Hari ini hari yang sangat melelahkan bagi Bintang. Dari pulang sekolah, ia tidak kemana mana melainkan tiduran di kamarnya.
Bintang hanya sendirian di rumah ini, Gatama sedang bekerja dan mungkin saja Antariksa di bawanya.
Suara bel berbunyi hampir tiga kali, Bintang masih lelah. Biasanya, jika Gatama atau Antariksa yang datang, mereka tidak pernah memencet bel kecuali tamu.
Herannya, dibawah juga ada Bi Yuwi, tapi mengapa Bi Yuwi tidak membukanya. Dengan amat sangat berat, Bintang melangkahkan kakinya menuju pintu masuk.
"Mau apa anda kesini?" tanya Bintang sudah mulai kesal.
"Nak, Bunda cuma pengen kita bisa baik baik lagi."
Siapa lagi kalau bukan Vera? Manusia yang Bintang benci.
"Tidak ada yang harus di perbaiki. Saya baik, anda juga baik."
"Bintang, maafin Bunda selama ini udah ninggalin kamu bertahun tahun."
"Saya kira anda sudah lupa sama kejadian itu. Tapi saya nggak akan pernah lupa, melihat wajah anda, saya tambah benci."
"Memang Bunda salah saat itu, tapi Bunda menyesal karena sudah meninggalkan keluarga kalian."
"Anda sudah saya maafkan, tapi maaf. Saya tidak bisa bertemu anda saat ini."
Sedari tadi Vera terus menangis, badannya mulai lemas kembali. Lagi dan lagi ia memegang kepalanya. Seakan akan ia ingin terjatuh. Dan benar saja, ia terjatuh. Untungnya Bintang dengan sigap menangkap Bundanya. Lalu memanggil Bi Yuwi untuk di bawa ke kamarnya.
Vera sedang terbaring lemas dikasur Bintang. Bintang mulai cemas, apa yang dilakukannya mungkin sudah keterlaluan. Bintang duduk disebelah Vera.
Ia bungkam, seperti ada yang menahan untuk tidak berbicara kepada Vera. Bintang berusaha sekuat mungkin untuk meredahkan rasa kesalnya kepada Vera.
Bintang mulai meraih tangan Vera, lalu menciumnya. Ia sungguh sangat cemas.
"Maafin saya sudah berperilaku kasar."
Entah angin apa, sangat gampang Bintang memberikan kata maaf kepada Vera. Padahal, semenjak ayah-bundanya berpisah, Bintang menjadi sosok yang bukan sama sekali melontarkan kata maaf sembarangan.
Maaf itu mahal.
Sesaat Vera mulai mengejapkan matanya, mulai menggerak gerakkan tangannya. Di saat itu pun Bintang melepasnya secara kasar, dan mungkin tidak dirasa oleh Vera.
"Terimakasih karena kamu sudah membawa Bunda kesini." kata Vera sambil tersenyum.
Bintang hanya mengangguk.
Lalu seorang pria membuka pintu, Gatama. "Kamu kenapa Ver?" tanya Gatama mendekati Vera.
Bintang menghindar, berdiri di belakang Gatama dan merangkul Antariksa. Dilihat dari tatapan Gatama serta belaian nya kepada Vera, membuat Bintang menyimpulkan bahwa Gatama masih menyimpan rasa kepada Vera, dan sebaliknya.
Tapi Bintang hanya diam, lalu pergi ke kamarnya diikuti Antariksa.
"Yang bawa kamu kesini, Bintang?" tanya Gatama sambil memegang erat tangan Vera.
"Iya. Tadi dia memegang tanganku, aku merasa nyaman."
Gatama tersenyum. "Sudah kamu lihat kan? Dia lambat laun akan berubah."
Vera tersenyum.
"Bisa kita ulang hubungan ini dari awal?" tanpa pikir apapun Gatama mengatakan sejujurnya. Vera pun langsung diam.
"Kamu tau kan? Aku sudah punya anak dari suami aku setelah kamu."
"Memangnya itu penghalang? Aku bisa nerima apapun dari kamu."
"Apa kamu mau bertemu dengan anak aku?"
"Dengan senang hati. Sekarang juga bisa."
"Bisa besok atau nanti malam, aku butuh istirahat."
"Istirahat yang cukup. Aku mencintaimu."
Lihat? Kalian kalah dengan orangtua Bintang. Wkwk.
Gatama berdiri dan meninggalkan Vera, tak lupa ia mengecup kening Vera.
<><><><>
"Kak! Kakak halus keljain peel Liksa." perintah Antariksa dengan unyu.
"PR apaan? Nggak level kakak kerjain PR kamu."
"Ini lho, Liksa nggak ngelti." balas Antariksa mengambil buku dan pulpennya.
Sebutkan kota di chinta.
Bintang mengernyit. "Heh, Anta. Kamu nulis ngigo ya? Mana ada negara namanya chinta!"
"Disuluhnya gitu kak. Liksa tulis aja deh."
"Heh, Antariksa botak hampir pitak, tapi nggak jadi pitak, ini bukan chinta, tapi china! Lagian ini PR apa sih? Kok kamu kelas segini udah di ajar beginian?"
"Disuluh bikin peltanyaan sendili. Yaudah deh, Liksa tulis aja yang di tempel di dinding."
"Untung lo adek gue, Nta. Kalo bukan gue pitakin pala lo." ucap Bintang kecil.
"Kamu suruh Bi Yuwi aja bantuin, kakak mau tidur. Bye fix."
"Untung kak Bintang itu kakak aku, kalo bukan udah aku potong anu nya,"
"Itu apa namanya ya? Mulutnya."
Dengan rasa kesal Antariksa keluar dari kamar Bintang. Bintang mendengar perkataan adiknya. "Dasar botak laknat."
<><><><>
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bintang✔️
Fiksi RemajaJangan salah kan ikatan cinta jika kita saling terluka, salahkan takdir yang sudah membuat pertemuan lalu mengundang luka. Aurora Luna Alma : "Kalau saja aku tau semua seperti ini, lebih baik aku tidak akan pernah bertemu denganmu sebelumnya." Adla...