Evan, masih ingat?
Evan beranjak dari sofa nya. Gibran, Vicky dan Yoga baru saja datang. Mereka berempat bolos.
Yang lainnya melihat Evan begitu sendu, Evan hanya bisa diam sambil melihat Satelit yang masih diam di bankarnya selama tiga tahun.Evan nantinya berharap, ditahun ini, tahun keempat, Satelit akan bangun dan mengenal Evan kembali.
Sedikit cerita, Satelit kecelakaan dengan jatuh yang tragis. Sempat lupa ingatan beberapa hari dan kabur dari rumah sakit karena tidak mengenal siapa siapa. Satelit mencari arah rumahnya, namun nasibnya kembali seperti dulu saat ia tidur dirumah sakitnya. Setelah dokter menyatakan bahwa Satelit sudah membaik dan mulai mengingat semuanya, disisi lain Satelit koma.
"Gimana hubungan lo sama Luna, Van?" tanya Gibran mencoba mencari topik.
"Baik baik aja, udah nggak berhubungan lagi."
"Kok gitu Van?!" tanya Vicky tegas.
"Santai kali Vick!" balas Yoga.
"Lo tau lah gimana Evan, Vick? Dia kayak gini buat ngebales masalah Satelit kan?" kata Gibran. Vicky mulai mengerti.
"Sampe kapan lo kayak gini Van?" tanya Yoga.
"Sampe Satelit bangun."
"Gue mau nanya, Van."
Evan mendongak.
"Kata Toni, bener lo berantem sama Bintang?" pertanyaan Gibran membuat Evan menoleh kepada ketiga temannya.
"Memang. Masalah kecil."
Masalah kecil itu sudah familiar ditelinga Gibran. Gibran mengangguk mengerti, lalu hening.
Evan melihat lagi kearah Satelit, sahabatnya yang masih tidur membisu, dengan selang selang yang menempel di tubuhnya.
"Gimana cara bangunin Satelit?!" tanya Evan mulai emosi.
"Van, sabar Van." Gibran mencoba menetralkan emosi Evan.
"Semua pasti kembali Van." sambung Yoga.
"Kita disini cuma bisa nunggu Van, apapun yang terjadi nanti, kita harus bisa bersyukur." bijak Vicky.
"See? Semua temen temen lo ngedukung kok. Asal lo kuat, kita akak bantu. Lo boleh ngadu ke kita saat lo lemah." Gibran menyambungi.
Evan mulai reda kembali. Melihat lagi Satelit yang masih tidur ditemani selang setiap harinya.
Seorang wanita paruh baya datang dengan tangisan lalu memeluk Satelit. Beberapa kali ia mencoba untuk membangunkan Satelit. Mulai dari menepuk dadanya, menggoyangkan tangannya, menyentuh pipinya.
Evan serta teman temannya berdiri.
"Tante yang sabar ya, tan. Satelit pasti bisa sembuh lagi."
"Tante sangat sabar, apalagi sama anak tante yang pertama. Tante cuma kangen bisa kumpul lagi."
"Saya udah pernah jujur sama anak tante, memang, dia keras kepala, dan sama sekali nggak menghargai tante ada di hidupnya,"
"Saya juga sudah pernah bilang, saya melakukan itu karena satu hal yang tidak bisa saya jelaskan."
"Kamu sangat membantu tante, Evan. Tapi itu sangat merepotkan sekali, sudah lama kamu membantu tante tapi tidak ada perubahan, tante nggak mau kamu kenapa kenapa nantinya."
"Sudah menjadi hak kita untuk ngebantu Satelit yang masih berjuang dari mimpinya untuk bangun." Gibran berdiri, berbicara dengan nada yang di tekan.
Perempuan itu terus menangis, wajahnya terlihat pucat serta mata yang memerah. Yoga sudah mencoba untuk menenangkan, susah.
Seketika perempuan itu memegang keningnya, mengatakan kalau keadaannya melemah, tanpa ada kalimat lanjutan, perempuan itu terjatuh, sigap Evan dan Gibran serta Vicky dan Yoga menangkap dan berteriak memanggil dokter.
Setelah lamanya perempuan itu dirawat, Evan dan Gibran berada di ruangan perempuan itu.
"Tante gimana? Udah baikkan?" tanya Gibran.
Sedikit, perempuan ini sering terjatuh pulas setelah ia menemui Satelit.
"Tante udah baikkan kok, terimakasih sudah mau bantu tante." jawab perempuan itu.
"Kamu ke kamar Satelit aja, jagain Evan dan Satelit."
"Oke tan, Gibran pamit dulu."
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Genç KurguJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...