Evan kepada Luna yang sudah diluar mobil.
"I-iya Van. Makasih juga ya udah bahagiain gue hari ini." kata Luna sambil tersenyum lalu melambaikan tangannya kepada Evan yang mulai menjauh darinya.
<><><><>
Hi ghenk,
Selamat Pasisolam ya <3
Kalo punya pacar kayak Evan gimana?
Kalo kayak Bintang?Paling enggak kayak jebe lah yaa.
Terimakasih y GALEXA udah 40k lebih, hehehe. Makasih banyak untuk kalian.
Buat yang nggak tau aku asal dari mana bisa ditebak wkwk. Kalo menurutku sih di hatimu EA
Yaudah deh segitu aja dulu,
Ditunggu VOTE and COMMENT nya,
Salam,
Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Teen FictionJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...