Luna diantar oleh Gani dan setibanya sudah di parkiran sekolah. "Mau di jemput atau pulang sendiri?" tanya Gani didalam mobil.
"Pulang sama gue."
Luna terkejut mendengar jawaban pria dari belakangnya. Tinggi, tampan, rambut yang sedikit panjang membuat kontak mata Luna terkunci. "Dia pulang sama gue."
"Pacarnya Luna ya? Yaudah, anter Luna pulang ya. Hati hati, jangan sampai Luna kenapa kenapa." kata Gani lalu menginjak gasnya dan pergi dari hadapan Luna.
Bintang berbalik dan jalan menuju koridor. Sambil mendengar langkah Luna yang belum bisa berpindah tempat dari semula. "Mau sampai kapan disitu?" tanya Bintang berbalik diam menatap Luna. Luna kikuk setengah mati, apa yang Bintang katakan itu akan menjadi gosip dirumahnya.
"Mau digandeng?" tanya Bintang lalu berbalik dan menaruh tangganya di pinggang sehingga Bintang tinggal menunggu Luna memasukkan tangannya.
"Enggak. Bisa jalan sendiri kok." jawab Luna berjalan duluan.
Bintang yang tertinggal menyamakan langkahnya terhadap Luna.
"Tadi siapa?" tanya Bintang dengan gaya khasnya, tidak memakai dasi, baju keluar, bagian atas kemejanya tidak dikancing, menggunakan almamater hitam dan tangan yang dimasukkan ke kantong celana.
"Tadi kakak gue, namanya Gani." jawab Luna menatap lurus.
"Oh." balasnya singkat.
"Kenapa emangnya?" tanya Luna menatap Bintang.
"Hampir cemburu."
Luna terdiam. Maksud dari perkataan Bintang itu membuat Luna tidak mengerti. "Mau nanya, dapet nomor gue dari mana?"
Bintang menghentikan langkahnya, menoleh kearah Luna yang menatap kearahnya. "Anak baru pasti isi biodata di ruang guru."
Luna mengerti sekarang, Bintang mendapatkan nomornya dari kantor guru yang kemarin diantar oleh Bintang.
"Boleh lanjut jalan?" lanjutnya membuat Luna yang kikuk melangkahkan kakinya.
"Lebih baik kayak kemarin, dijawab walaupun setelah itu dibaca aja. Seenggaknya menghargai pesan orang." ucap Bintang yang sebentar lagi pisah arah jalan. "nanti gue anter pulang, tunggu di parkiran dan jangan kemana mana,"
"Takut diambil orang."
Perkataan Bintang sungguh membuat pipi halus Luna menjadi merah merona. Baru dua hari sekolah disini, Luna sudah merasakan yang namanya baper tingkat awan, atau mungkin jatuh cinta? Mungkin.
Luna masuk kedalam kelas dengan tasnya yang digendong dan memegang pegangan tas disamping lengannya. "Hai Luna." sapa Manda yang sudah duduk duluan. "Hai." jawabnya sambil tersenyum.
"Tadi ketemu Kak Bintang lagi nggak?" tanya Manda membuka topik. Luna mengangguk.
"Serius?! Dia bilang apa?"
"Katanya, dia mau anter gue pulang dan itu pas banget kakak gue anter sampai di parkiran."
"Serius??!!" Manda terkejut dengan jawaban Luna. Luna mengangguk sambil mengeluarkan buku dan alat tulisnya. "beruntung banget lo Lun. Sejak Kak Bintang putus sama Dena, dan udah berbulan bulan jomlo, akhirnya dia bisa dapetin lo Lun!" jawab Manda membuat Luna tidak mengerti.
"Maksudnya ngedapetin apa?" balas Luna kikuk.
"Ya gitu, Kak Bintang dapet penggantinya Dena yang super cabe itu." jawab Manda membuat Luna dan dirinya terkekeh.
<><><><>
"Pulang nanti, jadikan gue anter?" tanya Bintang membuat Luna sedikit tersentak yang sedang berjalan bersama Manda. Bintang menyamakan langkahnya seperti Luna. Luna hanya mengangguk.
"Oke." balasnya singkat lalu melangkah lebih cepat menuju belakang kantin.
"Yaampun Luna! Gue juga mau kali dianter sama Kak Bintang, sama Kak Helmi nggak apa apa deh." ucap Manda yang gila akan ketampanan Bintang.
"Helmi siapa?" tanya Luna membuat Manda menoleh. "Helmi itu temen sekelasnya Bintang. Ganteng banget, apalagi Kak Rangga, tapi sayang Kak Rangga udah punya pacar. Jadinya ngejar Kak Helmi aja deh." jawab Manda memegang pipinya. Dibalas Luna dengan senyuman manisnya.
"Beni manis kok, kenapa nggak cari dia aja?" tanya Luna terkekeh.
"Ganteng sih ganteng, tapi banyak yang bilang dia posesif, saking sayangnya semua harus ikut perintah dia,"
"Ya keles gue jadi babunya." jawab Manda sinis.
<><><><>
Luna menunggu sudah lima belas menit yang lalu diparkiran, tetapi Bintang belum juga hadir menjemputnya. Luna tetap menunggu ia mengira mungkin Bintang ada urusan lain. "Lama banget sih." decak Luna sambil menatap layar ponselnya.
Aurora Luna : Lo dimana? Gue udah tunggu dari tadi diparkiran.
Adlan Bintang : Sebentar, masih ada kumpul geng untuk makan makan nanti, tunggu lagi lima menit. Jangan coba pergi kalo nggak mau gue kejar.
Aurora Luna : Iya.
Bintang hanya membacanya saja, tidak membalas satu kata pun bahkan satu huruf.
"Rangga. Lo bawa Sarah nanti?" tanya Bintang kepada Rangga yang sedang berkumpul dibelakang kantin. Suasana cukup riuh, karena ada puluhan siswa disana.
"Iya, gue ajak Sarah. Si Helmi juga ajak Vira, dan mungkin beberapa ada yang bawa cewek. Lo disini nggak bawa cewek?" tanya Rangga balik.
Bintang hanya diam.
"Bawa aja tuh si Dena cabe." goda Helmi membuat Bintang menatap sinis lalu balik menatap Rangga.
"Nanti gue bawa. Tenang aja." jawab Bintang lalu pergi keluar dari pintu tua itu dan menuju parkiran.
<><><><>
"Maaf telat." ucap Bintang yang muncul disebelah Luna.
"Lain kali, kalo nggak bisa nggak usah. Gue jadinya telat les." balas Luna menatap Bintang.
"Bukannya nggak bisa, ada halangan." kata Bintang sambil melangkah bersama Luna. "lesnya udah telat?"
Luna mengangguk lalu masuk kedalam mobil.
"Gue temenin sebagai rasa minta maaf. Nggak ada negosiasi karna ini permintaan." baru rasanya Luna ingin menjawab, Bintang sudah mendahuluinya sehingga Luna hanya diam membungkam.
"Malu diliatin Bunda sama Kakak nanti." balas Luna menatap Bintang.
"Kalo menyimpan rasa nggak mungkin malu." jawab Bintang pede membuat keheningan datang.
Luna hanya mengikuti langkah Bintang menuju kendaraannya. Kemudian masuk dengan kikuk dan keheningan datang selama perjalanan.
<><><><>
Hai!
Selamat Pasisolam ya :)
Aku bakal cepet update kok, dua part sehari.. Tapi nggak akan selamanya ( maksudnya sampai epilog ) aku update dua part terus.
Aku sangat berterima kasih karena kalian antusias banget buat baca story pertama aku, dan hampir menginjak 20k hanya dalam 5 bulan kebawah. Menurutku itu udah hal yang paling istimewa.
Pertama kali aku buat cuma ada 5 views, dan aku seneng banget.. Ya walaupun cuma dikit.
Oke segitu aja ya,
Have a nice day <3
Salam,
Angel
24 Februari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Fiksi RemajaJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...