"Gue les empat jam, kalo lo tungguin terus, bisa sampe malem disini." kata Luna yang turun dari mobil diikuti oleh Bintang.
"Sekolah sembilan jam, les empat jam, nggak butuh refreshing?" tanya Bintang heran.
"Refreshingnya ya mandi. Keramas." jawabnya membuat Bintang menaikkan alisnya.
"Nggak usah les. Ganti baju lalu pergi sama gue." perintahnya tidak lama lama.
"Nggak. Takut dimarah Bunda."
"Bunda lo mana?"
"Di dalem. Lagi nonton mungkin sama Kak Gani."
Tanpa balasan apapun Bintang masuk kedalam sesekali ia mengetuk dan mendengar suara teriakkan dari dalam 'masuk'. Bunda dan Gani terkejut, mereka kira Luna yang datang, tetapi bukan.
"Maaf tante. Saya Bintang, saya mau ajak Luna jalan jalan boleh? Tadi Luna sudah les disekolah sama saya. Katanya dia capek. Jadi saya mau ajak jalan jalan. Les sekarang boleh di batalin?" tanyanya langsung lembut Bunda berfikir.
"Luna mana?" tanya Gani mengubah topik.
"Luna ada di luar. Katanya takut dimarah sama Bunda kalau Luna nya nggak les. Boleh kan Tante?" tanya Bintang santun.
Bunda yang melirik Bintang atas sampai bawah agak ragu karna penampilan Bintang seperti cowok ugal ugalan. "Saya tidak yakin kamu bisa jaga Luna."
"Kalo saya nggak bisa jaga Luna, saya nggak akan ganggu Luna lagi." janji Bintang.
"Oke. Silahkan bawa Luna pergi, tapi ingat! Jangan pulang sampai malam." balas Bunda membuat Bintang mengangguk mengerti.
Bintang kembali keluar dan memanggil Luna untuk segera mengganti bajunya. Tanpa basa basi, Bintang menarik tangannya dan melepas Luna saat Luna melangkah kedalam.
"Bunda kenapa kasih izin Kak Bintang buat pergi sama Luna?" tanya Luna menaruh tasnya dan masuk kedalam kamarnya diikuti oleh Bunda.
"Menurut Bunda dia cowok baik baik, cuma penampilannya aja yang bikin Bunda sedikit ragu. Cowok itu sama kayak Gani lho." jawab Bunda yang duduk dikasur Luna. "Gani penampilannya obrak abrik, tapi hanya penampilannya aja. Buktinya? Dia setia sama satu perempuan, Bunda yakin Bintang pasti seperti itu."
"Bunda.. Luna bukan pacarnya, ceweknya aja bukan." jawab Luna resah.
"Bukan belum tentu selamanya kan? Lagian Bunda setuju kok, kalau kamu pacaran sama Bintang."
"Bunda makin ngaco deh. Udah ah, Luna mau ganti baju dulu." ucapnya membuat Bunda keluar dari kamarnya.
Luna keluar dengan baju putih polos dan celana panjang dengan dua warna coklat yaitu tua dan muda diikuti dengan sepatu converse yang membuat kecantikannya bertambah.
Luna berpamitan dengan Bunda serta Gani, menitip salam kepada Yola yang belum pulang. "Luna pamit Bun, Kak Gani." ucap Luna yang keluar dari rumahnya.
Bintang sudah menunggu didalam mobil, pandangannya mengarah kedepan, sama sekali tak melirik Luna. Luna masuk kedalam mobil dan menaruh tasnya disamping. "Sekarang mau kemana?"
"Kerumah gue, ganti baju." jawabnya lalu menginjak pedal gasnya, tak lupa ia membunyikan bel sebagai tanda pamit kepada Bunda dan Kak Gani.
Sedari tadi perjalanan Bintang dan Luna hanya diam. Betapa heningnya suasana didalam mobil ini. Sesekali Luna dan Bintang menoleh bersamaan lalu membuang tatapan itu lagi.
Sesudah sampai Luna diajak masuk oleh Bintang, kediaman Bintang cukup besar, tapi terlihat sepi. Hanya ada mobil Bintang yang terparkir rapih, dan dua motor yaitu ninja merah dan hitam.
"Duduk disitu, jangan kemana mana." perintah Bintang lalu masuk kedalam kamarnya.
Luna hanya diam. Pandangannya terkunci melihat satu foto Bintang bersama Ibunya.
"Ini Bundanya Bintang? Kok gue nggak ngeliat dari tadi ya?" tanyanya pada diri sendiri.
"Halo Kak!" panggil suara anak kecil membuat Luna terkejut.
"Halo adik, kamu lucu banget." balas Luna mencubit kecil pipi anak kecil itu.
"Nama kamu siapa?"
"Antaliksa."
"Antariksa maksudnya?" tanya Luna terkekeh. "panggilannya apa?"
"Tergantung velsi siapa, kalo Ayah itu Liksa, kalau Kak Bibin itu Antal." jawabnya imut.
Luna mengernyit. "Bibin? Bibin siapa? Bibi maksud Riksa?"
Antariksa menodong jarinya dan menggoyangkan. Antariksa menunjuk seseorang yang baru turun dari tangga. "Kak Bintang? Oh! Kak Bintang itu panggilannya Bibin? Hahaha." ucap Luna tertawa keras.
"Nggak usah ngeledek." kata Bintang sinis.
"Antar, kamu masuk sana! Kerjain PRnya, nanti di cek Ayah." perintah nya kepada Antariksa membuat Antariksa cemberut.
"Nama Kakak siapa?" tanya Antariksa membuat Luna menoleh kearahnya.
"Nama Kakak, Luna." jawabnya ramah.
"Udah, sana Ntar. Kakak mau pergi. Suruh Bi Yuwi bantuin." potong Bintang menarik tangan Luna dengan lembut menuju teras. Luna yang tersadar terkunci pada tangan Bintang yang menggenggam erat tangannya. Kemudian Luna dan Bintang masuk kedalam mobil dan melaju sesuai permintaan Bintang.
<><><><>
Hi ya!
Selamat Pasisolam ya :)
Terimakasih untuk GALEXA sedikit lagi menginjak 20k.
Itu nick name aku. Nanti kita mabar push rank ya <3
Yaudah segitu aja, ditunggu vote sama commentnya,
Have a nice day ya <3
Salam,
Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Fiksi RemajaJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...