Sejak berpacaran Evan sangat susah diajak untuk bertemu karena kesibukan sekolahnya. Hati Luna juga tidak merasa kesepian kalau Evan tidak ada. Luna rasa tidak ada rasa spesial antara dia dengan Evan.
Luna lebih sering menghabiskan waktu bersama Manda, Tara dan Beni. Beni itu satu angkatan dengan Luna, tetapi ia dari kecil sudah berteman bersama Bintang.
"Apa sih yang lo rasain setelah pacaran sama Evan?" tanya Manda yang selalu ingin tahu.
Mereka berempat sedang dikantin. Luna, Manda, Tara dan Beni.
"Jujur jangan?" balas Luna.
Mereka mengangguk.
"Jujur, yang gue rasa biasa aja."
"Kenapa gitu?" tanya Beni.
"Gue rasa nggak ada yang spesial."
"Berarti bukan jodoh lo." sahut Tara.
"Kak Bintang udah tau?"
"Jangan sampe tau, please, bakal ada tawuran besar."
"Lho? Kok gitu?" tanya Tara.
"Kepunyaan Bintang nggak akan boleh diambil sama siapa siapa. Sekalipun itu saudaranya." Beni menjawab dengan serius. Ini adalah salah satu informasi yang cukup tegang bagi Luna.
"Kak Bintang nakal?" tanya Luna.
Beni menggeleng. "Dia nakal saat saat tertentu."
Luna tersenyum. Entah mengapa ia tersenyum mengingat Bintang.
"Kak Bintang mana? Kok nggak kelihatan?" tanya lagi Luna.
"Nggak tau. Mungkin lagi sama Rani di studio."
Seketika senyuman Luna menghilang. "Oh."
"Oh iya, tiga hari lagi ulang tahun Helmi, pada dateng kan?"
Pikiran Luna sedikit terlintas dengan perkataan Evan. Evan menyuruhnya agar tidak pergi pada hari Selasa.
"Kenapa Lun?" tanya Tara seperti ada yang mengganjal pada Luna.
"Evan pernah bilang, datengnya hari Rabu aja."
"Nggak bisa gitu Lun!" hardik Beni. "Pokoknya lo harus dateng! Gue sama Manda dan mungkin sama Tara bakal jemput lo."
Luna mengangguk. Lalu pamit ke kelas dari tempat yang berbau makanan.
<><><><>
"Aku tak mudah mencintai, tak mudah bilang cinta." Bintang bernyanyi yang diiring piano oleh tangannya sendiri. Ia begitu serius, Rani senang, banyak perkembangan dari Bintang selagi ada niat.
"Tapi mengapa kini denganmu, aku jatuh cinta." lanjut Bintang dengan kalimat pertama yang disentuh oleh nada tarikan.
"Tuhan tolong, beri aku dia, tapi jika belum jodoh, tolong dekatkanlah!" kalimat terakhir Bintang dengan tekanan jarinya kepada tuts piano menghasilkan suara yang sedikit keras.
"Bibin! Entar rusak!" tegur Rani.
"Iya galak! Gitu doang, yang penting, gue udah bisa."
"Apaan bisa? Lirik diganti ganti."
"Yang nyanyi gue, bukan lo, lo kan couch gue doang."
Rani menatap malam Bintang. Bintang juga menatap malas Rani. Kemudian ia menekan tuts piano kembali dan bernyanyi :
"Rani Rani yang galak, diam diam merayap, datang seorang pria, hap! Lalu dimakankankanakan." nanyi Bintang lalu tertawa keras menyindir Rani.
Bintang menjulurkan lidah nya lalu berlari mengambil tasnya dan meninggalkan Rani seperti bisanya. Biasa, ganteng mah bebas.
<><><><>
Luna pulang dengan angkutan umum, Evan masih mengambil mata pelajaran tambahan yang menurut Luna tidak bisa mengantarnya pulang. Luna tidak kesal, marah atau pun sedih, justru ia biasa biasa saja.
Melihat gerbang rumah Luna yang terbuka lebar membuat dahinya sedikit naik. Ada Pak Tri yang sedang menyapu disana.
"Pak, kok rame rame Pak?"
"Yaampun Non! Itu lho, apa sih namanya, modher and yu r bro ther udah datang."
Luna membuka mulutnya, melongo kepada Pak Tri.
"Pak Tri ngomong apa Pak?""Itu Nyonya Indi, Non Yola, Den Gani sudah datang."
"Hah? Serius? Pak Tri sih ngomongnya ribet ribet."
"Kan Pak Tri mau gahol juga Non."
Luna pergi dari hadapan Pak Tri dan langsung memasuki rumahnya.
"Bundaaa!!!" panggil Luna melentangkan tangannya kepada Bunda yang masih duduk memainkan ponselnya.
"Yaampun anak Bunda, udah makin besar ya."
"Bunda alay deh, baru seminggu lebih udah makin besar."
Bunda Luna memeluk lagi Luna, lalu menggosok punggung Luna dengan lembut.
"Kak Yola sama Kak Gani mana Bun?"
"Lagi dikamar, kecapekan mereka. Rak lirik Bunda udah di beresin?"
Luna mengangguk. "Udah, liriknya bagus semua, Luna mau kasih tau Bunda sesuatu, buku yang Luna beli bagus banget Bun."
"Namanya apa?" Bunda Luna dan Luna duduk disofa, menunggu Luna yang mengambil bukunya didalam tas.
"Ini Bun. 'Sisa Kenangan' karya Gatama Effendi." Luna memperlihatkan buku itu.
"Coba Bunda baca."
"Nggak boleh! Luna belum selesai baca, tunggu Luna selesai baru Bunda boleh baca."
Bunda melirik Luna malas. "Ya sudah, Bunda mau beres beres dulu. Nanti malam kita makan bareng."
Luna sedikit lega, Bunda tidak menanyakan soal Bintang kepadanya. Dengan rasa kantuknya Luna berjalan menuju kamarnya dengan jalan yang malas.
<><><><>
Hallo genk,
Selamat Pasisolam ya <3
YANG UDAH FOLLOW AKU PASTI UDAH TAU COVER SAM YANG BARU DAN JUDULNYA.
Yaudah segitu aja,
Ditunggu vote and commentnya,
Salam,
Angel.
27 Maret 2028.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Teen FictionJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...