TUJUH BELAS

30.4K 1.2K 16
                                    

Evan sungguh berlari dengan cepat. Ia memasuki pintu pintu panjang serta lorong yang berisi kursi dipinggirnya. Evan membuka ruangan VIP itu. Raut wajah Evan seketika berubah melihat didalam ruangan itu seseorang masih terbaring diatas  brankar. "Kondisinya gimana dok?" kata Evan mendekati dokter itu.

"Hanya ada sedikit pergerakan dibagian tangannya. Ini hal yang biasa, cuma.. sedikit lama Satelit menggerakkan jari jarinya." jelas dokter itu.

"Kondisinya sudah membaik?" tanya Evan.

Dokter itu menggeleng membuat Evan menunduk pasrah. "Doakan saja yang terbaik."

Dokter meninggalkan Evan. Evan mencoba tetap tenang lalu duduk disebelah pria itu.

"Sat?" panggil Evan sendu. "lo harus bangun! Banyak anak Savier yang nyemangatin lo dari jauh. Semua orang kangen sama lo Sat."

Evan terus menatap Satelit yang masih memakai selang di hidungnya,tangannya serta mulutnya, memakai kapas dikeningnya dengan cairan coklat yang menembus kapas ditambah dengan suara monitor.

Sudah tiga tahun Satelit mengalami kecelakaan hebat. Seharusnya Satelit masih bisa berdiri, tertawa bersama Evan dan teman temannya. Tapi nyatanya, selama tiga tahun Satelit tertidur pulas. Ia koma.

Gibran, Vicky dan Yoga yang baru saja datang menghampiri Evan juga merasa sedih karena Satelit belum ada perkembangan.

"Van. Kita harus nunggu. Kalo kita sedih Satelit juga sedih. Ayo dong Van, semangat." kata Gibran menepuk bahu Evan. Evan hanya mengangguk. Lalu berdiri berpamitan kepada Satelit.

"Sat, gue balik dulu sama temen temen gue. Jangan pernah bikin gue dan temen temen lainnya shock dengan keadaan lo." kata Evan berpamitan kepada Satelit.

"Kita duluan ya Sat. Gue tunggu lo masuk sekolah lagi." kata Yoga diikuti oleh Vicky yang memegang bahu Satelit. Mereka berempat keluar dari ruangan tersebut dengan hati yang sendu.

"Masih ada waktu kok Van buat Satelit dan keluarganya memperbaiki semuanya." kata Vicky mencoba menenangkan Evan.

<><><><>

Aurora Luna : Evan tadi kenapa? Kok buru buru?

Luna mencoba bertanya kepada Evan apa yang terjadi dengannya.

Evan Meganta : Nggak kok. Ayah saya tadi pakai mobil, ban mobilnya pecah sementara Ayah saya mau ada meeting penting.

Aurora Luna : Oke kalau gitu.

Evan Meganta : Kalau sudah sembuh jangan banyak gerak dulu. Besok saya tunggu didepan gerbang sekolah saya. Inget sapa saya ya :D!

Kalimat yang dibuat Evan itu membuat Luna tersenyum.

Aurora Luna : Iya, tenang aja.

<><><><>

Bintang beberapa kali mencoba menelefon Beni. Beni sama sekali tidak mengangkatnya. Beni takut menceritakan kepada Bintang apa yang tadi Beni lihat.

Adlan Bintang :WOI, gimana keadaannya Luna? Gue telfon nggak diangkat?!

Beni Herdian : Santai. Gue lagi di toilet. Luna baik baik aja, gue liat di jendela dia lagi nonton sendirian sambil makan. Lo nggak nyamperin?

Adlan Bintang : Oke.

Sebenarnya Bintang ingin menghubungi Luna, memastikan keadannya yang sekarang bagaimana. Tapi Bintang menolak, ia ingin mempersembahkan permintaan maafnya saat ulang tahun Helmi nanti.

"Gue harap lo baik baik aja Lun. Maafin gue nggak bisa nge laksana in sepenuhnya permintaan Bunda lo." kata Bintang yang terlentang diatas kasurnya.

Sama seperti Luna yang berbaring diatas kasurnya memikirkan keadaan dan keberadaan Bintang sekarang.

<><><><>

Luna sedang menelefon Bundanya. Tampak raut wajah Luna sedih. Nyatanya, keadaan di Bogor dan Bandung masih buruk dan tidak bisa diprediksi.

"Bunda, Bunda cantik, baik, manis, perhatian lagi." kata Luna dengan ponselnya.

"Pasti ada maunya ya?"

"Hehe, iya Bun. Kirimin Luna uang. Luna mau beli novel."

"Novel kamu sudah terlalu banyak. Jugaan novelnya hanya dipajang saja, lalu dipamerkan ke Yola. Sekarang mau beli lagi mau taruh dimana? Rak buku Bunda sudah habis ditampung novel kamu."

"Nggak gitu Bun. Udah semua di film-in jadinya Luna nggak niat baca. Luna mau beli novel lagi dan Luna janji, Luna baca."

"Oke Bunda kirimin. Nanti Bunda tanyain apa aja intinya dari novel yang kamu baca. Sekalian rak buku yang isinya lirik rumpang di rapihin ya."

"Ditambahin ya Bun uangnya."

"Dasar kamu ya, ada ada aja. Jangan lupa makan, sekolah. Jaga kesehatannya, jangan banyak pergi."

"Oke Bun."

<><><><>

Luna bingung ingin memilih novel yang mana. Antara 'GALEXA' karya Anglea a.k.a angelmilea atau 'Sisa kenangan' karya Gatama Effendi.

Cukup lama Luna berfikir akhirnya ia memilih 'Sisa kenangan' karya Gatama Effendi. Sebenarnya Luna ingin memilih pilihan pertamanya, hanya saja pilihan pertamanya mempunyai novel kelanjutannya yang belum dicetak.

Mungkin Luna lebih tertarik kepada pilihan kedua karena itu bukan cerita ataupun lainnya. Buku itu berisikan tentang kata kata yang mencurahkan hatinya saat remaja.

Luna berdiam diri disalah satu cafe dekat toko buku itu. Sangat cocok dengan buku yang ia beli karena nuansa cafe itu berisi kata kata mutiara.

Luna memesan white coffee dan sebuah kue red velved. Sambil menunggu Luna membuka buku itu.

'Sisa Kenangan' karya Gatama Effendi. Luna mulai membukanya lagi. Halaman kedua membuat Luna terpukau. Bergambar Bintang dan Bulan yang menyatu dengan indah. Luna membuka halaman itu lagi.

'Aku merasa kehilangan,
kehilangan sesuatu yang bahkan belum pernah menjadi di milikku.'

Luna yang membaca kata perkara itu dengan teliti sesaat hatinya tersentak dengan hebat. Menutup buku nya dengan menarik nafas paling dalam. Kalimat itu sungguh membuat Luna jatuh dalam memori penulis itu. Luna merasa tersindir dengan kalimat itu, kalimat yang di tulis seolah olah mengarahkan kepada sosok Bintang.

Luna enggan untuk membacanya lagi. Dengan cepat Luna menyantap makanan yang tersedia, lalu pergi dari cafe itu dengan jalan yang sedikit cepat.

<><><><>

Hallo GHENK $$

Selamat Pasisolam ya <3

Nggak dosa x ya aku upload jam segini. Dan aku mungkin ada jeda buat upload. TAULAH SUSAHNYA CARI IDE GIMANA. Nah gitu. Otaknya juga lagi krisis banget, perlu pemasukan semacam...

Senin juga aku simulasi. MY GOD.
Doain yah mbaknyah. X aja ada cowok. Doain yah masnyah. EMUWAH POREPER.

Yaudah deh segitu aja dulu,

Ditunggu VOTE and COMMENTNYA,

Salam,
Angel.
17 Maret 2018.

Dear, Bintang✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang