TIGA PULUH

28.5K 1.7K 45
                                    

Ini panjang, harus ada niatan baca.
gini, 35 vote bisa?

<><><><>

Pagi ini mungkin adalah hari dimana kebahagiaan Beni dimulai. Beni serta lainnya menyusun rencana dengan sangat matang agar tidak mempermalukan dirinya.

"Bin, gue takut nggak diterima."

"Suatu hubungan kalo diawali dengan ketakutan, gue yakin, lambat laun akan diakhiri perpisahan."

"Yaampun Bin, gue juga milih milih cewek juga."

"Sekarang nih, mumpung masih upacara, lo kedepan deh setelah selesai di sesi pengumuman."

Beni memang kelas sepuluh, lebih muda setahun dari Bintang, tidak ada yang berani melarang Beni, Bintang yang akan maju duluan sekalipun itu guru yang melarang.

"Doain." Beni meninggalkan barisan, meminta doa kepada Bintang, Helmi dan Rangga.

Dari sudut kelihatan, bahwa Beni berjalan di belakang barisan siswa dan sampailah di mic pemberitahuan.

"Pak, saya mau nyatain perasaan nih pak!"

"Heh kamu! Sudah tau ini upacara, masih saja ingin bercanda, sana balik!" balas salah satu guru.

"Ah! Nggak asik."

Beni mencari kepala sekolah, ia tau, kepala sekolahnya sangat polos nan lugu.

"Bu, maaf atuh teh, saya mau nyatain perasaan lewat sini." kata Beni.

"Dipersilahkan tuh Ben." balas kepala sekolah.

Dengan sangat bahagia, Beni naik diatas podium dan sesekali mengecek mic-nya.

"Sebagaimana aku tau perasaan kamu dari dalam, hanya dengan tatapan serta perlakuan kamu sudah menandakan cinta. Tapi kamu hanya memegangnya yang tak jauh dari kata genggam. Mencoba untuk membiasakan diri dengan cinta, kali ini aku membiasakan diri dengan mu, karena hanya denganmu, cinta itu hadir dengan liar." 

"Udah! Langsung to the point aja Ben!" teriak salah satu murid membuat ambisi Beni semakin menjadi jadi.

"Manda."

Seketika semua pandang mata menghadap ke Manda. Beni menatapnya lama membuat semua terdiam sampai guru pun ikut melihatnya.

"Manda, lo mau nggak? Jadi pacar gue gitu?"

Manda merasa tercengang, seketika pipinya dibasahi warna merah. Beni turun dan menarik Manda kedepan. Anehnya, guru guru mendukung kelakuan Beni kecuali Pak Tayi.

Pak Tayi memang adalah musuh Bintang, Helmi, Rangga, Erik, Beni dan lainnya. Bukan musuhan untuk bertengkar, murid murid ini sering memboloskan diri dan terciduk oleh Pak Tayi.

"Jawab!"

"Jawab!"

"Jawab!"

"Jawab!"

Seorang OSIS memberikan mic Manda.

"Atas nama dunia serta planet, matahari, bumi, bulan, bintang, meteor, gue menjawab..."

"Lama ah! Elah!" sahut Erik cukup keras.

"Apa?" tanya Beni.

"AYI!" jawab Manda senang, tetapi anehnya, satu sekolah diam melihat Manda bergirang sendiri sambil bertepuk tangan.

"APAAN AYI?!" tanya Erik keras.

"IYA!"

"WOOO!"

Dear, Bintang✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang