Suara bel berbunyi pertanda murid High School di perbolehkan pulang.
Luna, Manda dan Tara berjalan dikoridor menuju parkiran. Manda dijemput Beni dan Tara dijemput Katel. Tidak bisa dibayangkan mengapa Tara sampai bisa dekat dengan Katel.
Luna menunggu didepan sekolah. Ponselnya berdering dikantong roknya.
Evan Meganta : Udah pulang?
Luna tersenyum.
Aurora Luna : Masih tunggu angkutan umum, kenapa?
Evan Meganta : Mau saya jemput? Angkutan umum jam segini jarang lewat. Nanti sorean baru lewat.
Aurora Luna : Serius?
Evan Meganta : Saya udah pernah nyoba pulang pake angkutan umum. Sampai dirumah saya jam tujuh lebih. Padahal rumah saya nggak jauh dari sini.
Evan Meganta : Jadinya mau kan saya jemput?
Aurora Luna : Boleh.
Evan Meganta : Tunggu disana. Saya udah lihat kamu.
Dengan senyuman khas Evan, Evan datang dengan mobilnya, lalu turun menghampiri Luna.
"Nggak lama kan?" tanya Evan.
"Nggak kok."
Evan berganti arah kearah pintu mobilnya. Membukakan pintu untuk Luna agar Luna masuk dengan anggun. Evan berlari kecil untuk masuk kedalam bagiannya.
"Udah makan?" tanya Evan.
"Pulang ini gue makan kok."
"Makan dirumah saya aja. Ibu saya masaknya kebanyakan. Mau kan?"
"Takut ngerepotin."
"Lho? Kalo kamu nggak dateng malah tambah repot."
"Kenapa?"
"Repot, karena nggak ada yang ngabisin makanannya."
Luna tertawa. Evan pun juga tertawa. Luna menoleh kearah Evan lalu mengangguk seola olah meng-iyalah ajakan Evan.
<><><><>
"Assalamualaikum, Bu." kata Evan menyalimi Ibunya.
"Walaikumsalam." balas Ibu Evan.
"Assalamualaikum, Bu. Saya Luna." kata Luna menyalimi Ibu Evan.
"Walaikumsalam." balas Ibu Evan lagi. "silahkan masuk."
Evan mengajak Luna untuk duduk diruang tengah. Rumah Evan tidak kalah besar dengan rumah Luna. Hanya saja nuansa rumah Evan terlihat lebih classic dibandingkan rumah Luna yang modern.
"Tunggu disini ya, saya mau ganti baju dulu." kata Evan pamit kepada Luna.
Luna mengangguk.
"Pacarnya Evan ya?" tanya Ibu Evan membuat Luna sedikit terkejut.
"Bukan Tante, cuma temen." jawab Luna ramah.
"Lho? Cuma temen toh? Evan sering cerita tentang kamu ke Ibu. Katanya kamu cantik, lebih dari Ibu."
Luna terkekeh. "Bercandaan Evan aja, Bu."
"Kamu suka sama Evan?" tanya Ibu Evan membuat Luna tercengang.
"Ibu apaansih, cuma temen kok Bu." kata Evan memotong dengan cepat.
"Ibu cuma nanya. Kan kamu udah pernah cerita ke Ibu kalo kamu suka sama Luna." perkataan Ibu Evan semakin menjadi jadi. Evan dibuat malu di depan Luna oleh Ibunya.
"Luna jangan di dengerin kata Ibu. Ibu suka ngarang." kata Evan sambil menarik tangan Luna kearah meja makan.
Ibu serta Ayah Evan sudah berada dimeja makan. Sementara Luna sudah duduk disamping Ayah Evan yang hanya satu kursi dan berhadapan dengan Ibu Evan. Luna sedikit kaku. Seperti ingin perkenalan dengan tujuan hubungan yang lebih lanjut. Sementara Evan sedang mempersiapkan makanan dan memasak sedikit yang menurutnya kurang.
"Om, Tante. Evan pinter masak ya?" tanya Luna.
"Bukan pinter lagi kalo si Evan. Dulu sering ikut chef cilik. Tapi nggak pernah menang." jawab Ayah Evan membuat semua terkekeh.
"Ini makanannya. Udah jangan bahas bahas yang dulu lagi Ayah." kata Evan.
Mereka mulai menyantap makanan yang dibuat Evan. Tak kalah jauh dengan masakkan restoran, makanan yang di buat Evan membuat Luna kagum.
"Enak." kata Luna.
Tak terasa ini sudah jam lima sore. Seharusnya sekarang ia les bersama Eldo. Dan besok ada mata pelajaran yang berkegiatan ulangan. Luna lupa semua karena Evan.
Luna menatap arlojinya. Mengambil ponselnya yang baru saja bergetar.
Eldo Agaff : Lun, kamu dimana? Besok ada ulangan kan? Kakak sudah di rumah kamu.
Luna menatap ponselnya membuat hatinya terkejut. Luna lupa, sekarang ia harus les dengan Eldo.
Aurora Luna : Ntar ya Kak, sebentar lagi Luna nyampe kok. Habis beli buku.
Eldo Agaff : Oke, kakak tunggu.
<><><><>
Luna menyuruh Evan untuk menambah kecepatannya agar tidak telat les bersama Eldo. Jika telat Eldo akan menyampaikan kepada Bundanya. Ini masalah besar.
Luna turun dengan cepat. Langkahnya terhenti karena panggilan dari Evan.
"Lun. Saya mau ngomong sesuatu."
Luna menoleh. "Ada apa Van?"
"Apa yang Ibu saya bilang tadi bener."
"Yang mana? Kamu jago masak?"
Evan menggeleng. "Intinya, saya suka sama kamu."
Luna sedikit tersentak. Ia terkejut mendengar kata Evan.
"Kamu mau kan jadi pacar saya?" pertanyaan Evan lagi lagi membuat Luna kaku dan terkejut.
"Jawaban kamu gimana?"
"Jawaban gue.."
<><><><>
WKWKWKWK!
Hallo ghenkz!
Selamat Pasisolam ya.
Maaf baru upload karena un mood, ya pokoknya gitchu deh. Kalian udah vote kan? Aku rasa belum.. kayaknya perlu share juga soalnya tiba tiba aku nggak semangat gitu.
MAKASIH YA GALEXA UDAH 50k! Awal aku buat aku kira nggak akan buming. Tapi lambat laun udah mulai meningkat?
Mau nanya, sukaan GALEXA atau STERN & MOND?
JAWAB DI LINE ATAS YA!
Yaudah segitu aja dulu,
Ditunggu VOTE and COMMENT nya,
Salam,
Angel.
23 Februari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Novela JuvenilJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...