Dengan rasa panik, Gatama, Antariksa, dan Bintang langsung menuju mobil yang sudah di supiri Vera.
Didalam mobil pun Vera terlalu cemas sehingga sedikit tidak konsentrasi. "Tenang Vera, kita doa saja, semoga Satelit bisa sadar secepatnya." ucap Gatama.
"Aku takut, harus kehilangan lagi. Jika tidak ada Satelit, sudah. Aku tidak punya siapa siapa." balas Vera sambil memegang keningnya.
"Bun, Bintang yakin pasti Satelit bisa sadar, Bintang akan bantu Satelit untuk bangun sebisa Bintang. Bintang janji." sahut Bintang dari belakang sambil memegang pundak Vera dan di balas senyuman oleh Vera.
"Bun, aku pengen deh ketemu sama Kak Satelit, ganteng nggak ya?" tanya Antariksa membuat Vera sedikit tersenyum.
"Heh botak. Ada ada aja kalo nanya, situasi lagi genting malah nanya ganteng. Yaudah jelas lah Kakak gantengan." jawab Bintang cepat.
"Heeleh, Kak Bibin aja tidur masih ngolok, kadang kadang kentut sendili yang disalahin Liksa, gimana mau di bilang ganteng?" balas Antariksa membuat Bintang cepat cepat menutup mulut Antariksa.
Gatama dan Vera hanya tertawa. Sementara Bintang sudah malu dengan ucapan Antariksa yang blak-blakan.
<><><><>
Sesudah Gatama dan yang lainnya sampai, mereka langsung berlari menuju ruangan Satelit. Bintang ingat betul dengan ruangan ini, ruangan ini tepat di depan loker Vera yang tempo hari mengambil tas Antariksa.
Sudah tak punya waktu untuk berjalan, Vera membuka kasar pintu ruangan itu dan melihat Satelit dalam keadaan kritis. Belum vera mendekat, Evan serta yang lainnya menahan Vera agar tidak mendekati Satelit yang sedang di tangani oleh dokter.
Bintang tidak masuk. Ia hanya menunggu di luar sambil duduk dan memikirkan Satelit. "Apa gue masih ada hubungan saudara sama Satelit? Apa bener yang di bilang Evan? Satelit koma gara gara gue yang udah ngebuat Bunda jadi stress dna akhirnya Satelit jadi gini?"
"Kalo gue nyakitin Bunda, sama aja gue nyakitin Satelit. Oh God, gue salah banget selaa ini. Gue nggak pernah dengerin penjelasan Bunda,"
"Gue janji mulai dari sekarang, gue akan menerima mereka semua sebagai keluarga yang paling terpenting di hidup gue."
Bintang menundukkan kepalanya sambil menjambak rambutnya, ia merasa bersalah selama ini telah menyakiti Vera yang otomatis Satelit juga. Tak berselang lama, Vera memanggil Bintang untuk masuk dan menemui Satelit.
"Bintang, berkat doa dari semua, Satelit bisa kembali normal lagi. Tetapi belum ada tanggal pasti untuk kesadaran Satelit." ucap Vera duduk di samping Bintang sambil memegang pundaknya.
"Nak, Satelit butuh seorang Kakak yang bisa menguatkan dirinya untuk bangun. Selama ini ia hanya sendiri, tidak punya saudara. Bunda mohon, kamu yang sedikit lebih tua dari Satelit bisa menemuinya untuk mengatakan sesuatu yang membuat Satelit bangun." sambung Vera.
"Bun, Bintang bukan siapa siapa Satelit. Satelit juga nggak kenal dengan Bintang. Bintag takut dengan kedatangan Bintang malah membuat Satelit kritis lagi. Bunda tau kan? Bintang sering nyakitin Bunda. Dan mungkin Satelit akan marah sama Bintang." jawab Bintang sangat lesuh.
"Bintang, yang harus kamu tau. Satelit bukan orang yang pedendam. Satelit tau kalo Bintang seperti itu. Dan Satelit pernah mengatakan, bahwa ini cuma kesalah pahaman yang belum bisa di selesaikan,"
"Waktu itu Satelit berjanji akan menemui kamu dan mengatakan semuanya tentang Bunda, dan Bunda nggak bisa bayangin sekarang kalo Satelit seperti ini. Satelit pernah bilang, bahwa ia butuh seorang Kakak."
Bintang memutar kepalanya lagi kearah lantai. "Bun. Bintang minta maaf, karena Bintang semua jadi kayak gini, sampai Satelit juga yang menjadi korban."
Vera tersenyum dan memeluk Bintang. "Tidak ada yang disalahkan untuk masalah ini, Nak. Semua orang pernah melakukan kesalahan yang fatal, tetapi semua orang juga bisa memaafkan secara ikhlas, tolong Nak, temui Satelit ya."
Bintang tersenyum dan kembali memeluk Vera. "Iya Bun. Bintang janji, Bintang akan usahain Satelit mendapat kasih sayang seorang kakak. Dan semoga dengan seperti itu, Satelit bisa bangun."
Setelah Vera berbicara panjang lebar dengan Bintang. Bintang masuk kedalam ruangan Satelit. Bintang cukup terkejut, di samping kanan terdapat Evan, Gibran, Vicky, dan Yoga.
"Van? Lo kok bisa disini?" tanya Bintang membuat Evan dan yang lainnya terkejut.
"Bin? Apa gue nggak salah liat? Lo anaknya Tante Vera?" tanya Evan sangat bingung.
"Iya, gue anak nya Bunda. Dan lo? Temen yang lo bilang di rumah sakit itu Satelit? Iya?" tanya balik Bintang.
"Iya, Satelit. Gue udah pernah cerita singkat ke lo tentang Satelit. Sebentar, berarti lo anak Tante Vera, dan Satelit juga anaknya?" tanya Evan.
"Iya, Van. Dua anak ini anak Tante. Dan ini Gatama, suami Tante yang pertama." jawab Vera sambil tersenyum.
"Gue nggak bisa bayangin sih kalo lo anak Tante Vera." Balas Evan sambil tersenyum. Evan mendekati Bintang dan langsung memeluk Bintang dengan erat.
Sudah lama Bintang dan Evan tidak akur. Mungkin dari awal SMA. Dan sekarang mereka baru bisa merasakan kedaimaian diantaranya dengan pelukan hangat dari sekawannya.
"Gue minta maaf selama ini udah ngerebut semua yang lo punya,"
"Dan itu karena suatu hal kan?" potong Bintang sambil tersenyum. Evan melepaskan pelukan itu dan dilanjutkan Bintang memeluk Gibra, Vicky, dan Yoga.
Evan tersenyum. "Gue mau minta tolong satu hal Bin."
Bintang mengangguk. "Apa?" tanya Bintang. "Nggak perlu nanya lagi. Gue minta tolong untuk temenin Satelit, mungkin aja lo bisa buat Satelit sadar."
Bintang tersenyum kembali. "Itu pasti. Gue akan usahain agar Satelit bisa sadar secepatnya. Dan satu yang nggak boleh lepas, doa."
Semua tersenyum termasuk Antariksa yang melompat kegiarangan di atas sofa. Tanpa pikir panjang ia melompat setinggi tingginya dan menghasilkan ia terjatuh. Untungnya kepala halus nan tajam itu tidak mengenai lantai. Hanya saja ia tertawa dan sedikit menangis.
<><><><>
Hai hai, hari ini aku up nya udah secepet kilat. Emang susah endingnya. Aku sempet mikir bahwa aku mau hapus Satelit jauh jauh dari cerita ini alias...
Nah, kalian bisa follow ya akun instagram aku = WATTPADNGEL ISI @ YA
Aku secepatnya akan up lagi, nggak sabar mau liat Bintang ketemu sama Luna. Ketemu nggak ya? Atau Bintang punya cewek lain disini?
Salam, Bintang.
Yang lagi berenang sambil memikirkan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
JugendliteraturJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...