"Permisi." ucap guru les Luna membuat Bintang yang duduk disofa menoleh.
"Hm." balas Bintang dengan dehaman. Bintang cukup was-was, karena guru les Luna adalah cowok.
"Mau ngapain?" tanya Bintang menatap guru les itu yang baru duduk berhadapan dengan Bintang.
"Ajarin Luna les, Lunanya ada?"
"Ada. Diatas, lagi ganti baju." balas Bintang menunjuk tangga atas.
"Eh Kak El." panggil Luna yang turun dari tangga.
El hanya membalas dengan senyuman.
"Ayo Kak. Dimulai aja." kata Luna yang sudah memeluk buku pelajaran dan sekantong alat tulis.
"Kak Bintang, mau nunggu atau pulang?" tanya Luna yang duduk lesehan bersama El dengan tata hadapan. Sementara Bintang masih duduk disofa dan menatap El.
Bintang terus menatap El, menghiraukan pertanyaan Luna.
"Kak Bintang?" panggil Luna lagi.
"Hm?" jawabnya sedikit terkejut dan menatap Luna.
"Kakak mau nunggu atau pulang?"
"Tunggu."
"Oh yaudah. Gue les dulu. Ada makanan di meja, kalau belum makan Kakak makan aja." balas Luna lalu melanjutkan lesnya bersama El.
Pelajaran les Luna sudah mulai, masih dan masih Bintang terus menatap El. El cukup takut dengan tatapan Bintang, walaupun ia masih kuliah dan lebih tua dari pada Bintang, percuma, tatapan Bintang sungguh menakutkan.
Bintang mulai berubah, mungkin ia sudah tau bahwa El adalah orang baik. Jadi ia tidak akan mengganggu Luna.
Bintang bukan pergi atau makan. Ia malah merubah posisinya menjadi tiduran dan melenggangkan kakinya di tangan sofa yang kelebihan panjangnya. Tapi Bintang terus menatap El dan sesekali menatap Luna yang sedang menulis.
Bintang mulai memalingkan wajahnya menatap langit langit rumah Luna. Dengan AC yang cukup dingin, Bintang mulai menutup matanya perlahan, dengan tangan yang ditata dibelakang kepalanya dengan rahang yang cukup tegas ia tertidur.
"Lun, dia emang jutek gitu ya?" tanya El dengan suara berbisik.
"Iya Kak, emang gitu. Di syukurin aja Kak." balas Luna dengan berbisik juga.
"Ya sudah, di lanjutkan." balas El.
Empat jam berlalu dan sekarang sudah jam sembilan. Luna sudah mengakhiri lesnya sepuluh menit yang lalu. Ia tidak tega membangunkan Bintang yang sudah tertidur lelap. Luna mengambil selimut dan bantal untuk Bintang. Setelahnya, Luna menyelimuti tubuh Bintang dan yang tersisa bagian wajahnya. Luna menaikkan sedikit kepala Bintang untuk menaruh bantal dipunggung kepalanya dengan langkah kedepan sedikit sedikit. Namun ini tak sepemikiran Luna, Luna tersentak kaki meja dan terjatuh duduk disofa. Luna sedikit terkejut, kepala Bintang masih dipegangnya sementara bantalnya dibawah. Jika Luna melepaskan tangannya, maka kepala Bintang akan terjatuh dipahanya.
"Aduh gimana nih!" sela Luna.
Luna mencoba mengambilnya dengan kaki yang memanjang.
Dapat.
Lalu Luna mengambil dengan satu tangannya. Tapi sayang, bagian duduk Luna terlalu sempit dan ia sangat susah berdiri. Luna sedikit berusaha agar ia bisa berdiri dan menaruh bantal di bawah punggung Bintang. Tapi kenyataan memang tidak bisa, kakinya yang baru saja tersentak begitu perih tapi tidak menyisakan luka.
Luna memilih untuk duduk dan menaruh bantalnya dipahanya, sehingga kepala Bintang terasa lebih empuk kemudian. Luna masih tak mengerti, apa yang terjadi sekarang ini, Bintang sedang tidur di pahanya dengan wajah yang tidak cukup jauh dari Luna. Luna tidak tau ingin melakukan apa. Biasanya setelah les, Luna akan mengantuk. Sama dengan hal ini, Luna mulai mengantuk.
"Masa iya gue tidur disini?" tanya Luna dengan suara kecil.
Dari pada Luna berfikir keras, Luna mengambil remot televisi dari meja yang membuat ia tersentak. Luna mulai memilih siaran yang ia suka.
Perlahan Luna mulai mengantuk dan menguap. Tangan kirinya masih dibelakang sofa agar tidak terkena Bintang. Luna mulai menutup matanya perlahan. Tak disadari tangan kiri Luna mulai bergerak sehingga jatuh ke leher Bintang sehingga membentuk memeluk wajah Bintang. Kepala Luna mulai menoleh ke arah kiri. Mereka berdua tertidur.
<><><><>
Hangat pagi melingkari setiap sisi rumah Luna. Yang di pertanyakan masih didalam mimpi dengan gaya yang tidak diubah. Ini sudah jam setengah tujuh, sedangkan SMA High School berbunyi bel masuk jam tujuh. Masih punya waktu setengah jam untuk mereka bangun dan bersiap siap.
Mungkin gorden jendela tidak tertutup, pancaran sinar pagi mengenai wajah Luna. Luna terbangun, mengusap matanya yang masih berusaha untuk membuka. Setelah mengusapnya ia mulai berdiri. Luna melupakan, melupakan Bintang yang masih tenang tidur diatas pahanya diselipkan bantal.
Luna sedikit canggung untuk membangunkan, wajah Bintang sungguh larut dalam mimpi. Luna bertingkah kikuk. Ingin membangunkan dengan cara bagaimana.
"Eh-eh, Kak Bintang." panggil Luna menepuk nepuk pipi Bintang. Bintang tidak merespon.
"Kak." panggilnya sambil menepuk pipinya.
Bintang mulai mengerutkan dahinya, menepis tangan Luna dengan kasar membuat Luna sedikit meringis dan memegang tangannya. Bintang menghadap Luna dengan terkejut.
"Eh, lo nggak papa?" kata Bintang sambil duduk melihat Luna dengan bekas tangan Bintang yang sangat kasar.
Mungkin Luna baru sekali disakiti oleh Bintang, ia tidak memahami maksud Bintang.
"Lun?"
"Seharusnya Kakak nggak sekasar ini, gue tau cara ngebanguninnya mungkin nggak sopan, tapi harus gimana lagi?" tanya Luna sambil meringis kesakitan di bagian tangannya.
"Gue cuma nggak suka wajah gue disentuh." balas Bintang membut Luna menoleh.
"Kenapa?" tanya Luna.
"Takut gantengnya hilang." Bintang tertawa, pun diikuti Luna yang mencoba untuk menyimpan rasa lucunya.
"Lo mandi gih, gue mandi dikamar Gani aja." kata Bintang lalu pergi ke kamar Gani.
Luna masih diam. Entah apa yang dilakukannya kemarin, ia baru sekali memangku cowok dipahanya. Bagi Luna itu adalah salah satu sifat lancangnya yang tak sengaja.
<><><><>
Hallo geng,
Selamat Pasisolam ya <3
Maaf ya aku uploadnya lama, dan kemarin karna aku ada ujian praktek dan perlombaan gitu. Jadinya nggak bisa.
Karena ini hari senin jadi aku bakal lebih cepet update ya, mulai dari minggu ini maksudnya.
Aku mau kasih apresiasi sama kalian karena sudah 1k followers, ya nggak begitu meriah sih. Wkwkwk.
Oke deh segitu aja dulu,
Ditunggu ya vote and commentnya,
Salam,
Angel
13 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Teen FictionJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...