⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️
Lebih enak sambil dengerin ini. Fyi, ini bukan penyanyi yang asli, tapi aku lebih suka cover yang ini. Silahkan di putar<><><><>
Sedari tadi Luna mencoba mengetuk pintu, tetapi tidak ada yang membuka. Butuh waktu sepuluh menit, Bi Yuwi membukakan pintu untuk Luna.
"Neng teh saha?" tanya Bi Yuwi.
"Saya temennya Bintang, mau nyari Bintang. Ada?"
"Den Bintangnya ndak ada lagi pergi sama tuan Gatama."
"Gatama? Gatama Effendi?" tanya Luna memastikan. "Iya non. Tuan Gatama Effendi. Ada apa ya?"
Gatama Effendi, buku yang pernah gue beli, berarti, yang nulis itu dia dong? Bisik Luna dalam hati.
"Non, non!" panggil Bi Yuwi. "Ha? Iya?"
"Non teh namanya saha?" tanya lagi Bi Yuwi. "Luna, Bi."
"Oh! Non Luna, sebentar. Tadi den Bintang titip surat sama Bibi. Tunggu ya." Bi Yuwi masuk tanpa menutup pintunya.
Luna masih memikirkan tentang Gatama Effendi. Tunggu, berarti selama ini, buku yang gue baca itu, punya ayahnya Bintang? Kayaknya gue harus tanya Bunda.
"Ini non, dari den Bintang. Katanya bacanya nanti dirumah, nggak boleh ada air mata."
"Kok gitu Bi? Emangnya Bintang kemana?" tanya Luna mulai cemas. "Aduh non, kalo itu saya ndak tau non. Saya permisi masih ada kerjaan." pamit Bi Yuwi membuat Luna pamit dari rumah Bintang.
<><><><>
Cepat cepat Luna menuju kamar Bundanya. Bunda Luna yang sedang menulis lirik lagu sedikit terkejut karena Luna datang mendobrak pintu cukup keras.
"Ya Tuhan, Luna. Nanti pintu rusak gimana? Mau pake triplek?" kata Bunda mengusap dadanya.
"Maaf Bun. Tapi ini penting." jawab Luna. Bunda mendongak melanjutkan menulis lirik lagu.
"Bunda kenal sama Gatama?" pertanyaan itu membuat Bunda menoleh ke arah Luna.
"Bunda tau, penulis terkenal. Salah satu favorit buku dari dia adalah 'Sisa Kenangan', memangnya kenapa?"
"Bun, buku yang Luna pernah tunjukkin itu buku dari Om Gatama. Dan Bunda tau nggak? Bintang? Bintang, bunda? Itu anaknya Om Gatama!"
"Yaampun, kalau itu Bunda udah tau. Bintang kan udah pernah cerita sama Bunda."
"Bunda kenapa nggak cerita sama Luna?"
"Kamu nya nggak nanya sih. Kan Bunda nggak tau, udah deh, Bunda mau lanjut nulis dulu."
Luna berdecak sebal, lalu ia menuju kamarnya dan berbaring dikasurnya. Ia mengambil sepucuk surat yang di kasih Bi Yuwi. Katanya dari Bintang.
'Di buka nya saat kamu sedang rindu. Jika tidak, tak usah. Bacalah dulu buku yang kamu beli sampai akhir.'
Tulisan itu bercetak miring dan terpapar di depan amplop. Memang, Luna tidak merindukan Bintang sekarang, tetapi mencemaskan.
Luna mengikuti perintah itu, lalu mengambil buku yang selalu ia bawa di tas nya.
'Mengapa sekarang seperti ini? Sudah giat untuk aku mencintaimu lebih dalam, tapi kau terlalu giat untuk meninggalkan ku lebih jauh.'
Menggambarkan hati Luna saat ini, buku ini lah yang tepat. Luna tidak bisa melanjutkannya di tempat ini, lebih baik ia mengunjungi tempat dimana pertama kali ia bertemu dengan Bintang. Cafe Sixtynine.
![](https://img.wattpad.com/cover/136230866-288-k652223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Novela JuvenilJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...